Empat orang dari dua berjenis kelamin berbeda dengan usia yang berbeda pula,mereka melewati koridor dengan terburu-buru,setelah mendapat laporan.
Seorang pria ber jaz putih dengan stetoskop di lehernya terlebih dahulu memutar hendel pintu.
Ceklek.
Setelah pintu terbuka lebar,mata mereka terbelalak,mereka saling pandang beberapa menit sebelum melakukan sesuatu.
Mereka melangkah dengan langkah lebar,yang tadinya dokter berdampingan dengan seorang suster wanita,kini berganti dengan seorang pria berpakaian serba hitam,dengan wajah yang tampan namun terlihat dingin.
Seorang wanita paruh baya yang datang bersama mereka,menghampiri putranya yang tengah berbaring diranjang rumah sakit,dengan perasaan bahagia dan juga khawatir.
Pria yang tadi disamping dokter mengangkat sudut bibirnya saat melihat pergerakan dokter,kearah lain
"Periksa tuan,baru perhatikan yang lain!"ucapnya penuh penekanan.
"Maaf,tapi pria ini"ucap sang dokter dengan menunjuk arah yang ia magsud.
Perkataannya terpotong karna azkara inqi kembali bersuara"Lakukan apa yang saya katakan atau anda menyesal"
Dokter yang tadinya berjongkok untuk melihat sosok yang tersungkur dilantai,bahkan hendak memeriksanya,menjadi mendongkak menatap tidak percaya pada pria yang baru saja mengancamnya,namun ancaman itu berhasil membuatnya takut,dan melakukan apa yang pria itu perintahkan.
Namun sebelum itu ia melihat sosok yang tersungkur dengan rasa iba,dokter itu heran sekaligus kaget saat mendapati ruang inap VVIP itu berisikan dua orang,salah satunya dengan kondisi memprihatinkan.
Ia bergegas melihat pria yang tersungkur dilantai dengan pakaian seperti dirinya,wajahnya yang mencium lantai tidak memperlihatkan bagaimana wajahnya,dokter itu membalikan tubuh pria itu dengan hati-hati.
Setelah menelisik wajah pria itu beberapa detik,ia tidak mengenalinya padahal ia sudah bertahun-tahun kerja dirumah sakit ini.
Saat mendengar ancaman Azkara ia merasa takut,ia pikir pria itu adalah dokter baru yang tidak merawat pasien seperti yang diinginkan pria yang tadi mengancamnya.
Setelah memeriksa pasien bernama Maringgai Azonafra Amlias,dokter pria itu diperkenankan memeriksa pria yang masih berbaring dilantai tak sadarkan diri.
"Pria tadi siapa nak?"tanya wanita paruh baya yang tak lain ibu dari maringgai.
Kini ruang inap maringgai hanya berisikan dirinya sang ibu dan satu orang kepercayaannya,beserta dua orang pria yang berdiri diluar dengan pakaian serba hitam dan tatapan mematikan,bahkan yang hanya sekedar ingin melewati ruang inap itu saja menjadi ketakutan,dan berpikir yang ada diruangan itu adalah orang penting negara sampai dijaga ketat seperti itu.
"Tikus kecil mom,tidak usah dikhawatirkan,bukan masalah besar"jawab maringgai dengan wajah datar,pria itu ingin menenangkan hati ibunya namun dari raut wajahnya malah membuat sang ibu menjadi semakin khawatir.
Namun ia tidak kembali bertanya karna ia yakin bahwa sang putra sungguh-sungguh dengan ucapannya.
Setelah menjawab pertanyaan sang ibu,maringgai mengalihkan pandangannya ke sisi lain,keberadaan pria bernama Azkara Inqi orang kepercayaannya sekaligus sahabat
"Bagaimana?"
"Polisi negara ini mengurus kecelakaan yang terjadi terhadap anda tuan,mereka melarang kita ikut campur,namun anda tenang saja saya akan melakukan yang terbaik"jawab azkara dengan wajah datar.
Maringgai mengalihkan pandangannya melihat gelas dimeja dengan air yang tinggal setengah,melihat arah pandangan tuannya azkara mengangkat sudut bibirnya
"Apa tuan membutuhkan sesuatu?"tanyanya yang mengkhawatirkan keadaan tuannya,Azkara bahkan rela memberikan nyawanya jika meringgai meminta.
Kecelakaan yang terjadi terhadap tuanya membuat ia menyalahkan diri sendiri.
"Selidiki orang tadi"
.
.
.
"Mereka berhubungan tuan,sepertinya mereka sangat ingin anda meninggal"ucap Azkara sebari memberikan sebuah map,berisi informasi yang tuannya minta.
Bulan sudah menunjukan wujudnya,terlihat lelah diwajah dua pria yang tengah berbincang dalam ruang inap rumah sakit,namun mereka belum menandakan akan mengistirahatkan tubuh mereka.
"Gadis itu?"tanya maringgai dengan raut wajah datar,sebari membuka selembar demi selembar kertas didalam map yang diberikan Azkara.
"Saya hanya mendapat sedikit informasi tentang wanita itu tuan,namanya Xlara Zadrianka,dia adik dari orang yang mengalami kecelakaan bersama anda,pria itu bernama Liam Kenrika dan dokter mengatakan bahwa dia koma dalam waktu yang tidak diketahui"
Mendengar penjelasan azkara,maringgai sempat terbelalak namun ia kembali mengubah raut wajahnya,menjadi dingin kembali.
"Berikan informasi lengkapnya besok pagi!"titah maringgai.
"Baik,sebaiknya anda istirahat tuan,kondisi anda masih kurang baik,setelah kecelakaan,saya berjanji akan menangkap penyebab kecelakaan yang terjadi pada anda dan membuatnya menyesal"
"Saya percayakan semuanya pada kamu,istirahat yang cukup,saya tidak mau menambah ruang dirumah sakit"maringgai bukanlah orang yang suka basa basi,ia bicara apa yang dia inginkan tanpa memikirkan hati orang lain.
Sikapnya dingin pada siapapun bahkan orang tuanya sekalipun,banyak berita tentang kekejamannya tersebar di negaranya,sebagai pebisnis pria itu memiliki banyak musuh dan itu wajar menurut orang-orang didunia bisnis.
Yang lemah ingin menjadi kuat hingga menjilat dan yang kuat akan menjadi sasaran harimau-harimau tidak tahu diri.
"Baik tuan,saya ijin pamit untuk melaksanakan tugas"setelah diberi ijin Azkara pergi dari ruang rawat Maringgai.
Sebelum melangkah pergi Azkara lebih dulu menundukan kepalanya,seperti biasa menunjukan rasa hormat pada sang tuan yang usianya hanya lebih muda dua bulan darinya.
Maringgai menggeladahkan kepalanya kebelakang sofa sebari menatap langit-langit kamar inapnya dirumah sakit,pria itu menghela nafas panjang seolah mengeluarkan semua masalahnya lewat hembusan nafas yang baru dikeluarkan.
Maringgai mulai menutup matanya perlahan sebari berguman dengan nada lirih"itu kamu kan? "
.
.
.
Setelah keluar dari kamar inap VVIP milik sang tuan,Azkara bergegas menyelesaikan tugasnya,namun sebelum itu ia sudah memperingatkan dua pengawal untuk siaga didepan pintu,takut hal seperti tadi siang terulang.
Entah kemana dua pengawal yang ia tugaskan tadi,namun kini orang-orang itu sudah diganti.
Baru beberapa kaki melangkah,pergerakan azkara sedikit berhenti,bahkan saking belum jauhnya ia melangkah,dua pengawal didepan pintu ruang inap maringgai masih melihatnya.
Dan jika azkara berbalik maka ia akan kembali keruangan itu.
"Apa?"suara dingin Azkara terdengar dengan raut wajah yang tidak kalah dingin dari suaranya.
Pria itu tengah memegang ponsel yang di tempelkan di daun telinga dan tangan lain bebas.
"Dari mana saja kau,ngangkat telepon saja lama sekali?"kesal sosok di sebrang sana.
"Sibuk,the de poin atau saya tutup teleponnya"
"Jangan dong,ck udah kaya wanita datang bulan saja,selalu sensian,bagaimana kabar bos mu itu,apa dia baik-baik saja?"nada sosok di sebrang saja berubah menjadi sendu.
"Ada banyak kabar mau dengar semuanya?"
"Ceritakan aku akan mendengarkan,aku akan bungkam saat kau bercerita"ucap jujur di sebrang sana.
Azkara yang menelepon sebari berjalan,ia menghela nafas panjang sebelum bercerita.
Azkara menceritakan mulai dari bagaimana tanggapan polisi tentang kecelakan Maringgai dan juga Maringgai yang memintanya menyelidiki seorang wanita,orang disebrang sana adalah sahabat kepercayaan tuannya,bahkan mereka saling membantu.
"Cari wanita itu sampai ketemu,kau akan dapat jet pot dari tuan mu itu"
"Aku tau,aku akan menemukan wanita itu dan akan membawanya kepada tuan,aku tutup kau hanya menggangu ku saja"setelah itu terdengar suara tuuuuut dari ponsel.
Telepon dimatikan sepihak oleh Azkara,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments