Diruang makan keluarga Kay,semua keluarga tengah berkumpul untuk sarapan bersama,setiap seminggu sekali mereka akan melakukannya sudah seperti kewajiban bagi mereka untuk menyisakan waktu bersama keluarga walau sebentar.
Kali ini keluarga tidak komplit,karna sedang sibuk di kesibukan masing-masing dan terhalang jarak.
Cevra dan Frederick Green.
Feina dan andrew Garfield asisten yang sudah dianggap keluarga.
Elina Garfield.
Samuel dan Rain Kay.
Aveila dan Vans Kay.
Xiaz anak Ave dan Vans.
Liam Kenrika Kay.
Dan tuan rumah Vihan Kenzel Kay.
Mereka duduk satu meja sebari berbincang di sela sarapan mereka,bagi mereka bicara di sela makan adalah hal yang tak beretika namun kapan lagi jika bukan sekarang.
"Ku dengar pengiriman ke Indonesia dibatalkan,apa benar?"tanya Frederick di sela sela suapannya.
" Ya"jawab dingin Vihan yang sedang menyuapi cucunya.
"Kenapa?"kini Cerrano yang bertanya.
"Ulah kedua gadisku,mereka merencanakan sesuatu yang menyenangkan"jawab vihan masih memfokuskan diri terhadap cucunya.
Vihan sudah mendapat informasi dari pengawal bayangan yang ditugaskan menjadi pengawal kedua gadisnya,orang itu melaporkan secara detail tanpa ada yang terlewat sampai kehal perampokan yang dialami kedua anak gadisnya itu.
Dan juga putrinya sudah menelepon tadi pagi, sekitar jam 4 dan juga menceritakan apa yang ia lakukan beberapa hari ini.
"Apa kedua bibi berbuat nakal,kakek?"tanya xiaz di sela suapan dari kakeknya itu.
"Tidak mereka hanya membasmi tikus sayang"jawab Vihan dengan sayang.
"Ya tikus memang harus dibasmi"ucap Xiaz membuat yang ada diruangan itu terkekeh.
Anak usia 3tahun itu memiliki kepintaran diluar anak kebanyakan,diusianya ini ia sudah lancar dalam bicara bahkan memahami setiap kata yang diselipkan kode di dalamnya,anak ini juga sudah lancar membaca,karna itu pengamanannya sangat ketat mereka takut anak sekaligus cucu mereka menjadi incaran musuh.
"Mereka merencanakan hal apa sebenarnya?"guman Frederick namun didengar semua orang.
"Bukan mereka,hanya Xia,dia perencanaan yang hebat dan Yura hebat dalam bermain"ucap cevra.
Mereka sudah mengenal lebih baik seperti apa anak-anak mereka karna mereka sendiri yang mendidik walau ada sebagai baru dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun terpisah.
"Mereka saling melengkapi,jika tidak ada Yura,Xia tidak mungkin membuat permainan yang menarik"ucap Vans yang sudah mengenal dekat adik bungsunya itu.
"Itu benar,Xia paling malas jika berlama-lama"ucap Ave sebagai ipar ia sangat dekat dengan kedua gadis itu,bahkan sudah seperti kakak kandung.
"Nona Xia dan nona yoona sama,dalam sekali bermain semua terselesaikan"ucap Andrew.
"Tapi memberikan mereka kesenangan sebelum kehancuran lebih baik,seperti permainan Yura"ucap Vans.
"Kakak benar mereka saling melengkapi,dan julukan yang mereka dapatkan sungguh cocok untuk mereka"kini Liam yang bersuara.
"Mawar tersembunyi "guman Rain.
.
.
.
.
Mata gadis yang tengah berbaring diranjang oversize tengah mengerjap beberapa kali,lalu ia mengubah posisinya menjadi duduk.
Ia mengedar pandangannya ke setiap penjuru,ruangan yang asing baginya.
"Aneh apa aku tertidur,tidak mungkin"pikirnya sebari masih mengedarkan pandangannya.
Ruangan berwarna biru muda dengan putih sebagai tambahan,kasur oversize yang sedang ia duduki dengan meja nakas di sisi kanan dan sofa dengan meja diujung sudut ruangan dengan gordeng berwarna senada dengan tembok.
Xia masih termenung ia bingung,apa dia baru saja ketiduran,hal yang tidak mungkin terjadi padanya sejak bertahun-tahun,apa mungkin?,bagaimana bisa?.
Masih terdiam dengan pikirannya dengan wajah dinginnya yang kembali mencuat.
suara pintu yang terbuka menyadarkan Xia dalam lamunannya.
"Kamu sudah bangun?"suara bariton menyapa telinga.
Xia hanya menatap orang yang baru saja masuk keruangan ini dan mendekat.
"Dimana?"tanya Xia sebari masih memandang pria yang duduk di kursi roda itu.
" Dikamar,dirumah ku nanti aku ceritakan,sekarang kamu bersihkan dirimu,disini tidak ada pelayan wanita untuk membantumu"ucap Afra yang kini berada diujung sudut ranjang.
"Apa tidak apa?"tanya afra takut gadisnya itu tidak nyaman jika tidak ada pelayan.
Disetiap kediamannya tidak ada wanita kecuali ibu dan pengasuhnya karna ia memiliki trauma.
Trauma yang menjadikannya terobsesi akan suatu hal.
"Tidak,dimana kamar mandinya?"tanya Xia yang bergerak merosot duduk dipinggir ranjang di depan Afra.
Afra memandang gadis di depannya itu dengan senyuman yang terbit di bibirnya.
Wajah khas bangun tidur gadis itu membuat a
Afra gemas tanpa sadar afra mencubit kedua pipi gadis itu dengan gemas membuat Xia meringis.
Xia memukul kedua tangan yang menempel di pipinya sebari mengkerucutkan bibirnya,setelah tangan kekar itu lepas Xia mengusap pipinya.
"Maaf,aku gemas dengan wajah cantikmu ini"ucap Afra sebari terkekeh saat melihat wajah Xia yang semakin menggemaskan saat kesal.
"Jangan berani mencubit pipiku!"ucap Xia sebari menunjuk pria itu dengan telunjuknya dan mata melotot.
"Jangan marah,kau semakin menggemaskan jika marah,aku tidak akan tahan untuk tidak mencubit pipimu lagi"ucap Afra kembali mencubit kedua pipi Xia membuat siempunya semakin kesal.
Xia dibuat kesal memilih berdiri dan menjauh dari pria itu"dimana kamar mandinya?"
Pria itu menunjuk kearah lorong diujung sudut dekat meja rias,lalu kembali menunjuk kearah samping pintu disana"itu walk in closet disana ada pakaian untuk mu"
Xia melihat kearah yang ditunjuk pria itu tanpa basa-basi ia mendekati pintu dan.
Brak
Pintu kamar mandi ditutup dengan kencang membuat afra terkekeh sebari menggelengkan kepalanya.
Xia keluar setelah beberapa menit didalam kamar mandi,menggunakan jubah mandi yang tersedia didalam,ya ia keluar dan masuk kedalam walk in closet untuk mencari pakaian.
Tanpa ia sadari ada orang yang memperhatikan pergerakannya saat ia keluar dan masuk kedalam walk in closet,wajahnya tiba-tiba memerah semerah tomat busuk dengan senyuman yang terbit dibibirnya,senyuman lebar.
Xia keluar dari walk in closet menggunakan slip dress berwarna pink dengan tali spagetti dan kaos putih berlengan panjang dengan rambutnya yang masih digulung handuk.
Xia memiringkan wajahnya dan bertanya"kenapa masih disini?"
"Ini rumah ku"jawabnya
Membuat Xia merutuki dirinya karna sudah bertanya.
Xia tidak mempermasalahkan keberadaan pria itu,ia duduk di meja rias dan melihat dirinya dipantulan cermin,beberapa saat terdiam akhirnya ia mengangkat sudut bibirnya.
"Kau punya Hairdryer?"tanyanya tanpa menoleh.
"Dilaci"jawabnya sebari menunjuk kearah laci meja rias.
Xia membuka laci yang dimaksud dan menemukan yang dicari,mengeluarkan namun hanya melihatnya saja beberapa detik.
"Apa kamu bisa membantu?"tanya Xia sebari mengangkat Hairdryer dan melihat kearah pria itu.
Dengan senang hati Afra membantu gadisnya itu,ia mendekat hendak mengambil alih Hairdryer dari tangan Xia,namun suara gadis itu terdengar.
"Apa yura disini?,jika ya maka panggilkan dia!"ucap Xia kembali membalikan badan dan menatap cermin.
"Ah,tidak perlu aku akan meneleponnya saja"ucap Xia dan berdiri untuk mengambil ponselnya diatas nakas,mungkin pria itu yang menaruhnya disana.
Xia sudah bicara dengan yura lewat ponsel lalu ia memandang afra"kenapa?,apa ada sesuatu?"
"Tidak"jawab Afra
"Lalu?"
"Lalu?"pria itu malah mengikuti perkataan Xia.
"Kenapa masih disini?,kau bisa menungguku diluar"tegas Xia sebari berjalan kembali kemeja rias.
"Aku tidak mau"
"Kenapa?"
Afra mengerikan bahunya"hanya ingin,ini rumahku sayang"ucapnya mengingatkan.
Pria itu mengingatkan bahwa ia tidak bisa diusir dari rumahnya sendiri dan terserah dia mau ada dimana,karna ini rumahnya.
Bukan Xia namanya jika mengalah namun kali ini moodnya sedang buruk,sangat-sangat buruk,Xia sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Harus segera mencari kesenangan!.
Suara ketukan terdengar.
"Masuk"ucap Afra karna Xia memilih diam dan menenggelamkan wajahnya dimeja rias, dengan tumpuan kedua tangannya yang melipat dimeja.
Seorang wanita masuk dengan wajah ditekuk diikuti seorang pria dari belakang.
Ia sudah seperti induk ayam yang diikuti anaknya.
"Kau sudah bangun?"tanya sang wanita dengan nada lesu.
"Hmm"jawab Xia karna ia yakin pertanyaan itu untuknya.
Yura mendekat kearah Xia yang masih seperti tadi.
Dan Azkara menghampiri bosnya yang duduk di kursi roda dekat meja lalu ia duduk disofa.
"Wanita itu kenapa?"tanya Afra saat melihat wajah lesu yura tidak seperti biasanya.
"Kenapa bosqu ini bertanya,tentu saja ini gara-gara dia,manusia mana yang akan gembira saat rumahnya hangus terbakar"cibir Azkara dalam hati,ya ia masih sayang nyawa untuk mengatakannya.
"Sejak mengetahui rumahnya terbakar,dia jadi seperti itu,tuan"ucap Azkara menyindir.
Azkara berharap pria itu tersindir agar sadar diri,bahwa ia penyebab kenapa gadis itu lesu.
Namun sepertinya Azkara harus menyindir keras saja agar pria tak tahu malu itu sadar diri.
Afra malah mengangguk ria setelah itu hening tidak ada percakapan diantara keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments