The Wedding Ring

The Wedding Ring

pria asing

...Halo teman-teman......

...Selamat datang di karya terbaruku.. Genrenya ini lebih ke fantasi, dimana sang protagonis perempuan akan melalang buana sebagai traveller time. Bertujuan kembali ke masa lampaunya......

...Sebelum kalian mulai membacanya, yuk bantu author untuk VOTE karya ini agar muncul di beranda teman kalian yang lain. Bantu author untuk mengembangkan karya yang baru ini ya sayang2... ...

...Jangan lupa bantu like, komen, dan masukkan list novel ini ke favorit kalian.....

...*Terimakasiihhh**🥰*...

...Semoga kalian suka!!!!...

...\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~...

Seorang wanita berjalan tertatih melintasi koridor hotel tengah malam, berjalan sempoyongan sembari memegangi kepalanya yang terasa berat dan sangat memusingkan.

Wanita itu, Sean Prawira berusia 18 tahun, baru saja merayakan kelulusannya sebagai anak SMA. Di klub hotel, ia bersama teman-teman seangkatannya berpesta pora menikmati minuman yang memabukkan.

"Ahh," decit Sean sempoyongan mencari kamar yang telah ia sewa untuk semalam, sebelum menikmati party kelulusannya di klub, ia sudah memesan satu kamar hotel karena tak memungkinkan untuk pulang ke rumah.

Matanya serasa buram, tak mampu memperhatikan nomor kamar dengan jelas. Sampai akhirnya ia melihat sebuah kamar bertuliskan 609, kamar itu diduga miliknya. Padahal kamar Sean seharusnya bernomor 608. Mata kaburnya membuat ia berhenti di depan kamar miliknya.

Berkali-kali, Sean menempelkan kartu hotelnya. Namun pintu tak kunjung terbuka.

Bugh!

Bugh!

Karena rasa kesalnya, ia menggedor-gedor pintu kamar dengan kedua tanggannya secara bergantian.

Ia coba lagi menempelkan kartu hotel untuk membuka pintu kamar, nyatanya pintu itu tak kunjung terbuka.

"Ah kepalaku berat sekali," decit Sean meremass kepala beratnya seperti tertindih sebuah batu besar. Ingin sekali rasanya ia merebahkan diri diatas ranjang yang empuk, menikmati tidur malamnya.

Malam itu tepat pukul 12 malam, Sean terduduk lemah seraya merintih karena pusing yang menderanya.

Brak! Brak!

Kembali ia memukuli pintu yang tak kunjung terbuka dengan sepatu heelsnya. Rambutnya terlihat acak-acakan, dressnya sangat terbuka, bahkan satu tangannya menenteng heels yang telah dibukanya saat tiba di depan pintu kamar hotel sejak tadi.

"Sial! Apa staf hotel ini menipuku!!" tuduhnya mendelik kesal.

Sean masih terduduk di depan kamar hotel. Tak berselang lama, seorang pria menghampiri. Pria itu berjalan sempoyongan layaknya yang Sean lakukan tadi.

Ia mencari satu kamar miliknya, kamar yang telah didatanginya siang tadi untuk berkumpul bersama teman-temannya. Sama halnya seperti Sean, pria asing itupun baru selesai merayakan kelulusan sekolahnya ditingkat SMA. Namun mereka berbeda sekolah bahkan mereka tak saling mengenal.

Kamar milik pria asing itu seharusnya punya sahabat satu kelasnya, mereka berkumpul sama-sama untuk merayakan kelulusan juga.

Namun, karena kedua orangtua temannya menyuruh pulang, alhasil kamar itu diberikan pada pria asing tersebut.

Ia berjalan semakin dekat, tak melihat wanita yang ada didepannya.

Bugh!

Kaki pria asing itu menabrak kaki Sean yang tergeletak lemah di depan pintu. Namun, ia berhasil menahan keseimbangan tubuhnya sehingga tak jadi terjatuh.

"Shittt, siapa sih ini," gumamnya seraya menendang kaki Sean dengan lemah. Saat kedatangan pria asing tersebut, Sean sudah tak sadarkan diri.

"Minggir," ujar pria asing itu menyingkirkan tubuh lemah yang tak memberi respon sedikitpun. Ia menempelkan kartu hotelnya.

Tit

Suara kunci terbuka, bergegas pria asing itu menarik handel pintu masuk ke dalam kamar. Sebelum menutup pintu kamarnya, tangannya terhenti. Menatap wanita yang terbaring lemah di depan tubuhnya saat ini.

"Ah sial! Siapa perempuan ini," racau pria asing itu.

Lantaran tak tega melihat seorang wanita tertidur tanpa sadar di depan kamarnya, ia menyeret perempuan itu dengan susah payah menggunakan kedua tangannya.

Dilekatkan tangannya ke lengan perempuan itu, menggiringnya masuk ke dalam kamar. Rasa pusingnya pun tak kunjung hilang, meski ia sudah meneguk segelas air mineral.

"Shitt! kebanyakan minum gue," racaunya lagi.

Sambil berjalan sempoyongan, pandangannya teralihkan lagi pada tubuh perempuan seksi yang tergeletak di atas lantai. Tubuh itu tampak menggiurkan baginya, kulit putih mulus, berkaki jenjang, bahkan memiliki bokong yang semok membuat tatapannya semakin tajam.

Glekk!

Ia menelan air liurnya begitu saja, setelah menyaksikan pemandangan seorang wanita yang tampak awut-awutan tapi tetap cantik dan seksi.

Pria asing itu mengumpulkan tenaga terakhirnya, memboyong tubuh mulus nan seksi ke atas ranjang.

Fiuhhhh

Nafas kasarnya yang berat berhasil ia keluarkan setelah membaringkan tubuh molek itu diatas ranjang miliknya.

"Siapa gerangan wanita ini? Kenapa dia menunggu di depan kamarku?" tanyanya penuh tatapan menyelidik.

"Apa perempuan ini dikirim Tuhan untuk menemaniku malam ini? hihihi," raungnya semakin mengigau.

Ia menghempaskan tubuhnya begitu saja, tepat berada di samping wanita itu. Tangan nakalnya mulai berseluncur di lengan wanita yang berkulit putih tersebut.

Pria itu mendekati wanita yang tertidur pulas disampingnya. Wajah cantiknya begitu sempurna, serasa menggodanya malam itu.

Ia membelai wajah cantik Sean. Mendekatkan bibirnya dengan bibir gadis tersebut.

Kemudian, pria itu mencoba mencium Sean dengan hati-hati. Sialnya, ciumannya disambut oleh gadis yang tak dikenalnya.

Ia menjelajahi rongga mulut wanita itu secara perlahan. Rasanya begitu nikmat, terasa manis sekali, membuat ia bertukar shaliva secara mendadak, meneguk shaliva yang terasa memabukkannya malam itu.

"Shittt!" gumamnya ketika melihat burung perkututnya mulai berdiri dan membesar karena sensasi ciuman yang semakin panas.

Tatapannya menelisik gadis yang ada di hadapannya, ia melihat mata yang masih terpejam dengan erat. Tak ada tanda-tanda kalau wanita itu telah tersadar dari tidurnya.

Mengapa ia membalas ciumanku? Apa dia pura-pura tertidur? Siapa dia? Kenapa dia ada disini? Ah, aku sama sekali tak mengenalnya, tapi dia membuatku tergoda.

Pria itu bergumam seorang diri, menatap tajam wanita yang dianggapnya sebagai sebuah anugerah untuknya malam ini.

Apa aku boleh menyentuhnya? Ah, sial aku tidak tahan lagi.

Pria itu kembali mendaratkan bibirnya pada bibir Sean yang tipis, bibir itu terasa kenyal bahkan sangat manis. Sean yang tertidur lelap membalas ciuman itu semakin dalam.

Ia menikmati ciuman hangatnya, tanpa sadar ia menjelajahi setiap inci rongga mulut pria itu.

Pria asing itu semakin tak tahan menikmati godaan di depan matanya. Ia melucuti baju gadis tersebut, perlahan demi perlahan. Hanya sekali tarik, dress itu terlepas dari tubuhnya.

Entah mengapa ada rasa puas menyelimuti pikiran pria asing tersebut, setelah ia berhasil melepaskan helaian demi helaian yang terpakai pada tubuh Sean.

"Ahhhh," desisnya menikmati pemandangan yang luar biasa saat ini.

Ia melihat tubuh Sean yang mulus, seksi, putih, berbadan tinggi, dengan rambut terurai panjang sepunggungnya.

"Aku tidak boleh menyia-nyiakannya," ujar pria itu seraya menatap tajam gadis itu dengan kedua mata elangnya.

Pria itu melepaskan semua pakaiannya, melempar baju dan celananya ke bawah lantai. Baru saja ia mau menerkam Sean, mengungkungnya dalam pelukan yang erat, tiba-tiba Sean terbangun dan mengigau.

"Siapa kamu?" lirihnya menatap tajam pria itu, mencoba mendudukkan tubuhnya.

Tiba-tiba...

Gubrak!!

Tubuh Sean kembali terhempas ke ranjang. Matanya terpejam rapat, rasa mabuknya tak menghilang. Ia hanya meracau sementara dan kembali pulas.

Pria itu kembali melancarkan aksinya, menempatkan dirinya diatas tubuh mulus Sean, mencumbunya secara perlahan. Menciumi pipi, bibir, hingga leher jenjangnya.

Sean merintih tetapi sekaligus menikmatinya.

"Ahhh," desah Sean saat cumbuan itu mendarat dileher jenjangnya.

Pria asing itu terus menjelajahi setiap inci bagian tubuh Sean. Perlahan-lahan, ia menikmatinya dengan lembut.

Setelah gair*ahnya memuncak, pria asing itu menancapkan sesuatu ke lubang yang paling terintim milik Sean. Sulit sekali rasanya masuk. Satu hentakan masih tertahan, dua kali hentakan masih juga tertahan sampai-sampai Sean merintih kesakitan.

"Awwwww!" pekik Sean tanpa sadar. Ada sesuatu yang mengganjal dibawah sana, belum masuk dengan sempurna.

Pria asing itu terus mendorong dengan kencang, saat hentakan ketiga ia merasa puas. Benda asing itu sudah menancap sempurna hingga mengeluarkan tetesan darah membasahi kepunyaannya bahkan menetes ke bed cover hotel itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!