gue hamil

"Halah! Bukan karena gue tapi keluarga lo yang nggak mampu! Dasar pria miskin!" decak Sean sebal. Pria itu jika dibaikin malah melunjak, oleh karena itu Sean lebih baik menjadi wanita pembangkang dan melawan kata-kata itu dengan kasar.

"Apa maksud lo hah? Kalau gue miskin kenapa lo mau nikah sama gue?" tantang Daniel semakin berang.

"Capek gue bicara sama orang yang hanya jago bicara tapi nol aksi! Lo sebagai laki jaga wibawa dong! Tunjukin kalau lo itu laki-laki, bisa menafkahi istri dan anak lo," racau Sean beraut wajah kesal.

Ia sudah malas menjadi wanita yang penurut. Menuruti kemauan pria tak tahu diri seperti Daniel hanya menciptakan mala petaka baginya. Kini Sean memberanikan diri untuk melawannya.

Biasanya Sean bernada lembut, baik dan penurut. Sekarang ia merubah sikap itu. Memang lebih tepatnya ia harus mencontoh papa dan mamanya yang memiliki watak keras.

"Ah! Tolol lo sok tahu, kebanyakan bacot." Satu tamparan mendarat di pipi Sean yang masih agak berisi terlihat chubby.

"Awwww!" pekik Sean seraya memegang pipinya yang terasa panas dan perih.

Sean memilih diam daripada terus-terusan disakiti oleh pria itu. Dia berlari ke kamar menangis tersedu-sedu. Ingin sekali rasanya pergi jauh meninggalkan lelaki yang tak tahu diri itu.

"Lo lihat saja nanti! Suatu saat gue bisa bebas dari lo," batin Sean. Ia terus mengeluarkan air matanya, merasa sakit dan kecewa. Ternyata pilihannya sangat jauh dari ekspektasi.

*****

Flashback satu tahun lalu...

"Gue hamil," lirih Sean dari seberang teleponnya. Ia menghubungi salah satu kontak yang tersimpan di ponselnya. Nomor Daniel Prasetyo yang ditulis sendiri oleh orangnya langsung di ponsel Sean sebelum mereka berpisah dari pertemuan kali pertama yang menjerat mereka sehingga menjadi sepasang suami istri.

"Lo siapa?" ujar pria itu dari seberang teleponnya. Ternyata bukan hanya Sean yang ia tiduri, entah berapa banyak wanita yang telah ditiduri oleh Daniel.

Kelakuan bejadnya bahkan terjadi karena ia ketagihan menonton Blue Film. Jadi ia ingin mempraktekan gaya-gaya yang ditontonnya pada para wanita yang berhasil tergoda.

"Hah? Maksud lo apa?" sahut Sean.

"Apa yang lo tiduri bukan cuma gue?" Sean terus melanjutkan perkataannya.

"Banyak! Banyak yang gue tiduri," jawab Daniel terang-terangan. Meski Daniel baru lulus sekolah, tetapi ia juga sangat sering mempermainkan wanita hanya bermodalkan tampang tampannya.

Masih di bangku SMA saja ia berani melakukan hubungan suami istri dengan pacar atau perempuan yang mendekatinya. Apalagi setelah dinyatakan lulus SMA, perangainya makin menjadi-jadi.

"Gue Sean. Yang tidur sama lo di kamar 609 di Hotel CX."

"Oh perempuan yang mabuk itu!" ucapnya setelah mengingat kilas balik hubungan mereka.

"Jadi gimana?" lontar Sean berharap Daniel akan bertanggungjawab.

"Ya, sesuai perkataan gue. Gue akan bertanggungjawab kok," jawab Daniel santai.

"Gue harus ketemu lo," balas Sean.

"Rumah lo dimana? Biar gue yang kesana!" Daniel semakin penasaran pada sosok Sean, wanita yang kini sudah mengandung anaknya.

"Gue tinggal di Jalan Xxi, Jakarta Pusat." Sean mendengarkan menunggu jawaban Daniel dengan fokus.

"Oke! Tunggu gue disana. Bentar lagi gue samperin lo." Daniel menutup sambungan telepon mereka.

Ia langsung mandi dan berpakaian rapi. Beruntung masih siang hari, ia masih sempat berdandan layaknya pria parlente.

Hal yang pertama kali ia lakukan adalah mengecek keluarga Sean. Daniel mengendarai kereta bututnya tanpa rasa malu, ia langsung menuju alamat yang disebutkan oleh Sean.

Betapa kagetnya Daniel, ketika berada di depannya terbentang luas rumah megah minimalis. Rumah dua lantai ditutup dengan pagar yang tinggi.

"Beneran ini rumah cewek itu? Gila gue bisa kaya mendadak hahahaha," batinnya meronta kegirangan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***