Setelah Barra pergi, Mona bergegas meninggalkan rumah dan pergi ke rumah lama. Rumah dimana pernah ia tinggali bersama Heru dan juga anak-anaknya, Maksud kedatangannya hanya satu, Ya itu meminta penjelasan Mawar tentang apa yang terjadi sehingga Barra berada di kamarnya.
Begitu sampai, Mona mengetuk pintu rumah yang nampak begitu sepi. Karena tidak juga di bukan kan pintu, Mona mencoba membuka pintu sendiri dan ternyata pintunya tidak di kunci.
Dengan langkah perlahan, Mona masuk ke dalam. Netranya menelisik setiap sudut ruangan. Mengingat kenangan semasa putri-putri cantiknya tertawa riang ketika menyambut kepulangan Ayahnya. Sebuah keluarga kecil yang hangat dan bahagia namun harus hancur karena nafsunya. Tak terasa air matanya menetes mengingat hari itu, Hari yang begitu membahagiakan yang tidak pernah bisa lagi terulang bahkan ketika ia telah menikah dengan Barra. Batinnya selalu tersiksa memikirkan rasa takut akan Barra yang tergoda dengan wanita yang lebih muda darinya. Menuntut dirinya agar selalu tampil cantik dan bugar.
Seketika Mona tersentak dari lamunannya ketika mendengar erangan dari salah satu kamar. Erangan yang tidak asing di telinganya, Erangan yang biasa ia lakukan ketika memadu kasih bersama suami mudanya.
Tanpa rasa ragu, Mona langsung membuka pintu kamar yang menjadi sumber suara tersebut.
Bhraakk...!!!
Dua pasang remaja yang tengah memadu kasih di pagi hari terkesiap melihat Mona berdiri di ambang pintu.
"Lily...!!!" triak Mona dengan mata membuat sempurna.
"Raka!" Lily mendorong tubuh Raka dari atas tubuhnya, Kemudian meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Persis seperti saat Mona tertangkap basah oleh Heru kala itu.
"Apa yang kamu lakukan Lily! Beginikah kelakuan mu tanpa pengawasan ibu?!" dengan penuh emosi, Mona menjambak rambut Lily. Hal itu membuat Lily naik pitam dan melawan ibu yang telah melahirkannya.
"Cukup ibu! Jangan pernah menyentuh ku apa lagi menggurui ku!"
Mona terhenyak melihat Lily yang berani melawannya.
"Sebelum tangan ibu menyentuh ku, Sebelum ibu menggurui ku sebaiknya ibu berkaca, Apa hidup ibu sudah benar?!"
Mona hanya mematung tak menduga putri yang sudah ia lahirkan begitu berani melawannya.
"Apa ibu lupa yang telah ibu lakukan dengan Kak Barra?" Lily menjeda ucapannya, Menunggu reaksi ibunya yang hanya diam mematung.
"Meskipun kini ibu telah menikah dengan Kak Barra, Tapi Aku tidak akan pernah lupa jika ibu telah mengkhianati Ayah dangan melakukan hal yang sama seperti ku selama bertahun-tahun, Jadi jangan pernah lagi berani menggurui ku karena ibu tidak pantas untuk itu."
Mendengar semua kata-kata yang terlontar dari Lily, Mona tak bisa berkata-kata. Kakinya perlahan mundur meninggalkan kamar. Rasa sakit, Terhina serta malu bercampur menjadi satu.
Mona menghapus air matanya yang tanpa terasa menetes di pipinya. Kemudian ia pergi dengan membawa berjuta perasaan yang ada di dalam hatinya.
•••
Setelah pulang mengajar, Fandi mampir ke sebuah toko untuk membeli pakaian untuk Mawar, Karena sejak semalam Mawar hanya mengenakan kaos oblong yang ia pinjamkan.
Setelah memilih tiga stel pakaian, Fandi mampir ke rumah makan sebelum akhirnya pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Fandi sudah di sambut oleh Mawar yang sejak pagi merasa bosan karena tidak melakukan apapun.
Pintu yang tiba-tiba terbuka saat Fandi memegang gagang pintu membuat keduanya saling menatap untuk beberapa saat.
"Hey... Kamu mengagetkan ku saja." ucap Fandi.
"Aku dengar suara motor Pak Fandi, Jadi Aku bergegas membuka pintu."
"Udah kaya nyambut suami pulang aja." ujar Fandi yang kemudian berlalu melewati Mawar.
Nawar hanya mencebikan bibirnya sembari melangkah mengikuti Fandi. Kemudian Fandi memberikan belanjannya pada Mawar.
"Apa ini?" tanya Mawar sembari membuka isi Tote bag tersebut.
"Pakaian ganti, Kamu tidak mungkin kan pake bajuku terus."
Mawar menganggukkan kepala dan melihat satu persatu pakaian yang Fandi belikan untuknya.
"Dan ini makanan untuk mu, Makanlah, Setelah itu ganti pakaian mu, Kita pergi ke rumah Ayah mu."
"Baiklah."
Tiga puluh menit berselang, Fandi yang sudah siap terlebih dahulu di buat terpesona oleh kecantikan Mawar yang mengenakan baju pemberiannya. "Benar-benar sesuai dalam bayangan ku." gumam Fandi dalam hati.
Selama ini ia bukannya tidak tertarik pada Mawar. Namun perbedaan usia yang cukup jauh, Dan menganggap Mawar hanyalah anak kecil didikannya membuat Fandi menepiskan ketertarikannya pada Mawar.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Homsiah
kalo aku si setuju daripada mawar dalam bahaya terus
2024-10-20
0
ita🍓
aku mendukungmu pak guru 😁💪
2023-10-26
1
Ita rahmawati
gpp pak guru biarpun msih kecil tp tbuhny dh ngebentuk lho 🤣🤣
2022-12-16
0