Paket Misterius

Pagi itu, disaat Pak Hendro sedang asyik membaca koran di teras belakang rumah, tiba-tiba saja ia mendapatkan pesan.

Selamat pagi jenderal yang aku cintai!

Mas, aku minta kirimi uang 2 juta! Buat beli kebutuhan sehari-hari! Kamu tahu sendiri kan, sekarang apa-apa mahal! Mana mungkin cukup uang sejuta buat sebulan!

"Brengsek! Istri bukan! Tapi sudah minta uang bulanan!" Pak Hendro memaki. Namun dengan cepat ia menengokkan kepalanya ke arah dapur. Lelaki itu takut bila istrinya melihat atau mendengar ucapannya. Pak Hendro pun membalas pesan dari perempuan yang bukan lain adalah Rindarti.

Cewek keparat!!! Kamu mau mencoba-coba memerasku? Silahkan saja, aku sama sekali tidak takut! Aku tidak akan memberikan lagi uang sama cewek matre sepertimu! Tidak berapa lama, Rindarti membalas pesan darinya.

"Jadi kamu menantang aku mas? Apa kamu sudah nggak takut lagi, kalau istrimu tahu bahwa suami yang dicintainya ternyata sudah mengkhianati dirinya?"

"Dasar cewek murahan!!! Lebih baik aku tidak usah membalas pesan darinya. Kalaupun dia telpon, tidak akan aku mengangkatnya! Aku harus melupakan dirinya! Anggap saja aku tidak pernah mengenalnya!" Serunya dalam hati. Pak Hendro mencoba tidak memikirkan janda muda itu. Namun walau bagaimanapun juga, sosok perempuan muda itu selalu mengganggu pikirannya.

"Pak, kenapa melamun? Apa yang sedang bapak pikirkan? Sampai-sampai nasi uduknya didiemin!" Tanya Bu Erina sambil menikmati sarapan nasi uduk.

"Tidak ma! Bapak tidak memikirkan apa-apa kok ma! Cuma lagi kurang nafsu makan saja!"

"Apa bapak memikirkan Yuda? Atau justru memikirkan Angga?"

"I...iya ma!!! Bagaimana kalau Angga kita jodohkan sama anak kawan bapak? Dia purnawirawan TNI juga! Anaknya kerja jadi guru SD!"

"Boleh juga pak! Tapi apa Angga-nya mau kalau kita jodohkan? Anak sekarang kan berbeda dengan anak jaman dulu, yang selalu menuruti perintah kedua orang tuanya."

"Kalau melihat sikap Angga selama ini, bapak rasa Angga mau kalau kita kenalkan dengan anak kawan bapak!"

"Ya sudah, mama ikut bapak saja! Sekarang sarapannya dimakan dulu pak!" Pintanya. Pak Hendro pun perlahan menyendok nasi uduk di depannya. Disaat mereka sedang asyik menikmati sarapan pagi, tiba-tiba saja suara bel rumah berbunyi dengan keras.

"Sebentar pak! Mama buka pintunya dulu!" Bu Erina beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu depan rumahnya. Begitu ia membuka pintu depan, ia melihat seorang laki-laki berdiri di depan pintu sambil membawa sebuah benda berbentuk kotak kecil berwarna coklat.

"Pagi bu. Apa benar ini rumahnya Bu Erina?" Tanyanya.

"Benar. Saya sendiri."

"Ini ada paketan buat ibu." Lelaki yang ternyata adalah seorang kurir itu, memberikan benda yang ternyata adalah sebuah paketan, kepada Bu Erina. Perempuan itupun menyambut paketan itu.

"Dari siapa ya mas? Soalnya saya tidak merasa beli barang online!"

"Ibu bisa lihat nama pengirimnya."

"Rindarti!"

"Iya sudah bu, terima kasih. Assalamu'alaikum." Kurir itupun berlalu dari hadapan Bu Erina. Sedangkan Bu Erina masih tertegun sambil memandangi paketan dari seseorang yang tidak dikenalnya. Bu Erina pun kembali masuk ke dalam rumah dan menemui suaminya.

"Pak, ini ma dapat paketan! Tapi ibu tidak kenal pengirimnya!" Ucapnya sambil menghampiri suaminya.

"Memang dari siapa ma?"

"Namanya Rindarti!" Jawabnya. Mendengar jawaban dari istrinya, Pak Hendro kaget setengah mati.

"Kurang ajar cewek murahan itu!!! Sebenarnya barang apa yang R!inda kirim?" Serunya dalam hati.

"Coba bapak lihat paketannya ma!" Pak Hendro mengulurkan tangan kanannya. Bu Erina pun memberikan paketan itu pada suaminya.

"Bapak buang saja ya ma! Kita kan tidak kenal pengirimnya! Jangan-jangan yang mengirimkan paketan ini, hanya orang yang tidak suka dengan keluarga kita!"

"Jangan pak!!! Lebih baik bapak buka dulu!"

"Kalau begitu ambilkan gunting ma!" Jantung Pak Hendro semakin berdebar kencang. Ia menduga-duga barang yang dipegangnya. Tidak berapa lama, istrinya kembali menghampiri dirinya sambil membawa gunting. Pak Hendro pun perlahan menyambut gunting itu dan perlahan membuka paketan berukuran kecil itu.

Setelah satu sisi berhasil ia gunting, Pak Hendro perlahan mengambil barang di dalamnya. Saat barang berukuran kecil dan panjang berada dalam genggamannya, Pak Hendro dan istrinya sangat kaget melihatnya. Benda yang dipaketkan dari Lindarti yang dikirimkan untuk Bu Erina, ternyata adalah sebuah alat tespeck kehamilan.

"Jahanam!!! Berani-beraninya betina itu mengirimkan alat kehamilan ini!!!" Maki Pak Hendro dalam hati. Kedua matanya melotot melihat tespeck kehamilan dengan tanda dua buah garis.

"Coba lihat pak!!!" Bu Erina mengulurkan tangan kanannya. Dengan gugup dan gelisah, Pak Hendro memberikan tespeck kehamilan itu pada istrinya.

"Dua buah garis!!! Itu, itu tandanya positif hamil! Apa maksudnya perempuan yang bernama Rindarti mengirimkan alat tespeck kehamilan ini pada mama, pak? Apa sebenarnya bapak mengenali perempuan bernama Rindarti? Apa bapak yang telah menghamili dirinya?" Tanya Bu Erina dengan keras.

"Mama jangan gampang kepancing dengan fitnah keji seperti ini!!! Bapak berani bersumpah, kalau bapak sama sekali tidak mengenali perempuan bernama Rindarti!!! Mungkin saja ada orang yang ingin menghancurkan keluarga kita, ma!!!" Bantahnya tidak kalah kerasnya.

"Apa bapak punya musuh?" Bu Erina merasa sangat tidak tenang.

"Bapak tidak tahu, ma! Kalau bapak pikir-pikir, perasaan selama ini bapak sama sekali tidak punya musuh!" Jawabnya dengan sedikit gugup.

"Terus apa yang akan kita lakukan pak?"

"Buang saja benda tidak berguna itu, ma!!! Mama tidak perlu takut! Mama juga tidak perlu memikirkan kejadian ini! Lain kali kalau ada orang yang mengirimkan paketan dari orang yang tidak mama kenal, lebih baik jangan terima paketan itu! Kalaupun terpaksa harus menerimanya, langsung buang saja paketan itu, ma!"

"Iya pak! Mungkin ada orang yang tidak suka melihat keluarga kita harmonis ya pak! Apalagi melihat Yuda menikah dengan anak pejabat!"

"Itu mama tahu! Jadi mama jangan mudah percaya dengan fitnah murahan seperti ini! Mungkin saja ada orang yang iri dan dengki pada keluarga kita!"

"Iya pak!" Bu Erina pun melangkahkan kakinya menuju tempat sampah. Tanpa ragu-ragu, ia membuang alat tespeck kehamilan di tangannya.

"Maafin mama ya pak! Mama sudah berprasangka buruk sama bapak!"

"Tidak apa-apa, ma. Yang penting mama jangan mudah percaya dengan fitnah murahan seperti ini!"

"Iya pak." Balasnya. Mereka pun melanjutkan menikmati sarapan pagi. Selesai sarapan, Pak Hendro berkelebat ke arah teras belakang rumah. Lelaki itupun mengirimkan pesan kepada Rindarti.

Apa maksudmu mengirimkan tespeck untuk istriku? Apa masih kurang banyak, uang yang aku kirimkan kemarin?

Jadi paketannya sudah sampai ya sayang? Aku hanya ingin kamu tahu, kalau aku tidak berdusta! Aku memang sedang hamil anakmu! Balas Rindarti.

Jahanam!!! Apa maksudmu melakukan semua ini? Apa kamu ingin merusak rumah tanggaku? Hardik Pak Hendro.

Aku ingin kita nanti malam ketemuan di diskotik Shangrila, jam tujuh! Kalau Pak jenderal nggak datang, maka akan aku bongkar semua rahasia kita berdua, pada istrinya Mas Hendro yang tercinta!

"Kurang ajar!!! Apa sebenarnya maunya setan betina ini? Mau tidak mau, aku harus mengalah terlebih dahulu! Aku tidak bisa bertindak gegabah! Aku tidak ingin istri dan anak-anakku tahu rahasiaku!" Ucapnya dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!