Mona mendatangi rumah Heru, Mantan suaminya.
Tujuannya adalah mencari keberadaan Mawar dan mempertanyakan tanggungjawabnya sebagai seorang Ayah terhadap putri-putrinya.
Dengan penuh amarah, Mona menggedor-gedor pintu dan meneriakkan nama Heru.
"Mas Heru, Bhraakk... Bhraakk... Bhraakk..."
Lima menit berselang Heru dan Mursidah keluar bersama-sama. Melihat Mona datang dengan kemarahan menimbulkan berbagai macam pertanyaan di benak Heru dan juga istri barunya.
"Ada apa Mona, Kenapa kesini dengan marah-marah?"
"Dimana Mawar?"
"Loh kok nyari kesini, Kan kamu tau anak-anak tinggal di rumah lama."
"Aku sudah kesana Mas, Tapi Mawar tidak ada, Hanya Lily saja yang tengah berbuat mesum!" teriak Mona.
"Apa!? Apa maksud perkataan mu?"
"Ya! Lily dan pacarnya tengah berbuat mesum di dalam kamar, Bagaimana kamu menjalankan peran mu sebagai seorang Ayah?"
"Kamu menyalahkan suami ku?" tanya Mursidah mencelah pembicaraan.
"Apa kamu tidak bercermin? Bahkan Mas Heru menceraikan mu karena kamu ketahuan mesum dengan keponakan suami mu sendiri, Jika sekarang putri mu melakukan hal yang sama, Maka itu buah dari perbuatan mu!"
"Tutup mulut mu dan jangan ikut campur, Karena Aku sedang bicara dengan Ayah dari anak-anak ku!"
"Ayah anak-anak mu itu sekarang sudah jadi suami ku, Jadi jaga bicaramu karena Aku tidak akan membiarkan siapapun berbicara buruk tentangnya."
Heru temangu menatap Mursidah, Ucapan dan juga cinta Mursidah kepadanya selama ini, Membuat Heru selalu tak berdaya hingga menjadi salah satu alasan Heru lebih memilih Mursidah ketimbang anak-anaknya.
"Mas! Kenapa kamu diam saja?!" teriak Mona.
"Apa lagi Mona, Yang di katakan istriku benar, Lagipula sejak kita bersama, Lily juga selalu keluar malam kaya kamu kan, Jadi tidak heran kalau dia melakukan hal yang sama dengan mu!"
"Masss!!! Lily itu putri kita, Biarpun Aku melakukan hal demikian, Aku tidak ingin anak-anak kita melakukan hal yang sama, Mereka masih terlalu muda, Apalagi Mawar, Dia..."
"Lalu apa menurutmu jika mereka sudah dewasa dan nenikah, Mereka boleh melakukan hal seperti itu, Seperti yang kamu lakukan kepada ku?"
Mereka terus bertengkar, Saling menyalahkan dan tidak memikirkan nasib putri-putrinya yang hancur karena tidak ada pengawasan dari kedua orang tua, Dan itu di saksikan oleh Mawar dan Fandi yang sejak tadi sudah sampai di sana. Namun karena melihat ibunya, Mawar bersembunyi di balik pagar dan menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya.
Dengan sedih Mawar berbalik badan dan menjauh dari sana.
Fandi yang melihatnya, Bergegas mengikuti Mawar yang berjalan tanpa arah tujuan.
"Mawar kamu mau kemana Mawar?" tanya Fandi yang terus mengikuti Mawar tanpa membawa motornya yang terparkir tak jauh dari rumah Heru.
Tidak menghiraukan pertanyaan Fandi, Mawar terus melangkah dengan pandangan kosong, Air matanya pun di biarkan mengalir deras hingga membasahi leher hingga pakaian yang ia kenakan.
"Mawar..."
Hingga mereka melewati sebuah sungai, Mawar baru menghentikan langkahnya. Ia menghadap sungai yang mengalir deras dengan warna air yang begitu keruh hingga siapapun yang terjatuh di sana tidak akan terlihat oleh mata.
"Mawar apa yang kamu pikirkan Mawar?" tanya Fandi sembari melirik ke bawah dengan penuh rasa khawatir.
Tidak menjawab pertanyaan Fandi, Mawar berteriak sekeras mungkin, Seolah meluapkan kesedihan di hatinya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa.... Kenapaaaaaaaaaaaa...???"
"Kenapa hidup ku seperti ini, Apa kesalahan ku, Kenapa tidak ada siapapun yang menyayangi ku! Ayah, Ibu, Kak Lily semua hanya mementingkan diri sendiri tidak ada yang peduli padaku." teriaknya diiringi dengan tangisan pilunya.
Fandi menatap sedih Mawar, Membiarkan gadis remaja itu meluapkan seluruh kekecewaan di hatinya.
"Kenapa tidak ada yang peduli dengan ku, Kenapa..." suara yang mulai lirih serta tubuh yang mulai lemah, Membuat Mawar menjatuhkan diri ke tanah, Nenyandarkan kepalanya di pagar pembatas sungai.
Melihat Mawar yang sudah mulai tenang, Fandi berlutut dan menghapus air matanya.
"Kamu sudah meluapkan semua kekesalan mu, Sekarng pulanglah dengan ku."
Mawar mengangkat kepalanya dan menatap Fandi yang begitu menenangkan hatinya.
"Tadi kamu bilang tidak ada yang peduli dengan mu kan? Sekarang Aku ingin kamu tau masih ada Aku yang peduli dengan mu, Jadi pulang lah dengan ku, Ke rumah ku, Tidak perlu memikirkan apapun lagi. Tidak perlu memikirkan orang-orang yang tidak mempedulikan mu."
Dengan perasaan yang begitu haru, Mawar langsung memeluk Fandi seolah lupa jika ia adalah guru di sekolah tempat ia menimba ilmu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Homsiah
untung ada pak guru paling ga untuk saat ini mawar aman lah
2024-10-20
0
Yuli Silvy
sedih bnget liht mawar
2023-01-14
1
Yuli Fitria
😭😭😭😭
2022-11-24
1