Batu Rintangan

Malam itu, disaat sedang asyik membaca buku, tiba-tiba saja handphone milik Pak Hendro berbunyi dengan keras. Lelaki itupun mengambil handphone miliknya dan bergegas mengangkat panggilan teleponnya.

"Hallo! Ini siapa ya?" Tanyanya.

"Selamat malam Pak Jenderal! Apa Pak Jenderal masih ingat dengan saya?" Tanya balik seorang perempuan yang ada di dalam panggilan telepon.

"Rinda!!! Tahu darimana kamu tahu nomor HP-ku?" Pak Hendro sangat terkejut ketika mengetahui bahwa perempuan yang menelponnya ternyata adalah Rindarti. Perempuan dikenalkan oleh kawan lamanya.

"Aku tahu dari Pak Dandy, Mas!" Jawabnya dengan manja.

"Untuk apa kamu menelponku? Jangan berani-beraninya menelponku lagi! Aku tidak mau istriku tahu dirimu!" Ancamnya.

"Tapi, aku terpaksa harus menelponmu, mas! Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu!"

"Kamu mau mengatakan apa? Ayo cepat katakan! Aku tidak punya banyak waktu!"

"Aku sedang mengandung buah cinta kita, mas!" Katanya. Mendengar ucapannya, Pak Hendro kaget setengah mati.

"Apa??? Kamu jangan mengarang cerita, Rinda! Aku orangnya tidak suka bercanda!"

"Aku bicara serius, mas! Aku benar-benar sedang hamil anak kita!"

"Tidak!!! Tidak mungkin!!! Tidak mungkin kamu hamil anakku!!!" Teriak Pak Hendro yang sedang berada di balkon depan.

"Tidak mungkin bagaimana mas? Kenapa Mas Hendro tidak percaya dengan apa yang aku katakan? Setelah apa yang kita lakukan malam itu secara sama-sama sadar, Mas Hendro sekarang tidak mau mengakui yang ada di dalam perutku?" Rindarti menangis sesenggukan.

"Jadi, kamu benar-benar hamil anakku? Apa kamu sudah mengecek di dokter?"

"Iya mas! Aku hamil anak mas! Aku tadi sore baru saja pergi dari dokter! Aku positif hamil, mas!"

"Tapi maaf Rinda! Aku tidak bisa menikahimu! Bukannya aku tidak mau bertanggung jawab atas semua perbuatanku malam itu! Tapi istriku tidak mau dipoligami! Jika aku nekad menikah lagi, maka istriku akan minta cerai! Dan aku tidak mau semua itu terjadi!"

"Jadi Mas Hendro lebih memilih istri Mas Hendro dibandingkan aku?"

"Jelas Rinda!!! Istriku sudah 27 tahun menjadi pendamping hidupku! Sedangkan kamu baru aku kenal beberapa hari yang lalu!"

"Tapi aku sedang hamil anaknya, Mas Hendro! Aku mau kok jadi istri keduanya, mas!"

"Seperti yang aku katakan tadi, istriku tidak mau dipoligami! Jadi, lebih baik gugurkan saja anak itu!"

"Tega kamu mas! Lelaki nggak bertanggung jawab! Mau enaknya saja! Aku nggak mau menggugurkan anak yang nggak berdosa ini!"

"Kita melakukannya suka sama suka! Kita juga sama sekali tidak hubungan! Jadi, ngapain aku harus bertanggung jawab atas kehamilanmu!"

"Oh jadi itu maumu! Oke! Kalau kamu memang nggak mau bertanggung jawab, itu nggak jadi persoalan! Tapi aku akan datang ke rumahmu! Aku akan menemui istri yang kamu cintai itu! Aku akan bilang padanya, kalau aku hamil anakmu!" Rindarti mengancamnya.

"Brengsek!!! Kamu berani mengancamku?"

"Mengapa harus takut?"

"Jadi, kamu sudah tidak sayang lagi dengan nyawamu?"

"Aku nggak takut mati!!! Kalau aku mati, apa Mas Hendro akan bebas dari masalah? Nggak! Justru Mas Hendro akan mendekam di balik jeruji besi!" Balas Rinda dengan sangat berani. Mendengar ucapannya, Pak Hendro pun berpikir keras.

"Betul juga apa yang dikatakan cewek murahan ini! Kalau aku di penjara, hancur semua reputasi yang selama ini aku jaga baik-baik!" Serunya dalam hati.

"Katakan apa maumu? Tapi kalau untuk menikahimu, aku tidak sanggup!" Ucapnya.

"Tidak masalah kalau kamu nggak mau menikahiku! Yang aku minta adalah uang untuk biaya beli susu anak dalam kandunganku ini!"

"Oke! Kirim nomor rekeningnya, nanti aku transfer!"

"Begitu dong dari tadi, mas!" Lindarti tersenyum genit. Pak Hendro pun memutuskan panggilan teleponnya dengan perasaan marah dan jengkel. Setelah panggilan teleponnya terputus, Rindarti tersenyum bahagia sambil menghampiri lelaki di hadapannya.

"Ide kamu memang luar biasa, Mas Dandy sayang!" Serunya.

"Siapa dulu, aku gitu lho! Punya seribu cara dan seribu akal! Apalagi cuma menjebak jenderal macam Hendro! Itu masalah kecil!" Balas lelaki yang bukan lain adalah Pak Dandy.

"Iya mas! Ide Mas Dandy sangat brilian!"

"Apa Hendro mau menikahimu?"

"Nggak mas. Dia takut sama istrinya! Tapi dia mau mentransfer uang! Aku barusan sudah mengirim nomor rekeningnya! Tapi, kalau nanti Pak Hendro tahu aku nggak hamil, gimana pak?"

"Itu masalah kecil! Rahasia ini pasti aman! Nanti kalau sudah berbulan-bulan, kamu tinggal bilang saja, kalau kamu keguguran. Beres kan?"

"Iya betul! Mas Dandy memang cerdik! Tapi, kalau boleh tahu, dimana sih awalnya Mas Dandy mengenal seorang jenderal seperti Pak Hendro?"

"Jadi, Pak Hendro waktu itu pernah beli mobil bekas di showroom punyaku. Sejak saat itu, saat aku lagi di Jakarta, aku sering bertemu dengannya!"

"Oh jadi begitu!"

"Karena kamu sudah aku bantu, sekarang aku minta imbalan darimu!"

"Imbalan apa mas? Kalau uang, aku sendiri lagi butuh uang!"

"Seperti biasanya saja, Rinda! Cukup layani aku malam ini!"

"Ayo sekarang mas! Mumpung Luna sudah tidur!" Tanpa basa-basi lagi, Lindarti melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di dalam rumahnya yang sederhana. Tanpa membuang waktu, Pak Dandy langsung menaruh puntung rokok di atas asbak. Lelaki itupun bangkit dari duduknya dan mengejar janda anak satu itu.

"Terima kasih ya mas! Kamu sudah membuatku malam ini merasa sangat bahagia!" Ucap Rindarti yang tiduran di samping Pak Dandy dalam keadaan bertelanjang dada. Sedangkan bagian dada sampai ujung kakinya ditutupi dengan selembar selimut tebal.

"Sama-sama sayang! Kamu juga sudah membuatku melayang menikmati indahnya surga duniawi! Menurutmu, kamu lebih puas tidur denganku apa sama Pak Hendro?" Pak Dandy memandangi wajah Rindarti.

"Tentu saja sama Mas Dandy dong! Pak Hendro mungkin masih terlihat gagah! Tapi kulitnya sudah kendor dan keriput! Sedangkan Mas Dandy kan masih ganas seperti serigala yang kelaparan!" Rindarti tersenyum genit.

"Kamu pintar banget kalau memuji!" Pak Dandy pun mengecup kening kekasih gelapnya itu.

"Sayang, temani aku tidur malam ini ya! Biar aku nggak kesepian lagi! Aku juga masih kangen kamu, mas!" Ucap Rindarti sambil membelai dada Pak Dandy yang dalam keadaan tanpa pakaian di bagian atas. Sedangkan di bagian bawah, ia mengenakan satu selimut dengan yang digunakan oleh Rindarti.

"Mauku sih seperti itu! Tapi, apa kata tetanggamu, kalau tahu ada laki-laki sekeren aku, pagi-pagi keluar dari dalam rumahmu?" Pak Dandy membelai rambut Rindarti.

"Ya nggak apa-apa, sayang! Nanti kan kita disuruh nikah!"

"Tapi aku nggak mau menikah karena kepergok warga! Aku ingin menikah denganmu dengan pesta pernikahan yang super mewah! Tapi kalau sekarang-sekarang ini, aku belum bisa menikahimu sayang! Sabar dulu ya, sayang!"

"Iya! Terima kasih atas bantuannya ya mas! Aku sudah ditransfer Pak Hendro! Tapi cuma satu juta!"

"Itu awal yang bagus! Peres saja jenderal bodoh itu!"

"Kenapa Mas Dandy sampai benci sekali sama Pak Dandy? Bukannya Mas sudah berteman lama dengannya?"

"Dulu memang aku menganggap Pak Hendro adalah kawan! Tapi sekarang, bagiku lelaki itu adalah musuh! Aku menaruh dendam kesumat padanya!"

"Kenapa mas punya dendam sama Pak Hendro?"

"Belum saatnya kamu tahu! Aku harus pulang sekarang, sayang! Aku besok pagi harus kembali berangkat ke Bali!" Pak Dandy bangkit dari tidurnya.

"Jangan lama-lama kesininya ya, mas! Aku nggak bisa kalau kelamaan jauh darimu, mas!" Rindarti pun ikut duduk.

"Iya tenang saja, sayang! Aku akan secepatnya balik ke Jakarta lagi!" Pak Dandy pun kembali mencium kening Rindarti. Lalu lelaki itu turun dari atas tempat tidur dan bergegas memakai pakaiannya.

"Aku pulang dulu ya sayang!"

"Hati-hati di jalan, mas!" Pintanya. Pak Dandy menyeringai lebar. Ia berjalan meninggalkan Rindarti yang masih duduk di atas ranjang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!