Suara gemercik air jatuh dari ujung daun, udara dingin membuat kulit menutup pori erat-erat. Jaemin duduk di kursi balkon lantai 2 dekat kamar winwin, melihat sore dengan aroma hujan yang menenangkan, "hai jaemin, kau menunggu lama?" Winwin datang dengan membawa botol minum dengan cairan merah di dalamnya, "tidak hyung" balas jaemin dengan senyum semangat, "udaranya sangat menenangkan" winwin duduk dengan menaruh botolnya di kursi samping, "jaem kau tau, kita memiliki tingkat yang sama" winwin melihat jaemin dengan wajah sendu, dan jaemin hanya mengagukkan kepala, "di dalam sistem seharusnya hanya satu tingkat S" winwin memalingkan wajah ke arah depan, "saat anak-anak mengatakan kau tingkat S, itu membuat aku bertanya, kenapa kita ada di dalam satu sistem, itu tak mungkin" winwin mengambil cairan merah yang ada di sampingnya, "mungkin salah satu dari kita bukan S yang sebenarnya" winwin membuka botol dan meminumnya setengah, "maukah kau meminumnya juga" tanya winwin memberikan botol pada jaemin, "apa ini strawberi, aku tak suka" jawab jaemin dengan wajah polosnya, "aku tak menambahkan ekstrak apapun, rasanya seperti air biasa" jaemin akhirnya meminum cairan merah tersebut, dan rasanya memang benar seperti air.
------*-------
Jaemin kembali ke kamar dengan wajah bahagia karena ini adalah hari terkhir dia bersama jeno, besok dia akan pindah. "Cekrek" jaemin masuk dengan wajah semangat, ia tak memperdulikan jeno yang menatapnya, jaemin membuka lemari baju dan mengambil baju untuk dimasukkan ke tas, "kau pindah?" Tanya jeno dengan suara berat, "ya tentu saja". Jawab jaemin tanpa menoleh ke arah jeno, "apa aku menyakitimu? Apa aku terlalu memalukan hingga kau menghindariku, dan tak mau berteman denganku?" Jeno tak tau kenapa hatinya sakit, ia hanya menundukkan kepala, tak ingin meneruskan perdebatan ini, jika jaemin ingin pergi biarlah. Jaemin tak tau hatinya juga terasa tercubit semut, ia menoleh dan melihat jeno yang terlihat menyedihkan, "kanapa kau seperti itu, inikan maumu, kau tak akan pusing memikirkan poinmu yang berkurang karnaku" jawab jaemin dengan duduk menghadap jeno dengan tatapan kesal, dia tak habis fikir kenapa lelaki ini berfikir seperti itu seakan jaeminlah yang jahat. "Itu ranjangmu jaemin" jawab jeno menunjuk ranjang jaemin, " aku tau" jawab jaemin frustasi, apa yang jeno fikirkan, "aku mohon jangan pindah, aku tak akan mengaturmu lagi" jeno melihat jaemin dengan wajah merah, tak tau memendam amarah, atau menahan tangis. Jaemin berfikir cukup lama, "apa untungnya aku satu kamar denganmu?" Jawab jaemin dengan wajah penasaran, dia ingin menjaili jeno yang sangat sensitif ini, "aku akan memberimu kopi setiap aku pulang kerja" jeno melihat jaemin dengan wajah penuh harapan, "hmm, kalau begitu beri aku waktu berfikir" jaemin tidur terlentang di kasur empuknya, tidak seperti biasanya yang dia selalu tidur menghadap tembok. Beberapa menit setelah jaemin terlelap jeno berdiri dan menempelkan smophone di pipi, "suruh winwin menolak kepindahan jaemin, kau tau pasti apa yang akan aku lakukan pada lelaki cina itu jika dia menerimanya" kata jeno dengan wajah datarnya menghadap jaemin yang tidur dengan tenang.
------*------
Cahaya mmemaksa masuk dari cela mata, berusaha membuat mata terbuka sepenuhnya, jaemin akhirnya membuka matanya dengan melenturkan tubuhnya ke kanan dan kekiri, "kretek kretek" suara tulang jaemin, jaemin bangun dengan wajah cerah dia tak perlu menjauhi jeno, ia berdiri dan masuk kamar mandi dengan santai, setelah beberapa menit jaemin keluar dengan senyuman karena bau sabun rasa coklat yang membuat seluruh kamar menjadi manis, jaemin melihat jeno mengeluarkan makanan dari kantong plastik ke meja belajar jeno, "apa itu?" Tanya jaemin mendekati jeno sampai bau tubuh jaemin tercium oleh jeno, "makananmu dan makananku" jawab jeno dengan senyuman dengan mata yang ikut tersenyum, "ok ayo makan aku lapar" kata jaemin dengan mengambil kursi yang ada di meja belajarnya yang tak pernah sekali saja didudukinya. Jaemin duduk di samping jeno, dan membuka kotak makanan yang ternyata isinya nasi padang dengan daging rendang "Wah ini makanan kesukaanku" ucap jaemin antusias dengan senyum bahagia ke arah jeno, "aku tau" jawab jeno lirih dan melanjutkan makan.
Setelah sarapan, jaemin dan jeno berangkat ke kelas bersama, ketika masuk ke kelas semua anak dream sedikit kaget karena jeno tidak pernah mau berjalan berdampingan dengan sisapapun kecuali dengan kedua kakaknya, "selamat pagi jisungie" sapa jaemin dengan ceria dan duduk di kursinya, "pagi hyung" jawab jisung dengan senyum, haechan melihatnya tersenyum penuh arti, "semuanya akan kembali seperti semula" ucap haechan dengan melihat mark yang sejak pagi tadi masuk kelas hanya menulis seauatu di bukunya.
Yuna saem masuk ke kelas dream dengan wajah cantiknya, ia membuat salju buatan dan menyapa dengan senyuman, membuat seluruh anak dream terpesona, "kenapa dia sangat alai" ucap jaemin dalam hati. Yuna saem membagi kertas kosong ke seluruh anak dream, mebuat yang lainnya sudah berperasangka pada guru cantiknya ini, "saem aku tau kau tak sejahat ini" ucap haechan dengan wajah melas kearah yuna, "apa yang kau fikirkan haechan" jawab yuna dengan menggelengkan kepala, yuna melihat jam yang terpasang di pergelangan tangannya dan berkata "hari ini kaian saya beri tugas membuat cerita pengalaman yang sangat menyedihkan atau paling kalian sesali, nanti kalian akan menceritakan satu persatu di depan, waktu kalian hanya 20 menit dimulai dari sekarang", setelah yuna berucap semua siswa dream sudah gugup dan pusing karena tak tau apa yang akan mereka tulis, kecuali mark, haechan dan jeno.
"Sudah 20 menit, kalian kumpulkan" ucap yuna lantang, membuat mark berdiri mengambil kertas siswa lain menumpuknya di meja guru, yuna melihat satu persatu tulisan dan mengurutkannya sesuai dengan kedalaman masalah yang tertulis di kertas, "ok yang pertama chenle" chenle maju dengan wajah malas, dia tidak ingin dipanggil pertama kali, "hal paling aku sesali menurutku adalah saat aku masuk dream" siswa lain sudah memasang wajah datar, "hmm, bukan menyesal, lebih ke menyedihkan" chenle sudah tersenyum memaksa, "aku merasa, aku sedang memaksa masuk ke dalam rumah yang tertutup rapat, aku memaksa masuk, mendobrak pintu, mencungkil cendela, atau banyak lainnya, tapi aku tak bisa masuk, hingga mereka membuka pintu dengan sendirinya, dan aku masuk ke dalam". Renjun faham apa yang dimaksud chenle, dia juga merasakan hal yang sama dulu. "Ok chenle, pegang kertasmu" chenle memegang kertas karyanya, dan kertas pitih tersebut berubah menjadi biru, siswa dream tampak kaget dengan perubahan kertas tersebut, begitu pula dengan chenle, "satu point" jawab yuna dengan mengambil kertas chenle, "ok renjun" renjun berdiri dan maju kedepan, "aku tak memiliki sesuatu yang disesali, atau sesuatu yang menyedihkan" renjun menatap teman-temannya, "karena aku tak dapat mengartikan rasa", renjun diam dan melihat yuna, yuna memberikan kertas renjun, dan ketika renjun mengambil kertasnya, kertasnya tak berubah warna, "ok renjun silahkan duduk" yuna menyuruh renjun duduk, ia tau renjun tak pernah berhasil mengendalikan energi dalam, karena energi dalam berhubungn dengan rasa. Dan renjun tak memilikinya, mirip dengan seseorang yang yuna kenal dulu, "sama percis ternyata" yuna tersenyum melihat renjun duduk di kursinya dan melihat balik yuna dengan wajah tanpa ekspresi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments