Yura menaikan sebelah halisnya"sudah kau ambil bukan?"
Xia menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Beneran?"tanya Yura kini terlihat antusias, bahkan ia sudah terduduk menghadap Xia.
"Iya,aku tidak mengambil obat kemarin"
"Jika aku dan kau tidak memegang obat, itu artinya bumm terbakar" ucap Yura sebari terkekeh.
"Aku tidak becanda!"
"Iyaiya,tapi aku meninggalkan obat dikamar ku kemarin,itu artinya obat itu hangus terbakar,karna tidak ada yang selamat mengerti nyonya"
"Aku bilang jangan becanda!"ucap Xia kesal.
Xia mengambil bantal dan memukulkan nya ke kepala Yura dengan keras,membuat siembunya terhuyung ke belakang.
"Xia!"Yura berteriak lalu berdiri dan berkaca pinggang menatap Xia dengan horor.
Xia mengikuti pergerakan Yura.
Yura mengambil bantal bersamaan dengan Xia,lalu saling memukul dengan benda itu.
Terjadilah perang bantal.
Ranjang yang tadinya rapi berubah seperti kapal pecah,beberapa bantal sudah berada dibawah.
Bulu-bulu putih berserakan dimana-mana.
Karna sudah tidak ada bantal disekitar mereka,kini Xia dan Yura bertarung dengan tangan kosong.
Saling menyerang dan menghindar.
Satu syarat dari pertengkaran mereka yaitu jangan mengenai wajah atau akan mendapatkan kerugian yang sangat besar,jika ada yang melanggarnya.
Ya wajah cantik mereka tidak boleh tersentuh dan meninggalkan bekas.
Xia sudah melayangkan beberapa pukulan yang salah satunya mengenai perut Yura.
Karna pukulan yang tidak begitu keras Yura hanya terkekeh dan kembali menyerang.
Xia menarik tangan Yura memutarnya lalu menumbangkan nya keatas kasur.
Bersamaan dengan dirinya yang tergeletak diatas kasur,Yura juga menarik tangan Xia.
Karna tidak seimbang Xia terjatuh diatas tubuh Yura,bersamaan dengan itu pintu terbuka.
"Kalian sedang apa?"tanya sosok yang berdiri didepan pintu.
Seketika atensi kedua wanita itu teralihkan dan menatap horor kearah Azkara.
Tatapan pertama kali mereka bertemu.
Pria yang baru membuka pintu adalah Azkara.
Azkara mendengar keributan mau tidak mau iya harus mengecek kamar gadis,yang namanya sudah ditandai warna hitam dalam hidupnya itu.
Wanita menyebalkan!.
Ia tidak mau terjadi sesuatu dan membuat dia terkena hukuman lagi,hukuman tadi saja baru selesai.
50cambukan.
"Mmm hanya bermain"ucap kedua gadis itu.
Perlahan mereka duduk dengan kaki menyilang dengan masih menatap Azkara.
" Kau belum tidur kak?"tanya Xia dingin.
"Belum nona,lalu kenapa nona juga belum tidur?,apa nona yura menggangu anda?"
"Hei!"Yura berteriak tidak terima sebari menunjuk wajah pria itu.
"Jika nona Yura menggangu anda bisa saya bereskan nona"ucap Azkara yakin.
"Hei kau tidak lihat,ini kamar ku,dia yang mengangguku"ucap Yura tidak terima.
"Siapa tau kau meminta nona menemanimu di sini "ucap Azkara sebari menaikan kedua bahunya.
"Enak saja,dia yang tidak bisa tidur dan kau menyalahkan aku"Yura menggebu marah.
Tentu saja,seenaknya saja menuduh dia yang menggangu padahalkan bukan!.
Yura manuruni ranjang secara menggebu ia juga memungut satu bantal.
Ia berdiri tegak didepan azkara dengan mata setajam pedang.
Tanpa babibu.
Bugkh
Yura melempar bantal secara kencang ke wajah Azkara,sampai ia terhuyung kebelakang dan terbentur ujung pintu.
"Akh"ringis Azkara terdengar lirih.
Xia baru menyadari bahwa wajah pria itu pucat,apa dia sedang sakit?.
"Hah lemah,begitu saja sudah dibuat mundur,kau itu asisten sekaligus pengawal kak Afra seharusnya kuat,dasar lemah" cibir Yura
Cibiran Yura membuat Azkara merutuki dirinya sendiri hanya 50 cambukan saja sudah membuat dia melemah,padahal ia sering mendapatkannya jika melakukan kesalahan.
"Seharusnya kau diganti,pegawai seperti mu harus diganti dengan yang lebih kuat,jika kak Afra terluka gara-gara kau lemah,bagaimana kau akan tanggung jawab?"
"Diam"bentak Xia menyadari raut wajah Azkara yang semakin pucat.
Pria itu kini menunduk membenarkan perkataan Yura.
Ya iya pernah mengalami hal itu,ia lemah!.
"Kenapa aku harus diam,apa yang aku katakan tidak salah tuh"
"Yura kau diam dulu, kak Azkara apa kau sakit?"tanya Xia.
"Tidak nona saya baik-baik saja,apa nona memerlukan sesuatu?,jika tidak saya ijin pergi kekamar"ucap Azkara.
"Kau bisa masuk dan duduk dulu sebentar"
"Ada yang perlu saya lakukan nona?"tanya Azkara masih dengan posisi awal.
"Kau turuti saja perkataan Xia,duduk disana"ucap Yura dengan nada kesal dan menunjuk sofa dengan dagunya.
Azkara masuk dengan tubuh yang sedikit condong saat berjalan.
Pergerakan Azkara tidak lepas dari pandangan kedua gadis tersebut.
Setelah a
Azkara mendaratkan bokongnya disofa,Xia keluar dari kamar.
"Kenapa nona Xia keluar?"heran Azkara sebari menaiki sebelah halisnya.
Tadi disuruh duduk namun setelah duduk malah ditinggal.
"Dia akan kembali sebentar lagi,apa punggungmu sakit?"ucap Yura
"Tidak"
Yura berdiri didepan Azkara,gadis itu mencondongkan kepalanya mengikis jarak antara wajahnya dan wajah pria itu.
Dengan pergerakan Yura,Azkara dibuat syok,ia membolakan matanya ia pikir.
"Apa yang akan gadis ini lakukan?,apa ia tidak punya malu?"
Azkara replek menutup mata saat jarak diantara keduanya,semakin terkikis bahkan deru nafas keduanya saling menyapa.
Yura memperhatikan wajah Azkara yang pucat,lalu menyentuh dahinya dengan punggung tangan.
"Kenapa kau menutup mata?"tanya Yura yang sudah berdiri tegap.
"Mmm tidak apa"jawab Azkara jadi gugup.
"Kau tunggu dulu disini! "ucap Yura lalu meninggalkan azkara dikamar gadis itu sendirian.
"Apa yang terjadi?"monolog Azkara heran sendiri"kenapa aku ditinggal?"
Setelah keluar dari kamar Yura,Xia pergi ke kamarnya dan mengambil tas obat-obatan miliknya.
Tas yang ia pinta dari Gama tadi sore.
Bruk
Xia terlonjak saat melihat pria didepannya.
Sejak kapan pria itu ada disana.
Ia tidak menyadari kedatangan pria itu.
"Kau belum tidur?"
"Mau kemana?"ucapnya tidak menghiraukan pertanyaan Xia.
"Kamar Yura"
"Ada apa,kau perlu sesuatu?"tanya Afra dengan nada khawatir "apa kamar mu tidak nyaman?"
"Nyaman,aku ada perlu dikamar Yura,disana juga ada kak Azkara"
"Azkara?"tanya Afra ya memang kamar Yura dan Azkara berdampingan,dan kamar Xia berdampingan dengan kamar Afra.
Xia menepati kamar utama,yaitu milik Afra tanpa sepengetahuan Xia,dan pria itu menepati ruangan disamping kamarnya yang sudah ia renovasi menjadi kamar.
Ruangan itu tadingan ruangan kerja,namun kini sudah beralih pungsi agar bisa selalu dekat dengan gadisnya.
"Iya,sepertinya dia sedang sakit "
"Sakit?"bingung a
Afra seingatnya pria itu baik-baik saja.
" sepertinya"ucap Xia mengedikan bahunya.
"Kita kesana bersama"
Xia mengangguk sebagai jawaban,ia juga membantu afra menggerakan kursi rodanya.
Cklek
Pintu terbuka membuat Azkara berdiri dari duduknya.
"Tuan anda kesini,apa ada yang perlu saya kerjakan?"tanya Azkara saat melihat bosnya datang.
"Tidak,Xia bilang kau sakit,apa itu benar?"
"Tidak tuan,saya baik-baik saja"jawab Azkara lalu beralih kearah Xia dan hendak mengambil alih untuk membantu Afra.
"Kakak duduk saja!"
"Tidak nona biar saya saja,anda duduk saja"ucap Azkara membuat Xia menatapnya tajam.
"Ngeyel sekali pria ini"pikir Xia
Azkara mundur satu langkah saat melihat tatapan tajam Xia,sekaligus memberi akses agar ia bisa lewat.
Sekaligus juga menyelamatkan nyawanya dari pria yang sudah kecut.
Ya pria kecut itu siapa lagi jika bukan Afra,pria itu sudah melayangkan tatapan tajam saat Azkara menatap Xia.
Pria pecemburu akut.
"Dimana Yura?"tanya Xia sebari mengedarkan pandangannya,namun tidak mendapati gadis itu padahal gadis itu ia tinggalkan bersama Azkara.
Kenapa hanya ada Azkara saja disini?.
"Dia keluar nona,saya tidak tau kemana"jawab Azkara.
"Kakak duduk lah,buka bajumu juga!"titah Xia membuat Azkara dan juga Afra melotot.
Apa-apaan gadis itu,meminta seorang pria membuka baju didepan kekasihnya,apa Afra sedang diselingkuhi secara terang-terangan?.
Berani sekali gadis itu!,selama ini banyak gadis yang ingin menjadi kekasihnya,namun gadis ini malah terang-terang berselingkuh.
Hawa dingin menjalar ketubuh Azkara ia merasa dikuliti oleh tatapan maut sang bos.
Ia belum siap untuk mati!
"Ma-magsud anda apa nona?"tanya Azkara takut
Ia masih ingin hidup.
Xia menaikan sebelah alisnya ia berpikir"apa lukanya besar sampai ia tidak bisa membuka baju?"
"Apa kau perlu bantuan kak?"
"Ba-bantuan apa nona?"Azkara menjadi semakin gugup bahkan ia mundur saat Xia melangkah maju kearahnya.
"Membuka baju"ucap Xia tanpa beban membuat afra semakin marah dalam diam.
Ia sudah mengepalkan tangannya sampai kuku-kukunya menancan,membuat luka dikulit tangannya yang semakin pucat.
Ia masih mencoba menahan marah agar gadisnya tidak merasa takut,namun ia pastikan Azkara akan mendapat masalah besar nanti.
"Nona tolong jangan lakukan itu,saya masih ingin hidup"teriak Azkara dalam hati.
Bruk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments