Setelah beberapa menit, Mawar menyadari dirinya yang memeluk Fandi. Namun ia tidak mau melepaskan pelukannya begitu saja, Nawar sedikit melihat keatas, Melihat leher Fandi yang tepat di depan matanya, Melihat jakun serta gerakan leher saat Fandi menelan ludahnya ntah kenapa membuat Mawar merasakan perasaan yang berbeda dari biasanya.
Tidak mau larut dalam perasaanya, Mawar menoleh ke samping. Namun lagi-lagi Mawar melihat tangan Fandi yang melingkar mendekap tubuhnya membuat Mawar benar-benar terbawa perasaan.
Kini Mawar menatap wajah tampan Fandi yang terlihat begitu santai seolah tidak merasa canggung sama sekali seperti yang Mawar rasakan. Seketika Mawar menjadi gugup saat Fandi menurunkan pandangannya hingga netra keduanya bertemu.
"Kamu mencuri pandang dariku?" tanya Fandi dengan wajah serius.
"A-e... A-aku..."
Melihat Mawar gugup Fandi tertawa dan langsung berdiri.
"Aku tidak keberatan." ucapnya sambil membersihkan celananya yang kotor.
"Sudah Yuk kita pulang, Ntar kemaleman di kejar orang lagi." ujar Fandi mengulurkan tangannya.
Mawar pun mengangguk patuh dan meraih tangan Fandi kemudian kembali berdiri.
Mereka berjalan beriringan ke arah rumah Heru untuk mengambil motornya.
"Benarkah kita sudah jalan sejauh ini?" tanya Mawar yang merasa sudah jalan begitu jauh namun tidak juga sampai.
"Makanya kalau jalan pakai kaki jangan pakai hati, Begini nih kalau pakai hati gak sadar udah jalan jauh banget."
Mawar hanya mencebikan bibirnya sembari garuk-garuk kepalanya.
"Eh Mawar, Apa yang tadi kamu pikirkan saat di jembatan, Kamu tidak berpikir untuk bunuh diri kan?"
Mawar tersenyum mendengar pertanyaan Fandi. Hal tersebut menimbulkan rasa penasaran akan perasaan Fandi saat itu.
"Apa Pak Fandi mengkhawatirkan ku?" Mawar terus memperhatikan ekspresi wajah Fandi sementara kakinya terus berjalan.
"Ya tentu saja Aku khawatir, Kamu sedang tinggal di rumah ku, Jika kamu bunuh diri tentu Aku akan jadi orang nomor satu yang di cari polisi."
"Apakah hanya itu, Tidak ada alasan lain?" tanya Mawar menghentikan langkahnya menatap Fandi penuh arti.
Melihat tatapan lekat Mawar, Fandi menjadi canggung untuk pertama kalinya "Oh astaga, Bocah ini membuat ku gugup saja." batin Fandi.
Hingga beberapa menit, Mawar masih terdiam menatapnya.
"Apa yang bocah ini pikirkan sehingga terus menatap ku seperti itu." gumam Fandi dalam hati.
"Apa pak Fandi merasa gugup?"
"Gila ni bocah makin berani aja." batinnya lagi.
"Ternyata Pak Fandi guru paling ganteng di sekolah bisa gugup juga." ujar Mawar tertawa dan berlalu pergi.
Merasa di ejek anak didiknya, Fandi mengejar Mawar yang sudah meninggalkan dirinya beberapa meter.
"Hey Mawar... Enak aja, Mana ada Aku gugup di depan anak kecil seperti mu." elak Fandi. Namun Mawar hanya tersenyum dan menoleh sesaat.
"Apa kamu tidak percaya?" Fandi terus mencoba meyakinkan mawar jika ia tidak merasa gugup seperti yang Mawar katakan.
"Mawar! Kalau kamu tidak percaya, Lihat mata ku!" Fandi langsung memutar tubuh Mawar untuk menghadapnya hingga membuat pandangan mata mereka bertabrakan.
Tidak seperti pengakuan Fandi sebelumnya. Tatapan itu membuat keduanya mematung seolah menyelami seberapa dalamnya pandangan mereka.
"Ahh sialllll... Kenapa Aku jadi tidak bisa melepaskan mata ku untuk menatapnya." batin Fandi yang terus menatap Mawar tanpa berkedip.
"Selama ini teman-teman selalu membicarakan ketampanan Pak Fandi, Tapi baru kali ini Aku benar-benar menatapnya dari jarak yang begitu dekat, Pak Fandi memang benar-benar tampan." batin Mawar.
Mereka terus larut dalam pandangan masing-masing hingga pandangan itu terhenti oleh teriakan dari seorang pria yang memanggil nama Mawar.
"Mawarrr..."
Seketika itu juga Mawar dan Fandi melepaskan pandangannya dan menoleh ke arah suara.
"Revan?" ucap Mawar melihat Revan turun dari motor dan berjalan ke arahnya.
"Hey sedang apa di sini?" tanya Revan begitu sampai di depan Mawar.
Mawar melihat sekeliling dan rupanya rumah Ayahnya sudah kelihatan. Karena keasyikan ngobrol dengan Fandi tak sadar jika mereka hampir sampai rumah Heru.
"Mawar... Kenapa diam saja, Apa kamu mau ke rumah? Terus siapa dia?" tanya Revan yang melihat Fandi.
"A-e... Tidak, A-aku hanya lewat sini, Jangan Katakan pada Ayah jika Aku ada di dekat sini."
"Kenapa?" tanya Revan bingung.
"Pokoknya jangan katakan."
"Baiklah, Lalu siapa dia?"
"Dia Pak Fandi, Guru di sekolah ku. Ya udah ya... Kami harus pergi takut kemaleman." Mawar langsung menggenggam tangan Fandi dan menariknya agar segera mengambil motornya.
Revan menatap penuh curiga, Berpikir bagaimana bisa guru dan murid bisa sedekat itu.
Bersambung...
📌 Maaf kemarin libur, Si baby makin besar makin gak mau tidur, Asik minta di ajak ngobrol aja 😁🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Homsiah
lanjut lah
2024-10-21
0
Ita rahmawati
ak curiga klo fandi it dh puny istri,,krn dr judul novelny ak jd bingung 🤭🤭😁😁
2022-12-16
1
aurel chantika
mangkin besar anak mangkin GK mau tidur siang bun.maunya main saja.
2022-11-20
1