Dukkk...dukkk...dukkk...
"Siapa di dalam?" Tanya Yuda. Setelah menunggu beberapa saat, ia sama sekali tidak mendengar jawaban dari dalam ruangan di depannya. Yuda pun kembali melangkahkan kakinya mendekati pintu.
Tokkk...tokkk...tokkk...
"Apakah ada orang di dalam?"
Dukkk...dukkk...dukkk...
Lagi-lagi Yuda mendengar suara misterius itu. Karena rasa penasaran yang telah memuncak, Yuda mencoba memberanikan dirinya untuk membuka pintu di hadapannya. Jari-jari tangan kanannya memegang handle pintu yang terbuat dari besi. Ia menekan handle itu ke arah bawah. Yuda cukup terkejut ketika pintu di hadapannya perlahan terbuka.
Yuda menatap ke arah dalam ruangan yang dalam keadaan gelap. Ia melihat berbagai macam benda yang dilapisi debu cukup tebal. Lelaki itupun mencoba membuka pintunya lebih lebar lagi. Ketika pintu berhasil dibuka penuh, Yuda sangat kaget ketika melihat seorang perempuan duduk di atas sebuah spring bed. Terlebih lagi, ketika ia memandang ke arah kedua kakinya yang berkulit putih. Pada kedua kaki perempuan itu terdapat sebuah balok kayu yang mengapit pada bagian pergelangan kakinya. Pada kedua balok kayu itu dibuat dua buah cekungan. Sehingga telapak kakinya berada di depan balok kayu berukuran besar tersebut.
"Ya Allah Ya Tuhanku!!! Siapa perempuan itu? Mengapa ia berada di dalam gudang dalam keadaan dipasung begini rupa?" Seru Yuda dalam hati.
"Maaf sebelumnya! Kamu siapa Mba? Mengapa ada di dalam gudang yang ada di rumah Bu Lusiana?" Yuda memberanikan dirinya untuk mengajukan pertanyaan. Namun perempuan itu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Dari balik rambutnya yang kusam, kedua matanya menatap ke arah pemuda di hadapannya. Perlahan Yuda menghampiri perempuan yang belum dikenalnya itu. Ia duduk di samping kaki kirinya.
"Mba! Kamu kenapa berada disini dalam keadaan dipasung begini? Siapa yang tega melakukan perbuatan biadab begini?" Yuda mencoba mengeluarkan pertanyaan.
"Khemmm...khemmm...khemmm..."
Yuda hanya mendengar suara erangan dari arah mulut perempuan di depannya. Karena rasa penasaran yang menguasai dirinya, perlahan Yuda menyibakkan rambutnya yang panjang tergerai menutupi wajahnya. Ketika rambutnya berhasil disibakkan, Yuda hampir terlonjak dari duduknya, ketika kedua matanya menatap ke arah wajah perempuan di hadapannya.
"Kamu!!! Ternyata Kamu masih sangat muda!!! Walaupun rambutmu terlihat kusam dan kotor, tapi wajahmu begitu cantik alami!" Puji Yuda tanpa ragu. Mendengar ucapannya, wajah gadis itu tampak bersemu merah.
"Sebenarnya, siapa laki-laki berwajah tampan ini? Mengapa Dia bisa masuk ke dalam rumah ini sampai menemukanku?" Ucapnya dalam hati.
"Khemmm... khemmm...khemmm..."
"Maaf! Apa Kamu tidak bisa bi..." Ketika Yuda belum selesai bersuara, tiba-tiba saja seseorang muncul di depan pintu.
"Maaf Mas!!! Kenapa Masnya masuk ke dalam sini?" Tanyanya dengan cukup keras. Mendengar seruannya, Yuda menolehkan kepalanya ke arah pintu.
"Tadi sewaktu di dalam toilet, Aku mendengar suara aneh! Setelah Aku selidiki ternyata suara itu berasal dari dalam ruangan ini! Siapa sebenarnya gadis ini Bu? Mengapa gadis secantik ini, dipasung begini rupa?"
"Sa...saya tidak bisa mengatakannya! Lebih baik sekarang Masnya kembali ke ruang tamu! Sebelum Bu Lusiana tahu kalau Mas sudah berani masuk ke dalam sini!" Pinta perempuan yang bukan lain adalah pembantu di rumah Bu Lusiana.
"Memangnya kenapa jika Bu Lusiana tahu, kalau Aku sudah masuk ke dalam sini?"
"Bu Lusiana dan suaminya bisa marah besar sama Masnya!" Katanya.
"Aku tidak takut!!!" Serunya. Yuda bangkit dari duduknya. Lelaki itupun berlari menuju ruang tamu.
"Maaf Bu! Sudah menunggu cukup lama. Soalnya tadi Saya sakit perut." Ucapnya ketika melihat Bu Lusiana tengah duduk di atas sofa.
"Tidak apa-apa kok Mas. Oh ya, Ini uangnya." Nu Lusiana memberikan beberapa lembar uang kertas seratus ribuan kepada Yuda. Yuda pun menyambutnya. Sebelum memasukkan uang itu ke dalam dompet, tidak lupa Yuda untuk menghitungnya.
"Bu, ini uangnya lebih 150 ribu."
"Disimpan saja Mas! Buat beli bensin!"
"Terima kasih banyak Bu. Oh ya Bu. Ada sesuatu yang mau Saya katakan sama Bu Lusiana."
"Kamu mau bicara soal apa Mas? Katakan saja!"
"Sebelum Saya bertanya, Saya minta Bu Lusiana mau menjawab pertanyaan Saya dengan sejujur-jujurnya." Pintanya. Mendengar ucapannya, Bu Lusiana merasa tidak nyaman.
"Kalau Saya bisa jawab, Insha Allah Saya akan jawab sejujurnya. Memang Mas Yuda mau tanya apa?"
"Tadi sewaktu Saya ke toilet, tanpa sengaja Saya mendengar suara aneh. Setelah Saya selidiki sumber suaranya, ternyata suara itu berasal dari gudang yang berada di sebelah toilet. Saya memberanikan diri untuk membuka pintu gudang. Ternyata pintu itu tidak terkunci. Saat Saya masuk ke dalam gudang, Saya kaget sekali ketika melihat ada seorang gadis cantik, berada di atas ranjang dalam keadaan kedua kakinya terpasung. Yang mau Saya tanyakan, siapa sebenarnya gadis malang itu, Bu?" Tanya Yuda. Mendengar ucapannya, Bu Lusiana tampak air mukanya langsung berubah drastis.
"Sialan! Kenapa Bi Waroh pakai segala lupa ngunci pintu gudang!" Serunya dalam hati.
"Maaf! Saya rasa Kamu tidak perlu tahu, siapa gadis itu!"
"Bukannya Saya mau ikut campur! Tapi Saya rasa, tidak ada orang yang akan tega memasung orang lain apalagi keluarganya sendiri! Kecuali orang itu memang sudah tidak punya hati nurani, perasaan, dan akal pikiran!
"Tahu apa Kamu? Kamu kan sama sekali tidak tahu permasalahannya!"
"Saya memang sama sekali tidak tahu permasalahan yang Ibu dan gadis itu hadapi! Tapi kalau Bu Lusiana mau bercerita mengenai gadis itu, siapa tahu Saya bisa membantu cari jalan keluarnya."
"Gadis itu bernama Windy. Dia putri tunggalku. Usianya sekarang 21 tahun." Balasnya dengan perasaan sangat sedih. Seketika air matanya membanjiri wajahnya.
"Apa ibu bilang??? Jadi, gadis cantik bernama Windy itu adalah putri kandung Bu Lusiana?" Yuda sangat terkejut mendengarnya.
"Iya." Bu Lusiana menundukkan kepalanya. Suara isak tangisnya terdengar menyayat hati.
"Kenapa ibu tega memasung anak kandung ibu sendiri?"
"Saya tidak bisa berbuat apa-apa, Mas! Semua ini kelakuan suami saya. Dia tega memasung Windy. Setiap kali saya menemui Windy, hati nuraniku selalu berontak! Ingin rasanya saya melepaskan Windy dari pasungan yang telah membuatnya menderita. Tapi, disisi lain saya tidak bisa melakukan hal itu."
"Jadi, suami Bu Lusiana yang sudah tega memasung Windy? Tapi kenapa Windy sampai dipasung begitu rupa? Sebenarnya apa yang terjadi dengan Windy, putri ibu?"
"Windy seorang tunawicara sejak lahir."
"Jadi, jadi hanya karena Windy seorang tunawicara, sampai suami ibu nekad memasungnya? Hidup dengan keterbatasan harusnya Windy mendapatkan dukungan dari keluarga terutama kedua orang tuanya. Windy berhak untuk mendapatkan kehidupan yang selayaknya! Seperti yang orang lain rasakan. Bukan malah menambah penderitaan hidupnya!"
"Tapi suami saya juga terpaksa melakukannya! Suami saya adalah seorang anggota DPR. Jadi, suami saya tidak mau rekan-rekan kerjanya tahu, kalau dia mempunyai seorang anak yang cacat."
"Oh! Jadi hanya karena suami ibu seorang pejabat negara, jadi dengan teganya memasung anak kandungnya sendiri! Biadab!!! Ini benar-benar perbuatan biadab!"
"Sebenarnya Saya juga tidak setuju dengan keputusan suami saya untuk memasung Windy. Tapi saya tidak mempunyai pilihan lain." Air matanya kembali menetes di pipinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Yem
kasihan Windy..
2023-03-13
1