Setelah menumbangkan pria yang berpakaian seperti dokter diruang inap VVIP milik pria bernama Maringgai Azonafra Amlias.
Wanita bermata hitam dengan rambut yang dicepol itu kini menatap datar wajah pria yang tengah terpejam,memperhatikan setiap inci wajah itu.
Xia terkekeh saat mendapati wajah pria itu kini tengah tersenyum seolah merasa damai setelah dari tadi raut wajah pria itu terlihat gusar,sampai suaranya memecahkan keheningan.
"Anda sepertinya senang,penggangu tidur anda sudah tumbang,semua itu tidak gratis,anda harus membayarnya saat sadar nanti,bangun lah banyak yang menunggu,anda,anda tidak mau kan tidak melihat mereka bersenang-senang? "setelah berkata datar xia hendak menjauh dari ranjang milik pria yang tengah terbaring.
Tujuannya adalah keluar dari ruangan itu.
Namun pergerakannya tercekal saat merasakan sesuatu yang menyentuh pergelangan tangannya.
Xia mengerutkan dahinya seolah bertanya,apa yang menyentuh pergelangan tangannya?,tidak mungkin hantu bukan?,jika ya maka gender cerita ini harus diubah,menjadi dunia horor.
Tidak ingin menebak Xia mengalihkan antensinya pada tangannya,terlihat sebuah tangan besar tengah memegangi pergelangan tangannya begitu posesif,seolah wanita ini akan meninggalkannya selamanya.
Sorot mata Xia berganti melihat sosok yang tengah menatapnya juga hingga mata mereka saling bertemu.
Tatapan mereka terputus,saat xia terlebih dulu sadar dalam diamnya dan memalingkan wajahnya kesembarang arah.
Beda halnya dengan Maringgai,setelah sadar,pria itu memegangi pergelangan tangan wanita yang hendak pergi itu,sedari tadi tidak sadarkan diri,namun ia dengan jelas mendengar semua perkataan wanita dihadapannya ini.
Maringgai menelisik wajah wanita dihadapannya ini,dia seolah bertanya bukan mimpikan? sampai terdengar suara yang memecahkan kesunyian diantara keduanya.
"Bagus jika anda sudah sadar tuan,akan saya panggilkan dokter"suara itu keluar dari mulut Xia dengan dana datar seperti wajahnya,juga dengan pergerakan tangannya yang mencoba lepas dari genggaman pria itu.
Tanpa mengeluarkan tenaga lebih,tangannya sudah bebas dari maringgai,pria itu masih terlihat lemah.
Bukan lemah hanya lemas!.
Xia melangkahkan kakinya menjauh dari Maringgai,langkahnya terhenti karna suara maskulin pria itu seperti sihir
"Berhenti! "seperti yang dikatakan tadi,seolah terkena sihir,langkah Xia terhenti setelah pria itu memerintahkannya.
Mau tidak mau Xia membalikan tubuhnya dan menatap Maringgai dengan tatapan datar seperti tadi.
Melihat Maringgai sedang menatapnya sendu,tidak!tidak!tatapan itu penuh kerinduan.
Tanpa mengeluarkan satu katapun,membuat Xia berdecih didalam hati,dia sudah mengumpati pria itu karna sudah membuang waktunya beberapa detik.
Beberapa detik saja sangat penting baginya saat ini.
"Apa?"tanya xia monohok dengan sedikit bentakan.
"Kau mirip seseorang yang aku rindukan"guman maringgai didalam hati,dia tidak ada niatan untuk mengeluarkan suaranya.
Melihat hal itu,membuat gadis itu marah dan membuka bibirnya dengan nada tegas"anda membuang waktu saya."
Xia menghentikan langkahnya lagi,saat melewati tubuh pria yang tengah terkujur tak sadarkan diri dilantai atas ulahnya,namun tak berselang lama ia kembali melangkah.
Suara bariton maringgai kembali terdengar ditelinga xia"jangan pergi lagi!"
Suara itu tidak menghentikan langkahnya lagi,wanita itu sedang diujung pintu bahkan sudah ia buka.
Maringgai melihat wanita itu pergi,ingin sekali mengejarnya namun tenaganya hilang,ia bahkan tidak bisa menggerakan tubuhnya kecuali tangan.
Ingin sekali ia meminta tolong,tolong cegah wanita di depannya tadi untuk tidak pergi,siapapun tolong.
Setelah keluar Xia mencari suster atau dokter yang bisa ia temukan untuk menangani pasien bernama Maringgai itu,walaupun pria itu bisa dibilang pelaku atas apa yang terjadi pada kakanya.
Namun ia masih punya hati yang sajak lama tidak ia gunakan.
Ia kembali keruangan sang kaka yang masih tertidur tanpa tau kapan akan terbangun,tatapan wanita itu berubah menjadi sendu yang menandakan kekhawatiran.
Saat Xia ketempat pria yang sudah menabrak sang kakak, tadinya ia hanya ingin melihat,sekedar melihat.
Setelah melihat si pengganggu membuat pertanyaan wanita berambut pirang itu terjawab.
Ia menatap sendu wajah sang kakak yang terlihat tenang didalam tidurnya,sampai suaranya memecahkan kesunyian.
"Ka,aku akan menyelidiki semuanya,jika sudah puas dengan tidurmu,kembalilah bangun dan memasak lah untuku,aku lapar. "lirihnya sebari mengingat dimana kakaknya yang sedang memasak.
Xia terbilang manja pada keluarganya,ia suka masakan kakaknya,bahkan jika sedang ngambek masakan kakaknya adalah sogokan kedua untuk mendapatkan maafnya.
Xia juga suka membuat ulah bersama teman sebayanya,usianya yang 19tahun masih mencari jati diri,namun cara yang ia tunjukan sangat berbeda dari teman sebayanya,ia bersama beberapa orang terdekat yang seumuran dengan dirinya,melakukan dengan cara ekstrem bahkan tak jarang menyeret kepolisian.
Terlalu asik mengingat kenangan indah bersama kakaknya sampai tidak terasa waktu sudah berputar begitu cepat.
Waktu sudah menandakannya akan datangnya malam.
Xia menatap pintu setelah mendengar ketukan dari arah luar,sampai pintu terbuka dan memperlihatkan tubuh tegap,tegas,dan juga menawan.
Pria itu sangan tampan dengan mata sipit dan juga bibir pink kecil,dengan warna tubuh putihnya,selain tampan ia juga menawan.
Pria itu berjalan namun tidak menghampiri Xia yang duduk disamping ranjang ken,melainkan menghampiri sofa disudut ruangan.
setelah menaruh paper bag yang di bawa tadi dimeja,ia bergegas mendaratkan bokongnya diatas sofa,barulah bibir nya terangkat sebari menepuk dua kali tempat disampingnya.
"Duduk disini"suara maskulinnya memecah kesunyian,dengan gerakan malasnya xia berpindah tempat duduk.
Pria itu Rain Kay sepupu Xia yang umurnya lebih tua satu tahun darinya.
Rain membuka paper bag lalu menata isiannya dimeja dengan sangat rapi,dan suaranya kembali terdengar"makan dulu!,cacing diperut mu sudah bendemo,seperti berdemo kelangkaan solar"ucapnya dengan raut dingin berbeda dengan perkataannya yang bermagsud candaan.
Jika itu orang lain maka mereka tidak akan tau bahwa pria itu tengah mengatakan candaan karna wajahnya menyorot datar tanpa ekpresi.
Xia hanya memutar matanya malas sebagai jawaban,jujur ia sedang tidak di mood baik-baik saja,bahkan nafsu makan tidak datang padanya hari ini,sejak kecelakaan kakanya pagi tadi sudah merusak hatinya,bahkan kondisinya kini koma.
Jika itu bukan Rain mungkin ekpresi yang ditunjukkan Xia bisa menipu,wajah yang datar dan juga tenang di kondisinya yang tidak baik-baik saja,sungguh Xia pintar memanipulasi diri.
Mereka tetap memakan makanan yang dibawa,walau tidak nafsu namun demi kesehatan akan memakannya,apalagi mereka tidak boleh ikutan sakit,mereka harus membalas semua orang jahat yang berani bermain-main.
Setelah makan dan juga membersihkan meja dari makanan barulah mereka mulai membicarakan suatu hal.
"Polisi menutup akses,mereka bilang ini murni kecelakaan."
"Kau percaya?"tanya Xia,setelah melihat gerakan kepala yang seolah menjawab pertanyaanya tentu saja tidak membuat Xia kembali menarik sudut bibirnya.
"Ya,apa lagi setelah kau mendengar cerita ku"sambungnya dengan wajah datar.
"Apa aku ketinggalan sesuatu?."
"Mungkin,saat aku menemui orang bernama Maringgai Azonafra."
"Kau menemuinya?"suara Rain terpotong suara Xia"kenapa?"tanyanya setelah pertanyaan pertama dianggukin lara sebagai jawaban ya.
"Jangan dibahas!,dengarkan saja ceritaku!"
"Sepertinya ini sedikit rumit"rain bersuara setelah mendengar cerita lara saat bertemu maringgai dan tanggapan pria tersebut.
"Hanya sedikit,bukan masalahkan?"
Rain mengedikan bahunya tak tau,tangannya bergerak mengambil benda berwarna hitam gelap dimeja,barang yang ia bawa tadi,dan bibirnya mulai terangkat.
"Kita tidak bisa menyimpulkan,ini masih potongan pazel,istirahatlah nanti sakit,dombetku bisa terkuras jika begitu"
Xia memutar matanya malas,baru bersuara"menyingkirlah,aku akan tidur disini!"
"Kau menjengkelkan"umpat Rain namun tak bergerak,hanya jarinya yang mulai menari diatas keyboard.
Matanya membelalak dan wajahnya diperdekatkan dengan laptop untuk memperjelas informasi yang ia dapatkan,setelah membaca beberapa kali wajahnya menjadi sedingin es,dan melirik Xia yang meringkuk disampingnya dengan mata terpejam.
"Kita harus pergi!"gumannya lalu mengambil ponsel disakunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments