Masa kini\~2022
oek... oekk..
Suara tangis bayi pecah, membangunkan Sean Prawira dari mimpi buruknya yang kerap kali hadir sebagai bunga tidurnya.
Mimpi buruk ketika kegadisannya direnggut serta ditinggal pergi oleh sang ibu yang sampai saat ini tak pernah menemuinya lagi.
"Bangun lo! Anak lo nangis tuh," berang Daniel yang statusnya kini sudah menjadi suami Sean.
Perempuan itu bangun dengan muka lesu, matanya sembab karena ia menangis saat bermimpi buruk. Mimpi yang mengingatkannya pada kejadian tempo dulu. Kejadian dimana ia sampai ke titik sekarang ini. Menjadi seorang istri sekaligus tulang punggung keluarga mereka.
"Buruan gendong!" desak Daniel seraya menutup telinganya. Telinganya terasa sakit acapkali mendengar tangisan bayi mereka. Bayi yang baru lahir seminggu yang lalu.
Sean berjalan dengan lesu, tubuhnya tak lagi molek. Pasca melahirkan, kenaikan berat badannya tak kunjung turun. Rambutnya acak-acakan karena tak sempat bersisir, di bawah matanya menghitam seperti mata panda karena kurang tidur, ia hanya memakai daster kusut murahan pemberian suaminya.
Huft
Sean mengeluarkan nafas kasarnya. Hidupnya teras berat. Baru seminggu melahirkan sudah dipaksa untuk bekerja membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian hingga menyetrikan baju tetangganya demi mendapat penghasilan tambahan.
Padahal, luka jahitan di parineumnya saja belum pulih. Namun, semua pekerjaannya harus diselesaikan.
Ingin sekali rasanya Sean kembali kepada satu tahun yang lalu, dimana ia hanyalah seorang gadis kecil yang hanya bisa bermalas-malasan menikmati uang papanya.
Papanya sekarang telah menjauhinya, sudah tak menganggapnya lagi sebagai anak. Orangtuanya memilih membuang putri mereka satu-satunya daripada harus mencoreng nama baik keluarganya.
Sean terpaksa melepaskan kehidupan mewah yang selama ini dinikmati. Namun, akhirnya selama masa pernikahan hidupnya melarat. Ia kerja banting tulang sejak mulai membina biduk rumah tangga dengan pria pemalas seperti Daniel Prasetyo.
Alasannya cukup klasik, ia tak mau bekerja lantaran belum ada panggilan lamaran yang sudah dimasukkan ke berbagai perusahaan.
Suaminya bahkan malas-malasan tak mau menafkahi dirinya dan anak mereka. Hingga akhirnya Sean bekerja banting tulang tapi hasil pekerjaanya tidak mampu menutupi kebutuhan sehari-harinya.
Terkadang Sean terpaksa berhutang dengan warung yang ada didekat kontrakan mereka. Menggali lubang dan menutup lubangnya ketika sudah digaji oleh orang lain setelah melakukan pekerjaan serabutan.
"Yee! Malah bengong di situ!" lontar Daniel yang tak sabar ingin menyumpal mulut bayi mereka karena berisik.
"Sabar! Kenapa nggak lo aja yang gendong," tutur Sean kecewa, suaminya tak mengerti rasa lelahnya. Ia hanya berbaring sembari memainkan game di ponselnya.
Nyesal gue nikah sama lo! Kampret!
Sean bergumam mencibir suaminya. Menyesal. Satu kata yang kerap kali ia lontarkan ketika melihat hidupnya yang penat dan pelik akan berbagai masalah yang menimpa.
"Malas gue! Belum waktunya gue punya anak! Lo sih segala bunting," kecam pria itu.
Sean hanya berjalan mendekati bayinya yang berada di dalam baby box bekas keluarga Daniel yang mereka pinjam sementara.
Wanita itu tak mau meminta bantuan dari papanya lantaran telah sakit hati. Ia sakit hati dimaki-maki oleh ayahnya sendiri. Kata-kata yang tajam keluar dari mulut Prawira, membuat Sean sedih dan malas untuk meminta bantuan papanya.
Apalagi papanya sudah mencoret namanya dari kartu keluarga mereka. Bahkan Sean sudah dianggap mati. Prawira kini hidup seorang diri, tak ada istri maupun anak yang menemaninya.
Cup... Cup...
Sean menggendong bayi yang kulitnya masih memerah. Bayi itu terdiam setelah mencium aroba tubuh sang ibunya. Kicauan yang keluar dari mulut Sean juga menenangkan bayi mereka.
Ia terus menggendong santai, ke kanan dan ke kiri. Hingga nyenyak kembali tidur. Ia letakkan perlahan bayinya di dalam baby box. Pelan, pelan agar sang bayi tidak terbangun.
Mata Sean kini tertuju pada pria asing yang telah menjadi suaminya. Tak pernah dibenaknya ingin menikah muda, apalagi menjadi mama muda diusia dini.
Meski Sean adalah anak dari pria terkaya nomor satu di negaranya. Sean yang terikat dengan pria miskin yang menjadi bomerang dikehidupannya.
Bahkan mereka menikah secara diam-diam karena telah hamil duluan, akibat kesalahan fatal tersebut orangtuanya tak merestui pernikahan mereka.
"Andai aku dulu menuruti keinginan papa. Tidak menikah dengan pria ini. Mungkin saja hidupku tidak semenderita ini." Sean memalingkan wajahnya dari pria itu.
"Bikinin makanan gue! Lapar!" titah Daniel tak tahu diri.
Sean hanya menatap tajam pria itu. Pria yang benar-benar tidak tahu diri. Memerintah sesuka hati. Rasa luka di area sensitif Sean bahkan belum pulih, tapi pria itu malah menyuruh-nyuruhnya sesuka hati.
Sean tak banyak bicara. Ia bergegas ke dapur. Membuatkan makanan hanya dari sisa bahan yang ada.
Disana hanya ada mie instant serta nasi yang tadi pagi dimasak oleh Sean. Dengan sigap Sean memasak mie instant tersebut. Merebusnya selama tiga menit.
Lalu menghidangkan mie instant beserta nasi putihnya. Ia berjalan gontai mendekati suaminya yang ada di dalam kamar.
"Sudah mas." Sean berpindah ke kamar bayinya, mengecek kondisi bayinya ternyata masih tertidur pulas.
Daniel berjalan menyusuri ruangan. Setelah melihat meja makan, hanya ada semangkuk mie instant dengan nasi putih. Dirinya semakin berang dan murka.
"Sean! Sini lo!" teriak Daniel memasang wajah penuh amarah.
Sean datang mendekatinya dengan takut-takut dan khawatir. "Ada apa mas?" tanya Sean polos. Wajahnya sangat kusut, khawatir akan dimaki-maki oleh suaminya.
"Makanan apa ini? Masa cuma mie instant dan sama nasi. Telor saja pun tidak ada," erangnya bernada tinggi.
"Maaf mas. Hanya itu yang ada di dapur. Aku juga tidak punya uang lagi," lirihnya dengan kepala tertunduk.
Setelah menikah dengan Daniel, hidup Sean begitu melarat. Bahkan ia selalu patuh apapun yang diucapkan oleh suaminya. Tak hanya itu. Sean bahkan terlalu baik untuk pria seperti Daniel.
"Dasar! Perempuan sialan! Bikin makanan saja lo nggak becus! Kerja yang benar dong, biar dapat duit banyak," tegur Daniel dengan lantang. Membuat Sean semakin geram. Sean sampai mengepalkan tangannya karena tak mampu melawan.
"Harusnya lo yang kerja. Guekan baru saja melahirkan. Lo sendiri daripada diam di rumah menunggu dinafkahi, lebih baik cari kerja," protes Sean mengeluarkan unek-uneknya.
"Gara-gara siapa gue begini! Gara-gara lo perempuan ******! Gue nggak bisa kuliah juga karena harus nikahin lo!" kilah Daniel dengan bengisnya. Padahal sebenarnya ia tak mampu kuliah karena orang tuanya yang tak mampu memberikan biaya.
Keputusan menikah pun ia ambil dengan dalih agar mendapatkan uang yang banyak melihat bibit, bobot dan bebet keluarga Sean yang kaya raya. Daniel sangat percaya diri akan mendapatkan durian runtuh, kaya mendadak setelah menikahi gadis itu.
Nyatanya tidak, Daniel gagal menjadi orang kaya lantaran keluarga Sean membuangnya. Tidak menganggap Sean lagi bagian dari keluarga itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments