bodoh

Sean mengerang kesakitan. Hal ini baru pertama kali ia rasakan bahkan dengan keadaan tak sadarkan diri.

Sementara, pria itu sangat menikmati aksinya. Ia menggoyangkan tubuhnya ke atas dan ke bawah demi memuaskan dirinya sendiri.

"Aaahhh! Ahhhh," desah Sean tak terhenti. Tubuhnya menggeliat mengikuti gerakan pria itu.

Pria itupun sangat menikmati suara rintihan Sean. Seperti saat ini, ia tengah menikmati tubuh itu. Aroma tubuh Sean juga membuatnya semakin bergairah.

Selama memuaskan nafsu gilanya, tangan pria itupun semakin nakal melayang kemana-mana. Kedua tangan kekar itu mendarat pada ke dua gunung kembar milik Sean, bahkan sesekali ia menyesap pucuk gunung kembar itu.

"Ahhh! Ahhh," erang pria itu setelah mendapatkan puncak kenikmatan tak terhingga, mengeluarkan kumpulan benih yang akan melalang buana untuk membuahi rahim Sean.

Begitupula dengan Sean, ia mengerang kesakitan sekaligus menikmati. "Ahhh!" ******* terakhirnya membuat lengkungan tipis di bibir pria itu.

Setelah selesai menyatu dan terpuaskan. Tubuhnya yang daritadi berada diatas tubuh Sean, ia hempaskan ke samping.

Haaahhh

Helaan nafas berat baru saja ia keluarkan. Keringatnya bahkan membasahi di sekitar anak rambut serta keningnya. Setelah permainan panas tadi, ia langsung tersadar dari mabuknya.

Ia menatap Sean dengan lekat. Menggulum senyumnya. Ia semakin penasaran dengan sosok perempuan yang telah terenggut kegadisannya malam ini.

Pria itu tertidur lelap setelah melakukan permainan panasnya. Sebelum tidur, ia menutupi tubuhnya dan tubuh Sean dengan selimut.

****

Suara kicauan burung terdengar, cuaca pagi itu tampak terik. Sinar matahari telah menerangi menembus melalui celah-celah jendela kamar hotel yang Sean tiduri untuk bermalam.

Sean pun baru tersadar dari tidurnya dengan kepala yang masih terasa berat. "Ahhh," erangnya seraya memegangi kepalanya yang terasa masih pusing sisa tadi malam.

Setelah memicingkan matanya, menyelidiki kamar yang tiduri. Seketika matanya membelalak tajam. Ia mencoba untuk duduk, tetapi area intinya terasa sangat sakit.

"Aaaaaaaakk," pekik Sean merasa perih kesakitan.

Ia mengintip di dalam selimut. Sialnya, saat ini Sean tak memakai sehelai benang pun. Seluruh tubuhnya terekspose. Kini matanya beralih menoleh kepada sosok pria yang ada di sampingnya.

Sean menarik selimutnya dengan erat dan berteriak sangat kancang. "Lo siapa? Kenapa ada di kamar ini?"

Pria itu langsung membuka matanya dengan setengah sadar. "Heemm udah bangun?"

Pertanyaan yang baru saja ia lontarkan membuat Sean bingung sekaligus histeris. "Hey! Bangun dulu! Jelaskan apa yang terjadi semalam?" teriak Sean ketakutan.

Pria itu malah mencoba meraih selimut yang ditarik oleh Sean karena sebagian tubuhnya telah terlihat. Matanya masih terasa berat dan ngantuk.

"Lo siapa sih? Mengapa gue tidak memakai baju? Apa yang lo lakukan sama gue?" protes Sean karena tak kunjung mendapatkan jawaban.

Pria itu mengucek kedua matanya, lalu memposisikan tubuhnya. Kini ia sudah terduduk dengan mata sembab khas orang yang baru terbangun dari tidurnya.

"Kenalin! Gue Daniel Prasetyo! Semalam kita melakukan itu berdua tanpa sadar! Tapi, lo sendiri juga menikmatinya kok." Daniel mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Sean. Tetapi wanita itu malah histeris ketakutan.

"Apa? Lo gila ya? Lo lakukan itu sama gue tanpa seizin gue? Hah!" dengus Sean meratapi nasibnya saat ini.

Tanpa disadari, bulir-bulir bening itu sudah membasahi pipi tirusnya. Karena uluran tangan Daniel tak mendapatkan respon positif, ia mengepalkan tangan itu dan menariknya kembali.

"Sorry gue nggak bermaksud begitu! Semua terjadi begitu saja. Lo dan gue sama-sama mabuk, terus—."

"Terus apa? Karena gue mabuk, lo manfaatin gue untuk memuaskan nafsu bejad lo?" cecar Sean tersedu-sedu.

Mahkota kegadisan yang selama ini ia jaga bahkan akan diberikan pada suaminya nanti telah sirna. Bahkan diambil oleh seorang pria yang tidak dikenalnya.

"Gue akan bertanggung jawab." Daniel mendekati Sean. Namun Sean malah takut dan mendorong tubuhnya ke belakang agar menjauh dari posisi Daniel.

"Bertanggungjawab bagaimana? Gue ini baru saja lulus SMA, gue masih ingin menikmati hidup gue, tapi lo yang nggak gue tahu asal-usulnya tiba-tiba merenggut semuanya gitu aja?" berang Sean.

"Tenang dulu! Kita bisa bicarakan baik-baik." Daniel mulai berdiri, membuat Sean makin memekik keras karena melihat pria itu tanpa mengenakan sehelai benang pun.

"Aaaaah! Laki-laki gila," pekik Sean semakin menggenggam erat selimutnya.

Meski Daniel memiliki wajah yang tampan bertubuh gagah, tetap saja Sean tak bisa langsung jatuh cinta padanya. Bahkan laki-laki itu terlihat sebaya dengannya. Bagaimana mungkin anak yang masih berusia 18 tahun harus menikah?

"Ah gila!" desah Sean seraya meremass kepalanya, ia meratapi kebodohannya tadi malam.

Daniel memakai semua bajunya yang berserakan di lantai. Sementara Sean hanya melihat kejadian itu, tak berkutik mengikuti jejak Daniel. Karena dia sendiri belum mengenakan apapun di tubuhnya.

"Lo nggak mau pakai baju dulu?" tawar Daniel menyodorkan dress milik Sean.

Sean merenggutnya dengan takut-takut. Memakainya secepat kilat.

"Kita ngomong baik-baik. Tadi gue udah sebutin nama gue. Nama lo sendiri siapa?" Daniel membuka pembicaraan lebih dulu, dengan suara yang lembut dan menenangkan.

"Gue Sean Prawira!" Sean masih duduk diatas ranjang, menatap pria itu dengan dinginnya.

"Oke, jadi sebenarnya tadi malam lo pingsan di depan kamar gue. Dan gue bantu lo masuk ke dalam kamar ini." Daniel juga mendudukkan tubuhnya di tepian ranjang. Menatap lekat perempuan yang sedang tampak ketakutan.

"Karena gue juga nggak sadar, kita berdua ngelakuin itu. Sumpah gue nggak ada niatan jahat," akunya dengan jujur.

Sean memicingkan matanya, tetapi ia merasa tidak bisa percaya begitu saja. "Yaudah apa yang terjadi semalam, gue akan lupain. Anggap aja kita nggak pernah kenal," ketus Sean, ia beranjak dari ranjang, mencari barang-barang miliknya.

Ia ambil tas dan ponsel yang tergeletak di atas nakas. Lalu berjalan ke arah depan pintu. Selangkangannya terasa sakit, bahkan ia berjalan seperti bebek, berjalan pontang-panting karena rasa perih di area bawahnya.

"Tunggu dulu!" Daniel mengejarnya, merampas ponsel milik Sean. Lalu ia mengetikkan nomor ponselnya.

"Itu nomor gue. Gue harap nggak ada apa-apa, tapi kalaupun ada apa-apa kedepannya, lo boleh hubungi gue." Defan mundur ke belakang dan duduk lagi di atas ranjang.

Sean mengangguk patuh, tetapi ia masih saja tak habis pikir dengan kejadian semalam. Pikirannya berkecamuk bagaimana jika ia hamil nanti? Akankah keluarganya merestui?

"Gue pergi!" pamit Sean menarik daun pintu kamarnya, meninggalkan Daniel seorang diri di dalam kamar.

Sean berdiri mematung di depan kamar Daniel. Ia kembali cek nomor kunci kamar yang berada di dalam tasnya.

"Shiittt! Gue yang salah kamar kayanya!" Sean menatap nomor kunci dan nomor kamar Daniel yang berbeda hanya satu angka di belakangnya.

"Bodoh! Bodoh!" Sean memukul-mukul kepalanya tanpa henti karena meratapi kebodohannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!