merusak anak orang

Daniel langsung memutar motor bututnya. Ia kembali lagi ke rumahnya. Bukan hanya dirinya seorang yang akan datang ke rumah Sean tapi juga beserta kedua orangtuanya.

"Mak, pak, buruan mandi. Ada yang perlu kita kunjungi," teriak Daniel setelah memasuki rumahnya yang kecil.

Seorang perempuan yang paruh baya berjalan tertatih mendekati sumber suara. "Ada apa emang nak?" sahut ibunya Daniel, Siti.

"Aku hamilin anak gadis orang mak," jawabnya datar.

"Apa?" pekik Siti, ia tak menyangka putranya bisa berkelakuan seburuk itu.

"Kenapa bisa begitu nak?" Pak! Pak! Sini! Anakmu," teriak Siti membuat kegemparan di rumah itu.

Seorang pria yang sudah mulai sepuh keluar dari satu kamar. Ia berjalan cepat setelah mendengar teriakan istrinya. "Ada apa bu?" tanya ayahnya Daniel, Joko.

"Anakmu pak! Oalaah! Anakmu menghamili anak gadis orang hiks hiks," rintih Siti tersedu-sedu setelah mendengar pengakuan Daniel dengan ekspresi biasa saja.

"Apa benar itu Daniel?" teriak sang Ayah tak terima.

"Iya pak! Tenang saja, anak itu anak orang kaya!! Kita bakal kaya mendadak," lontar Daniel menyakinkan kedua orang tuanya.

"Benarkah? Kalau begitu lamar dia sekarang," titah Joko tanpa pikir panjang. Joko juga ingin menikmati hidup mewah selama berpuluh-puluh tahun hidup dalam kemelaratan.

"Astaga! Bapak, Daniel kenapa malah jadi bersikap seperti itu. Kalian berdua sadar! Daniel itu sudah merusak anak orang!" ringis Siti tak habis pikir.

"Sudah! Kamu diam saja bu! Biar anakmu yang bertindak! Hal seperti ini jangan disia-siakan!" tampik Joko.

Daniel mengangguk kencang seraya menggulum senyum lebarnya. "Iya emak tenang aja! Daniel akan bikin hidup kita mendadak kaya!" teriak Daniel kegirangan.

"Astagfirullah Daniel! Tobat nak! Apa yang sudah kamu lakukan itu perbuatan dosa." Siti mengingatkan terus-menerus agar anaknya sadar. Tapi sikap Daniel semakin angkuh setelah mengetahui calon istrinya adalah anak orang kaya.

"Udah buruan mandi mak, pak! Kita akan ke rumah gadis itu sekarang," tegas Daniel. Ia memilih duduk di sofa buluk bekas pemberian tetangga mereka.

Selama menunggu kedua orang tuanya bersiap-siap mandi. Daniel mengirimkan pesan pada Sean.

Daniel

Gue bentar lagi sampai di rumah lo. Sekaligus sama kedua orang tua gue. Mereka desak gue ngelamar lo!

Seketika Sean menjadi panik setelah membaca pesan dari pria itu. Ia belum memberitakan kabar kehamilannya pada sang papa. Bahkan ia takut papanya murka kalau tahu anaknya tengah mengandung.

Pikiran Sean makin kacau sekaligus khawatir. "Duh gimana nih! Apa papa bakal menerima laki-laki itu?" batinnya seraya duduk ditepian kasur.

Sean tak mau ambil pusing, ia segera mandi lalu mengganti bajunya.

"Duh gimana nih!" sungut Sean karena keputusan telah dibuat oleh pria itu secara sepihak.

Setelah menyelesaikan pakai baju formalnya. Sean mencari sosok papanya.

"Bi Tut, lihat papa nggak?" ucap Sean setelah melihat pembantunya itu sedang menyapu rumah mereka.

"Nggak lihat tuh non. Coba cari di belakang, tanya sama yang lain," kilah bi Tuti.

Sean berlari menyusuri ruangan rumah mereka yang begitu besar. Matanya terus memutar mencari dimana papanya berada.

"Bi, lihat papah nggak?" celetuk Sean setelah melihat Bi Jaenab di halaman rumahnya.

"Di kamarnya emang nggak ada non?" Bi Jaenap malah melemparkan pertanyaannya.

"Ih bibi kok malah balik nanya. Huh," desis Sean meninggalkan Bi Jaenab yang asik menyapu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!