"Mari kita nikmati malam ini dengan minuman kenikmatan ini!" Pak Dandy mengambil botol berisi minuman keras dan menuangkannya ke dalam dua buah gelas kosong.
"Sorry pak! Aku sudah lama tidak minum minuman beralkohol!" Celetuk Pak Hendro.
"Kalau sudah lama tidak minum, sekarang waktunya untuk mulai minum lagi, pak! Jangan biarkan aku minum sendirian!" Pak Dandy memberikan salah satu gelas yang telah diisi dengan minuman keras, kepada kawan lamanya itu. Dengan sedikit ragu-ragu, Pak Hendro akhirnya menerima gelas darinya.
"Begitu dong letnan jendral Hendro Mulyawan!" Pak Dandy menyebut nama lengkap kawannya beserta pangkat kebanggaannya.
"Kalau soal merayu, kamu memang jagonya!" Balas Pak Hendro. Mereka pun tertawa terbahak-bahak. Tanpa membuang waktu lagi, mereka menenggak minuman keras di tangan mereka masing-masing. Tanpa disangka-sangka oleh Pak Hendro, Rindarti mengambil gelas kosong yang berada di atas meja. Dan menuangkan minuman keras sampai setengah gelas. Tanpa grogi ia meminumnya sampai habis tiada tersisa.
"Lihat Pak Hendro, Rindarti saja tidak takut untuk minum!" Celoteh Pak Dandy.
"Hidup kan cuma sekali, makanya kita harus menikmatinya! Kalau terus-menerus memikirkan persoalan yang tidak ada habisnya, bisa-bisa kita jadi gila! Betul nggak Pak Hendro?" Tanya Rindarti sambil mengangkat kaki kanannya dan menaruhnya di paha kirinya. Karena ia memakai rok mini, sehingga pahanya yang mulus terpampang dengan sangat jelas oleh Pak Hendro, yang duduk di hadapannya.
"Iya! Iya betul yang kamu katakan! Memang kalau terus-menerus memikirkan permasalahan, yang ada bukan menyelesaikan masalah tapi malah menambah masalah!" Sahut Pak Hendro. Kini tanpa ragu lagi, Pak Hendro menghabiskan minuman setan yang berada di tangan kanannya. Mengetahui kawannya telah menghabiskan minumannya, Pak Dandy kembali menuangkan minuman keras ke dalam gelasnya.
"Tambah lagi, komandan!"
"Cukup! Cukup! Kalau kebanyakan minum, aku bisa mabuk!"
"Baru juga satu gelas! Mana mungkin akan mabuk berat! Aku tahu, pak Hendro sedang banyak masalah! Oleh karena itu, Pak Hendro harus banyak minum biar otak tidak pusing dan stress!"
"Iya! Di rumah lagi ada masalah! Anak bungsuku sangat keras kepala! Dia selalu membantah perintahku!" Pak Hendro membayangkan wajah Yuda. Raut wajahnya tampak keras membesi. Hawa amarahnya kembali menguasai dirinya. Tanpa ragu-ragu, ia kembali menghabiskan minuman keras di tangannya, untuk yang kedua kalinya. Melihat wajah dan sikap kawannya, Pak Dandy menyeringai lebar.
"Setelah minum, apa beban berat yang Pak Hendro pikul, sudah berkurang?"
"Sudah lumayan berkurang!"
"Tambah lagi, komandan! Komandan Hendro tidak perlu takut minumannya akan habis! Karena stok di kulkas masih banyak!" Kali ini Pak Hendro tampak pasrah dan menurut ucapannya. Ia pun kembali menaruh gelas miliknya di atas meja. Sedangkan Pak Dandy bergegas menuangkan minuman keras ke dalam gelas milik Pak Hendro. Sebelum suaminya Bu Erina itu mengambil gelas yang telah berisi minuman keras, Pak Dandy sudah mengambil dan memberikannya padanya. Namun tanpa disangka-sangka olehnya, sebelum gelas berhasil dipegangnya, tiba-tiba saja gelas berisi minuman haram itu tumpah mengenai pakaian yang dikenakannya.
"Maaf!!! Maaf banget Pak Hendro!!! Baju dan celana Pak Hendro jadi basah!" Seru Pak Dandy.
"Tidak apa-apa kok pak! Nanti juga kering." Sahutnya dengan sedikit kesal.
"Nanti masuk angin pak! Sebentar, biar aku ambilkan pakaian gantinya!" Pak Dandy beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar tidur yang berada di sebelah ruang tamu. Tidak berapa lama Pak Dandy kembali muncul di ruang tamu sambil membawa kaos dan celana panjang berwarna hitam.
"Silahkan pakai baju dan celana ini, Pak Hendro! Gantinya di kamar ini saja!" Pak Dandy memberikan pakaiannya pada kawannya. Karena merasa tidak nyaman dengan pakaiannya yang telah basah, mau tidak mau Pak Hendro menerima satu setel pakaian dari kawannya. Lelaki itupun masuk ke dalam kamar tanpa sedikitpun merasa curiga.
Setelah menginjakkan kakinya di dalam kamar, Pak Hendro langsung menutup pintunya. Niat hati ia ingin mengunci pintu kamar. Namun ternyata dia tidak menemukan anak kunci menempel di daun pintu. Tanpa membuang waktu lagi, Pak Hendro langsung melepaskan kaos dan celana jeans panjang yang dipakainya. Disaat lelaki itu sedang berusaha melepaskan celananya, tanpa diduga-duga olehnya, pintu di belakangnya terbuka. Sosok perempuan bertubuh sintal berkelebat masuk ke dalam kamar dan kembali menutup pintunya.
"Rinda!!! Ngapain kamu kesini? Aku mohon kamu cepat keluar dari dalam kamar, sekarang juga!" Perintah Pak Hendro yang belum berhasil melepaskan celana jeans-nya. Lelaki berumur lebih dari 60 tahun itu mendadak merasa gugup dan gelisah. Pasalnya, dia sedang dalam keadaan hampir telanjang bulat, disaat Rinda muncul di hadapannya. Hanya selembar ****** ***** berwarna putih yang masih Pak Hendro kenakan.
Rindarti sama sekali tidak menggubris perintah Pak Hendro. Justru perempuan berusia sekitar 35 tahunan itu langsung berkelebat ke arah tubuh lelaki di hadapannya. Kedua tangannya dengan kuat mendorong dada Pak Hendro yang ditumbuhi bulu-bulu lebat. Tidak ampun lagi, tubuh Pak Hendro langsung jatuh di atas ranjang empuk yang berukuran besar.
"Apa-apaan ini!!!" Teriak Pak Hendro emosi.
"Sssttt...!!! Aku mohon jangan keras-keras Pak Jenderal! Nggak enak kalau Pak Dandy mendengarnya!" Rindarti mendekati tubuh Pak Hendro yang masih dalam keadaan telentang. Jari-jari tangan kanannya yang lentik membelai dadanya dengan lembut. Pak Hendro yang hendak kembali mendamprat Rindarti, tiba-tiba saja niatnya ia urungkan. Nafasnya mendadak memburu. Sedangkan jantungnya berdegup dengan kencang.
"Jangan lakukan Rinda! Aku masih punya istri!" Ucapnya dengan nada cukup pelan.
"Apa tubuh istrimu masih kencang sepertiku?" Tanya Rindarti dengan manja. Pak Hendro kembali dibuat kaget ketika melihat Rindarti melepaskan baju yang dipakainya. Begitu pakaiannya berhasil dilepaskannya, Pak Hendro kembali dibuat salah tingkah. Hasrat manusiawinya bergejolak dalam dirinya.
"Rinda! Jangan lakukan hubungan terlarang ini!" Pintanya. Namun Rindarti sama sekali tidak memperdulikan ucapannya.
"Apa Pak Jenderal sudah tidak mampu melayaniku? Padahal, tubuh Pak Hendro masih sangat gagah perkasa! Walaupun usia bapak tidak muda lagi!" Puji Rindarti.
"Aku tidak mau melakukannya, bukan berarti aku tidak mampu! Tapi aku tidak mau mengkhianati istriku."
"Lebih baik sekarang Pak Hendro jangan memikirkan istri bapak! Saat ini adalah saat yang tepat untuk kita menikmati surga duniawi! Menikmati kebahagiaan yang sudah cukup lama tidak aku rasakan! Kebahagiaan yang akan mampu melupakan semua masalah yang kita hadapi!" Bagaikan serigala betina yang kelaparan, Rindarti langsung mencium bibir Pak Hendro. Janda muda itu mencumbu tubuh Pak Hendro dengan penuh hawa nafsu yang menggelora. Kali ini Pak Hendro tidak mampu menolak godaan setan yang datang menghampiri dirinya. Tanpa ragu-ragu lagi, Pak Hendro membalas mencium dan mencumbu tubuh Rindarti. Hubungan terlarang itupun tidak dapat dihindarkan lagi. Malam itu adalah malam dimana Pak Hendro untuk pertama kalinya mengkhianati istri yang sangat dicintainya. Istri yang telah menemani perjalanan hidupnya selama 38 tahun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments