"Bapak lihat sendiri kan! Yuda atau Angga anak kebanggaan Bapak, yang sikapnya lebih baik?" Seru mamanya Yuda yang bernama Bu Erina.
"Walau bagaimanapun juga, tetap saja Angga jadi kebanggaan Bapak! Dia bisa menjaga harkat dan martabat keluarga Letjend Hendro Mulyawan!" Lelaki yang bernama Pak Hendro dengan penuh percaya diri menyebut pangkat yang telah berhasil diraihnya, sewaktu ia masih aktif berdinas sebagai anggota TNI Angkatan Darat.
"Apa Bapak masih belum sadar bahwa Yuda-lah yang lebih sukses dalam menjalankan usahanya! Belum ada tiga tahun Yuda bergelut dalam usaha konfeksinya, tapi Dia sudah mampu membeli mobil keluaran terbaru! Harusnya Bapak bangga mempunyai anak seperti Yuda!"
"Ngapain Bapak harus bangga sama Yuda! Sampai kapanpun Bapak akan tetap benci pada anak yang tidak mau diatur seperti Yuda!"
"Apa Bapak pikir anak Kita hanya jadi boneka Bapak, yang bisa dimainkan oleh Bapak sesuka hati?"
"Bapak melakukan semua ini kan untuk masa depan mereka bertiga! Kalau mereka sukses, kan mereka sendiri yang merasakan hasilnya!"
"Tapi bakat anak itu berbeda-beda Pak! Tidak semua anak punya bakat dan minat yang sama! Jadi Bapak tidak bisa memaksakan kehendak mereka! Bakat Yuda itu jadi pengusaha! Seperti Kakeknya yang sukses berdagang!"
"Ini semua, gara-gara Mama dulu menginginkan anak ketiga Kita seorang perempuan! Makanya Yuda tidak mentalnya tidak sekuat Dirga dan Angga!"
"Itu bukan alasan yang tepat, Pak! Walaupun dulu Mama menginginkan anak ketiga Kita seorang perempuan, tapi Mama berusaha mendidik Yuda layaknya seorang laki-laki sejati! Nyatanya sekarang Yuda tumbuh menjadi laki-laki yang tampan dan gagah! Kalau boleh jujur, dibandingkan Dirga dan juga Angga, wajah Yuda jauh lebih tampan!"
"Terserah Mama mau bilang apa!" Pak Hendro pun berjalan meninggalkan istrinya yang masih menikmati sarapan di ruang makan.
Sesampainya di depan ruko tempat usahanya berdiri, Yuda bergegas masuk ke dalam butik pakaian miliknya. Berbagai model pakaian hasil rancangannya terlihat menghiasi setiap sudut ruangan. Tampak beberapa pengunjung sedang asyik memilah-milah pakaian yang hendak dibelinya. Mengetahui Yuda muncul di hadapannya, seorang perempuan muda berwajah cukup cantik menyambutnya dengan senyuman manis.
"Selamat pagi, Pak!" Sapa perempuan yang memakai dress berwarna merah muda.
"Pagi Dina!" Balasnya dengan senyuman manis terpancar dari wajahnya.
"Senyuman manisnya membuat hatiku berbunga-bunga. Jantungku berdegup kencang. Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Tapi, mana mungkin laki-laki sekeren dan sekaya Pak Yuda, mau denganku yang hanya seorang karyawan biasa dari keluarga tidak mampu." Ucap perempuan bernama Dina, dari dalam hatinya sedang dilanda cinta.
"Saya tinggal dulu ya Din! Soalnya ada pesanan yang harus diantarkan hari ini." Ucapnya. Namun Dina hanya diam terpaku menatap wajahnya yang karismatik.
"Dina! Kamu kenapa? Pagi-pagi kok sudah melamun?"
"Nggak apa-apa kok Pak! Silahkan Pak!" Jawabnya gugup. Yuda hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Lelaki itupun berjalan menuju pintu yang terhubung ke ruko sebelahnya, yang digunakan untuk usaha konfeksinya.
"Assalamu'alaikum!" Salamnya.
"Wa'alaikumsalam." Jawab semua karyawan yang bekerja di usaha konfeksi milik Yuda. Yuda pun menghampiri salah seorang karyawannya.
"Nisa, pesanan punya Bu Lusiana sudah jadi?"
"Sudah Pak!"
"Alhamdulillah kalau sudah jadi. Soalnya tadi Beliau nelpon katanya bajunya mau dipakai besok lusa! Sekarang Kamu packing pesanannya. Biar Saya yang mengantarkan ke rumahnya."
"Apa Rudy saja yang mengantarkan Pak?"
"Biar Saya saja. Soalnya pesanan Bu Lusiana kan banyak. Lagi pula Rudy kan lagi sibuk."
"Pak Yuda selalu baik sama semua orang! Termasuk semua karyawannya! Saya bersyukur bisa bekerja disini."
"Kalau Kita berbuat baik kepada orang lain, Insha Allah orang lain akan melakukan hal yang sama terhadap Kita. Saya bersyukur punya karyawan yang rajin dan disiplin sepertimu, Nisa." Yuda balas mempujinya.
"Pak Yuda bisa saja." Nisa pun tersipu malu.
"Gimana Aku nggak rajin dan semangat bekerja, orang bosku aja setampan dan sekeren Kamu, Pak Yuda!" Ucapnya dalam hati. Selesai menaruh pesanan jahitan milik salah satu pelanggannya, di bagasi mobil miliknya, Yuda bergegas menuju rumah pelanggannya yang bernama Bu Lusiana.
Tinnnggg...tonnnggg...
Tidak berapa lama, dua daun pintu yang tingginya lebih dari dua meter itupun, perlahan terbuka. Yuda yang sudah beberapa kali berkunjung ke rumah mewah berlantai dua itu, langsung mengenali perempuan yang berdiri di balik pintu.
"Bu Lusiana-nya ada, Bu?"
"Ada Mas! Silahkan masuk!" Jawab perempuan yang umurnya lebih dari setengah abad itu. Yuda perlahan memasuki rumah berlantai granit berukuran besar. Lalu ia pun duduk di atas sofa mewah berwarna coklat muda. Sedangkan perempuan yang bukan lain adalah seorang pembantu di rumah Bu Lusiana, kembali berjalan menuju dapur.
"Mas Yuda gimana kabarnya?" Sapa perempuan berumur sekitar 40 tahunan. Namun wajahnya terlihat masih cantik dan awet muda.
"Alhamdulillah baik Bu. Ibu sendiri gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah baik juga. Pesanannya sudah jadi ya, Mas?"
"Sudah ini Bu. Semua totalnya 13 pcs." Yuda pun menaruh tumpukan pakaian yang telah dikemas ke dalam plastik, ke hadapan Bu Lusiana.
"Syukurlah kalau sudah jadi semua. Memang menjahit pakaian di tempat Mas Yuda tidak mengecewakan. Selalu tepat waktu. Hasilnya pun sangat memuaskan. Makanya Saya tidak mau pindah ke tempat lain." Bu Lusiana mengambil sehelai pakaian dari dalam plastik. Ia pun tersenyum bahagia memandangi pakaian di tangannya.
"Alhamdulillah kalau Bu Lusiana puas dan senang dengan hasil jahitannya. Kalau boleh tahu, pakaian sebanyak ini buat acara apa Bu? Ada yang mau nikahan ya Bu?"
"Iya Mas. Anak Budhe Saya mau nikah besok lusa. Kemarin Budhe Saya mendadak minta tolong Saya untuk menjahit pakaian buat sarimbitan keluarga besar. Untung saja waktunya masih keburu." Jawabnya. Tiba-tiba pembantu Bu Lusiana kembali muncul di ruang tamu sambil membawa nampan berisi dua gelas teh hangat. Ia pun menaruh dua gelas itu di atas meja di hadapan Yuda dan majikannya.
"Silahkan di minum Mas."
"Terima kasih Bu." Tanpa basa-basi Yuda mengambil gelas di hadapannya dan meminum teh hangat itu.
"Jadi totalnya berapa Mas?"
"Rp. 1.350.000 Bu! Maaf Bu, Saya mau numpang ke toilet."
"Oh iya silahkan Mas! Toiletnya ada di belakang. Soalnya yang depan lagi direnovasi. Bi, tolong antarkan Mas Yuda ke toilet belakang ya!"
"Baik Bu." Pembantu itupun menghentikan langkahnya. Begitu Yuda berdiri dan menghampirinya, ia kembali berjalan menuju toilet yang menghadap ke kolam renang berukuran besar.
"Ini toiletnya Mas." Ucapnya begitu sampai di depan pintu toilet.
"Terima kasih Bu."
"Sama-sama Mas. Saya tinggal dulu ya Mas."
"Iya Bu." Yuda memandangi tubuh pembantu itu bagian belakang. Tanpa ragu-ragu, Yuda masuk ke dalam toilet. Disaat ia sedang membuang hajat besar, di dalam keheningan suasana rumah milik Bu Lusiana, sayup-sayup Yuda mendengar suara.
Tinggg...tinggg...tinggg...
"Suara apa itu?" Ucapnya dalam hati. Mendengar suara misterius itu, Yuda mencoba untuk membuka telinganya lebar-lebar. Namun bunyi suara itu tidak terdengar lagi. Namun bunyi suara yang seperti lonceng itu, kini berganti dengan suara lain yang cukup keras.
Dukkk...dukkk...dukkk...
"Suaranya seperti berasal dari ruangan sebelah kanan." Serunya. Setelah selesai membuang hajat besar, Yuda bergegas keluar dari dalam toilet. Lelaki itu tidak langsung masuk ke dalam rumah. Melainkan ia berjalan selangkah demi selangkah menuju ruangan di samping toilet.
"Bunyi suara tadi sepertinya berasal dari ruangan ini. Tapi, ruangan ini seperti gudang! Apa suara tadi hanya suara tikus?" Yuda mencoba menerka-nerka asal suara misterius itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments