Layunya Bunga Desa

Layunya Bunga Desa

Cinta Terlarang

"Hsssttt! Diamlah Tante, Jangan berisik, Nanti Om Heru dengar," ucap pria muda yang tengah berpacu diatas tubuh seorang wanita berusia empat puluh satu tahun.

"Akhhh Aku tidak tahan Barra, Lebih cepet lagi..." pria muda yang bernama Barra itu semakin bersemangat membuat tubuh wanita yang berada di bawah kungkungannya menegang berbarengan dengan era'ngan yang tak terkendali hingga siapapun yang melewati kamar mereka pasti akan mendengarnya.

Demikian pula dengan Barra yang semula melarang wanita itu berisik, Kini tak kalah berisiknya ketika ledakan hangat masuk kedalam rahim wanita yang di sebutnya Tante.

"Tanteee... Oughhh..."

"Panggil namaku Sayang..."

"Mona!!!" teriakan menggema dari balik pintu yang di buka secara paksa, Membuat wanita yang bernama Mona itu terbelalak melihat ke pria yang kini berdiri di ambang pintu, Tak terkecuali dengan Barra, Pria berusia dua puluh tiga tahun itu langsung melompat dari atas tubuh Mona dan mencari-cari pakaiannya.

"Mas Heru," ucap Mona meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Ja lang kamu Mona! Berani-beraninya kamu melakukan ini bersama Barra, Keponakan ku sendiri!!!" triak Heru merebut kembali selimut itu.

"Maafkan Aku Mas, Aku hilaf."

"Hilaf katamu?!" dengan kemarahan memuncak, Heru menyeret tubuh polos Mona dari ranjang membuat Mona malu setengah mati.

Kemudian Heru mengalihkan pandangannya pada Barra, Keponakan yang sudah ia rawat sejak usianya masih dua tahun ketika kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan.

"Beginikah balasan mu?" tanya Heru menarik sang keponakan yang sudah mengenakan celana pendeknya. Kesempatan ini di ambil oleh Mona untuk mengambil selimut dan segera membalut tubuh polosnya.

"Maafkan Barra Om,"

Tak menghiraukan permintaan maaf Barra, Dengan emosi memuncak, Heru menyeret tangan Barra dan menghempasnya dengan kasar hingga menabrak Mona yang langsung menangkap tubuh pria dengan perawakan sempurna itu.

"Sudah berapa lama kalian melakukan ini di belakang ku?"

"Mas ini yang pertama kalinya, Dan Aku menyesal," jawab Mona.

"Benarkah?" dengan rasa tak percaya, Heru mendekati Barra dan memegang kedua sisi wajah sang keponakan.

"Setelah Ayah dan ibumu tiada, Aku yang membesarkan mu, Merawat dan menyayangi mu seperti putraku sendiri, Menyekolahkan mu hingga sarjana dan membuat mu mendapatkan pekerjaan yang bagus. Tapi beginikah balasan mu? Dimana moral yang selama ini ku tanaman kepada mu?"

"Om... Maafkan Aku Om, Kami benar-benar hilaf."

"Tidak ada kata maaf untuk penghianatan sebesar ini, Kalian harus mendapat hukuman yang tidak akan pernah kalian lupakan seumur hidup!" Heru menyeret tangan Mona dan Barra secara bersamaan, Berniat membawa keduanya keluar kamar. Namun Mona berteriak dan meronta-ronta berusaha melepaskan tangannya.

"Lepaskan Aku Mas, Jangan lakukan ini!" triak Mona.

"Jika Mas tidak mau memaafkan ku setidaknya jangan permalukan Aku di depan umum, Ingat Mawar dan Lily Putri kita."

Mendengar nama putrinya di sebut, Heru langsung melepaskan tangan keduanya. Ia memutar tubuhnya ke belakang dan menatap istri dan keponakannya itu.

"Kamu baru memikirkan putri kita setelah apa yang sudah kalian lakukan?!"

Mona hanya menundukkan kepalanya tak dapat menjawab pertanyaan Heru.

"Kenapa kamu tidak memikirkan Mereka saat melakukan ini? Apa kamu pikir Aku akan pulang larut malam lagi sehingga perbuatan keji kalian tidak akan ketahuan?"

"Mas boleh menghukum ku, Tapi Aku mohon jangan permalukan kami di depan umum, Mas harus memikirkan psikis mereka, Pikirkan bagaimana dia berhadapan dengan orang luar jika Mas tetap mempermalukan kami."

Heru terdiam sejenak. Seolah tengah mempertimbangkan apa yang Mona katakan.

"Sekarang kamu bisa berpikir seperti itu. Kenapa kamu tidak berpikir demikian saat melakukan hal menjijikkan itu dengan keponakan ku sendiri?" Heru menjeda ucapannya.

"Keponakan yang kamu urus mulai dari menyuapinya makan, Memeluknya agar tidur hingga memandikannya, Bagaimana bisa kamu melakukan ini dengan pria yang sudah kamu rawat seperti putra mu sendiri?" lanjutnya lagi.

Mona hanya terdiam menundukkan kepalanya. Yang dikatakan Heru memang benar, Tapi setelah Barra menginjak usia remaja, Usia dimana sedang penasaran-penasarannya tentang hubungan suami istri membuat Barra bersikap melebihi keponakan terhadap Tantenya sendiri. Namun di luar dugaan Barra yang sebelumnya merasa begitu takut karena mengira Mona akan menolak dan memarahinya justru memperlihatkan hasrat yang sama terhadap keponakan dari suaminya tersebut. Semenjak pertama kalinya mereka melakukan hasrat terlarang saat Barra masih duduk di bangku SMA, Berlanjut hingga kini, Dimana usia Barra kini telah menginjak dua puluh tiga tahun.

"Benar-benar menjijikkan!!!" ucap Heru lagi.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Homsiah

Homsiah

hadir thor/Pray/

2024-08-30

1

Edah J

Edah J

baru hadirr ☝️
tp itu nya diskip🙏

2023-04-06

1

Yuli Silvy

Yuli Silvy

mampir lg

2023-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!