MAFIA 'gadis mawar'
Suasana tengang terjadi didepan ruang operasi.
Seorang wanita paruh baya bahkan sedang menangis tersedu-sedu dikursi tunggu, ditemani seorang pria muda yang berdiri didepannya,raut wajah mereka dipenuhi kekhawatiran dan hanya doa yang bisa membantu mereka.
Dikubu yang sama namun dilorong yang berbeda,seorang wanita muda dengan raut wajah khawatir,ditemani satu pria yang hampir seumuran dengannya dengan raut wajah yang sama,keduanya tidak bisa tidak menunjukan kehawatirannya atas orang yang didalam ruangan.
Kedua orang yang berjenis kelamin berbeda itu tengah duduk berdampingan,dengan suasana yang sepi menunjukan aura yang menyeramkan tersirat dari mereka berdua.
.
.
.
Seorang pria dengan pakaian santai tengah mengendarai sebuah mobil berwarna putih dengan laju yang sangat normal,ia mendengar suara dari ponsel yang ia taruh didekat setir,sebelum pergi.
Pria itu mengambil ponsel dengan sebelah tangannya dan tangan yang lain memegang setir,sebari sesekali melihat kearah jalan .
Dia adalah Liam kenrika,anak kedua dari mafia yang menjual senjata dan sesuatu yang antik juga menarik,dan beberapa hari lalu ia baru sampai dinegara ini dengan kedua adiknya,untuk bertemu mitra bisnis yang membeli sesuatu yang istimewa,sampai dia sendiri yang harus mengantarkannya.
Setelah ponsel berada ditangannya,ia mengeja huruf yang tertera di layar ponsel,sebelum jarinya menyentuh ikon menerima,ia merasakan sesuatu mengenai wajahnya diikuti suara keras dan juga benturan.
Pecahan kaca melukai wajah Ken sampai bercak darah membasahi wajahnya yang putih menjadi merah,Ken masih sadar namun ia tidak bisa melakukan apapun selain menyaksikan dirinya.
Mobil hitam menabrak mobil putih dipersimpangan jalan,mobil yang melaju kencang dikendarai pria dengan raut datar,tidak ada ekpresi diwajahnya saat ia menabrak mobil didepannya,dia hanya menatap kosong kearah depan.
Pria yang mengendarai dimobil hitam bernama Maringgai Azonafra Amlias dengan baju jaz hitam dan kemeja putih,bagian atas kemeja yang tidak tertutup jaz sudah berubah menjadi merah,bercak darah dari tubuhnya ia dapat saat menabrak mobil ken menyebabkan kaca depan mobil hancur dan mengenai tubuhnya.
Kaki Maringgai yang seharusnya menginjak rem malah,menaikan kecepatan,raut wajahnya yang dingin menunjukan kebencian dalam dirinya.
Tidak tau apa yang dipikirkan kedua pengendara itu,Ken malah mematikan mesin mobilnya dengan sengaja setelah saling menatap dingin,beberapa menit pria yang menabrak dengan mobilnya,dan Maringgai malah menaikan kecepatan,semakin cepat disaat mobil putih milik Ken berada diatas bagian depan mobil Maringgai.
Semua orang yang sedang diarea itu seketika menjadi bising dengan teriakan,mereka sangat merasa bernasib buruk karna sedang menyaksikan kecelakaan itu,mereka menjadi histeris.
Kejadian mengerikan itu terhenti saat mobil hitam terbalik menindih mobil putih,tidak bisa dibayangakan, bagaimana keadaan mobil mereka,begitu juga dengan pengendaranya,sangat sangat menyeramkan!,
Bahkan orang-orang yang menyaksikan bisa trauma setelah kejadian ini.
Kedua mobil yang mengalami kecelakaan sama-sama ringsek kecuali dibagian belakang,serpihan kaca dari mobil tersebar dimana mana.
Untungnya jalanan tengah sepi dari pengendara bila tidak,akan memakan banyak korban atas kecelakaan ini.
.
.
Dokter mengatakan bahwa pasien bernama Liam Kenrika Kay mengalami benturan keras dibagian kepala yang menyebabkan ia koma dalam waktu yang tidak diketahui.
Xlara Zadrianka Kay adik kandung Ken yang melakukan perjalanan bersamanya beberapa hari lalu,tertunduk lesu dengan wajah basah karna cairan bening,ia sudah menahan agar tidak menangis,namun saat menatap kakaknya yang tertidur entah kapan terbangun,mulai meneteskan air matanya.
Begitu juga Rain Kay adik sepupu Ken yang mengikuti perjalanan mereka,wajahnya sempat basah namun sudah mengering,karna ia berpikir ia harus kuat untuk menemani Xia,wanita yang sudah ia anggap adik kandung,disaat terpuruknya.
"Kakak pasti sadar"ucap rain sebari menyentuh pelan pundak xia sebagai tanda penyemangat.
"Aku tau,kakak gaakan ninggalin aku,itu janji dia yang akan dia buktikan"lirih xia menjawab nada penghibur dari Rain,ia masih menatap ke wajah sang kakak saat mengangkat kedua sudut bibirnya lagi"Apa mereka sudah tau?"
"Sudah,mereka bersiap kesini"
"Tidak! "xia bicara tegas sampai rain sendiri tersentak dan terdiam"cegah mereka kemari,kita belum tau siapa dalang dalam masalah ini,bisa saja mereka sedang menyiapkan jebakan baru untuk kita"
"Aku ceroboh"ucap rain mengutuk dirinya yang cereboh karna bisa saja satu tindakan kecil menghancurkan keluarganya.
"Aku akan bicara dengan mereka"
"Biar aku saja"rain bersuara saat xia mengetuk layar ponselnya.
"Tidak papa,ada hal penting yang harus aku diskusikan dengan mereka"jawab xia sebari mengutak-atik ponselnya,lalu kembali bicara"kesedihan jangan membuat kita lengah"
Rain kembali tersadar setelah terdiam merutuki kebodohannya,ia mengerti dengan tindakan selanjutnya setelah mendengar ucapan Xia"Aku akan keluar,mengurus beberapa semut"
Xia tersenyum pucat sebelum menjawab"Hati-hati,dan bertindak tenang"
"Tentu,maaf,,,"
"Tidak ada yang salah kecuali orang yang berani bermain-main dengan kita"xia memotong ucapan rain dengan memberikan senyuman.
"Aku tau"jawab rain membalas senyuman xia dengan senyuman,ia menghela nafas dan menatap Ken dan melangkah pergi"hu,,"rain menggantung kalimatnya sebari bergeleng pelan dan kembali bersuara"aku pergi"
Xia tersenyum menatap Rain yang menghilang dibalik pintu,sebari mengangkat sudut bibirnya,bicara dengan orang disebrang telepon.
Kalimat Rain yang tergantung meminta Xia menguhunginya jika ada masalah,namun ia sadar bahwa tanpa ia ingatkan pun Xia akan melakukannya,dan wanita itu paling tidak suka diingatkan seperti itu,jadi Rain memutuskan menggantinya dengan perkataan lain agar tidak membuat suasana hati Xia lebih buruk,andai saja mereka tidak mengalami masalah ini mungkin sekarang mereka tengah bercekcok satu sama lain seperti biasanya.
Setelah bicara dengan orang disebrang telepon,Xia pergi untuk menemui orang yang polisi sebutkan sebagai korban dan tidak ada tersangka diantara mereka,polisi setempat memponis semua yang terjadi murni kecelakaan,tentu saja sebagai pendatang hanya bisa percaya,namun hanya pura-pura percaya,mereka mencari kebenaran dengan cara mereka.
Xia berada didepan pintu ruangan VVIP berwarna putih,sebenarnya semua pintu rumah sakit dirumah sakit itu berwarna putih,hanya terhalang beberapa ruangan dari ruang rawat sangat kakak,disana tempat orang yang mengalami kecelakaan bersamanya,lebih tepatnya orang yang menabraknya.
Deg
Xia membuka pintu dengan perlahan sampai tidak menimbulkan suara,namun hal itu yang membuat keadaan menjadi terasa mencekam.
Xia memasuki kamar rawat pria yang bernama Maringgai Azonafra Amlias,dengan senyuman tipis dibibirnya,pandangannya tidak teralihkan dari wajah Maringgai yang terpejam seperti kakaknya,namun dengan raut wajah gusar.
"Maaf nona tapi pasien belum sadarkan diri,anda bisa keluar!"ucap seorang pria ber jaz putih lengkap dengan stetoskop yang menggantung di lehernya.
"Bukan begitu cara mainnya"
Jawaban dari wanita yang lebih muda darinya,itu membuat pria ber jaz putih dengan alat suntikan ditangannya terganggu,dia mulai berpikir dengan magsud ucapannya,tidak ingin peduli pria itu kembali dengan dunia nyatanya setelah beberapa detik terdiam"Anda bisa keluar nona!"
"Saya tidak mengganggu anda dokter,lanjutkan saja pekerjaan anda jika bisa,tapi saya belum ingin keluar dari ruangan ini"jawab gadis itu dengan senyuman yang seperti seringaian dibibirnya.
Pria ber jaz putih merasakan hawa dingin sampai ia mengusap lengannya beberapa kali,ia juga merasakan udara menipis disekitar sampai dadanya merasa sesak,tidak ingin banyak berpikir dan benunda tugasnya,ia kembali dengan aktifitasnya yang tertunda karna kedatangan tamu tak diundang yaitu wanita disebrang ranjang.
Tangannya terhenti saat akan memasukan jarum suntik kelengan pasiennya,wajahnya menjadi sangat pucat dan menatap Xia dengan raut wajah bingung yang kini berada di sampingnya,tanpa dokter itu sadari.
"Mati atau koma?"perkataan itu yang terdengar digendang telinga sang dokter,ia menatap wajah Xia dengan raut wajah bingung dan mengangkat bibirnya.
"Apa magsud anda nona?"
"Pilih salah satu!,Mood saya berada di ujung keburukan"jawab Xia dengan raut wajah dingin kini senyuman yang sempat dokter lihat,sampai ia memujinya dalam hati,lenyap tak terlihat,namun masih memperlihatkan kecantikan wajah Xia.
"Apa magsud anda?"tanya dokter itu sekali lagi.
"Tidak usah main drama,ingin dengan tangan saya,ck tapi saya penasaran dengan obat anda,saya boleh coba?"tanya Xia dengan memiringkan kepalanya dan menyeringai.
"Saya terlalu meremehkan anda gadis cantik,bagaimana kalo anda ikut saya setelah pekerjaanku selesai"ucap pria ber jaz putih dengan tatapan mesum menatap xia dari atas sampai bawah.
"Anda terlalu percaya diri pak tua"pria itu hendak menjawab namun sebelum mulutnya bersuara,ia merasakan tubuhnya melayang.
Bag.. Big.. Bug..
"Aaaa"ringisan terdengar begitu pilu jika ada yang mendengarnya,pria yang ber jaz putih bukanlah seorang dokter,itu hal yang Xia sadari dari awal.
Pria itu hendak berdiri setelah mendapati serangan yang cepat sampai ia tersungkur dilantai,harga dirinya sudah terluka oleh gadis kecil didepannya,raut wajahnya menunjukan kemarahan,dengan nafas yang memburu sebari menggetakan giginya.
"Anda akan menangis dibawah saya,gadis kecil"ucapnya dengan tatapan cabul dengan dipenuhi emosi.
Bag.. Bug.. Bugh..
"Amatir"ucapnya sebari menatap jijik terhadap orang yang tengah tersungkur didepannya.
Orang yang tersungkur tersebut secara perlahan mendongkak kearah orang yang menjatuhkannya,secara perlahan penglihatannya memudar sampai ia kehilangan kesadaran,
Setelah sebelah sepatu mendarat diwajahnya dengan cukup keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments