Beberapa hari berikutnya, Aldo terus saja merecoki Cia dengan satu permintaan yang sama. Agar dia diperbolehkan bertanggungjawab atas kehamilan Cia. Atau setidaknya, Aldo diizinkan untuk mendampingi Cia menjalani kehamilannya kali ini.
Karena terus saja memohon, akhirnya Cia mengizinkan Aldo untuk mendampingi selama dirinya hamil. Dengan satu syarat, hal itu bisa Aldo lakukan kalau Arash tidak bisa melakukannya. Dengan kata lain, Aldo hanyalah cadangan bagi Cia. Tapi pria itu tidak peduli. Yang penting dia bisa dekat dengan anaknya.
"Jangan menuntut lebih dari ini. Atau aku akan melarangmu menemui anak ini selamanya," sarkas Cia. Kembali menegaskan soal posisi Aldo.
Pria itu mengangguk patuh. Bagaimanapun dia mencintai Cia. Ditambah lagi, wanita itu tengah mengandung benihnya. Apapun akan Aldo lakukan agar bisa dekat dengan buah hatinya. Kalau Cia tidak mau menikah dengannya. Setidaknya wanita itu masih mau mempertahankan kandungannya, bukannya menggugurkannya. Meski Cia punya tujuan lain dari mempertahankan kandungannya itu.
Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Karena Arash benar-benar mengabaikan Cia. Maka segala sesuatu yang dipanggil adalah Aldo. Terlebih Arash selalu saja beralasan sedang sibuk, ketika Cia memintanya bertemu. Atau ketika wanita itu menginginkan sesuatu. Berbeda dengan Aldo yang selalu ada untuk Cia dan bayinya.
Karena alasan itulah, hubungan Cia dan Aldo semakin dekat. Hingga mereka tampak seperti suami istri sungguhan. Semakin lengket saja keduanya.
Sementara itu hubungan Arash dan Helena, masih begitu-begitu saja. Tidak ada kemajuan sama sekali. Sebab Helena masih sering bertemu dengan Evan. Sedang Arash, sudah mengurangi frekuensi pertemuannya dengan Cia. Boleh dibilang, pria itu sama sekali tidak menemui Cia.
"Helen, kau ada meeting di sini?" tanya Arash, ketika bertemu Helena di sebuah hotel. Sang istri bersama Shen dan dirinya bersama Shan. Helena tidak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya. Sedang dua saudara kembar tidak identik itu langsung mengobrol asyik. Maklum meski tinggal serumah tapi keduanya jarang bicara. Keduanya sibuk dengan urusan masing-masing.
"Dapat salam dari Angelo," ucap Shan tengil pada adik kembarnya. Keduanya duduk di meja terpisah. Membiarkan Helena dan Arash mendapatkan privasinya. Meski yang terlihat, Arashlah yang lebih banyak bicara ketimbang Helena.
"Angelo siapa?" jawab Shen sembari memperhatikan interaksi dua bos mereka.
"Angelo....Ang...namanya kan Michael Angelo," jawab Shan sambil terkikik.
"Kau mengerjaiku ya?" salak sang adik. Memandang tajam pada si kakak. "Namanya, iya bohongan....tapi salamnya asli betulan gak pake tipu. Dia kayaknya naksir sama kamu deh," tambah Shan.
"Jangan menambah masalahku. Kau lihat, sebelum mereka bisa akur, misi kita belum selesai," balas Shen cepat. Shan langsung mengikuti arah pandang sang adik. Lantas menarik nafas bersamaan dengan Shen. "Kau benar. Selama mereka belum bucin, tugas kita belum berakhir. Kalau begini caranya, kapan kita kewongnya," keluh Shan.
"Kewong mah gampang. Nyari lawannya yang susah," timpal Shen ikutan galau.
"Nah kamu sudah ada kandidat la aku. Mau kenal perempuan saja tidak ada waktu," giliran Shan yang mengadu.
"Kandidatku siapa?" kepo Shen. "Angelo....siapa lagi. Aku jamin dia top brand. Jaminan mutu dan kualitas. Good looking, good rekening plus attitude lumayanlah. Yang jelas dia tidak suka main perempuan. Tipemu banget," Shan mulai mengompori sang adik. Keduanya terus berbincang sembari memantau keadaan bos masing-masing.
"Masalahnya, dia tu kayak kutub utara pindah di mari. Aku kan suka pria humoris, yang receh. Nggak freezer berjalan kayak dia," protes Shen.
"Alah sekarang protes ini itu, nanti begitu kamu kena cium sekali. Bucin akut baru tahu rasa kamu," Shan berkata asal njeplak aja.
"Kok kamu ngomongnya gitu," Shen heran dengan ucapan sang kakak.
"Ya abisnya kamu begitu sih. Shennia sayang, di dunia ini mana ada yang sempurna. Lihat Arash dan Helena, kurang apa coba mereka itu. Tampan, cantik, kaya, mapan...pokoknya mereka itu tidak terbantahkan pesonanya. Itu menurut orang di luaran sana. Yang melihat mereka dari kacamata media saja. Sedang kita, yang tahu real life-nya mereka. Tahu benar kalau hidup mereka jauh dari kata sempurna. Lalu kau....minta pria yang sempurna? Hello....mereka saja tidak mendapatkannya apalagi kita yang cuma anak korporat. Anak kantoran...yang harus lembur ekstra untuk dapat uang lebih," ceramah Shan, tumben otaknya jalan.
"Sok drama kamu! Kamu pikir aku gak tahu gajimu kerja dengan Arash. Salah satu CEO sukses saat ini. Gajimu bisa buat beli pulau kalau dikumpulin setahun," potong Shen langsung. Shan langsung nyengir, mendengar perkataan sang adik. Tepat sasaran. Benar seratus persen.
"Kok jadi ngomongin aku. Kita lagi ngomongin kamu sama Angelo. Jangan bawa-bawa aku. Nggak relate alias tidak ada hubungannya," sahut Shan cepat.
"Makanya jangan membantah," balas Shen.
"Aku gak bantah adikku, sayang. Aku sudah screening. Dan sejauh ini, hanya Ang yang nyerempet tipemu. Meski ya itu tadi. Dia memang kutub utara pindah ke sini. Nanti deh aku kursus dia biar agak receh dikit mulutnya," jawab Shan enteng. Tersenyum, membayangkan si frezeer berjalan menjadi pria yang receh mulutnya.
Shen baru saja akan membuka mulut untuk membalas perkataan Shan, tapi hal itu urung dilakukan karena keduanya melihat Arash dan Helena berdiri cepat dari duduk mereka. Keluar restauran dengan tergesa-gesa.
"Shan billnya," teriak Arash sambil menjatuhkan kartunya di meja Shan. "Aku urus billnya, kamu ikuti mereka siapa tahu gelut lagi," Shan berkata sambil melambaikan tangannya pada seorang pelayan. Sedang Shen langsung berlalu pergi, menyusul Arash dan Helena.
"Kau yakin itu mereka?" tanya Arash. Pria itu berdiri di samping Helena.
"Aku yakin itu Evan dan Brigitta. Hari ini aku harus tahu, ada hubungan apa keduanya, masak temenan bolak balik check in di hotel," ucap Helena kesal. Arash terdiam mendengar ucapan sang istri.
"Lah...lah...itu kan Cia," Shen langsung berseru begitu melihat Cia yang tengah bergelayut manja di lengan Aldo.
"Apa aku bilang? Aku sudah curiga kalau Cia sering jalan dengan laki-laki lain," geram Arash. Sepasang suami istri itu saling pandang. Lalu ikut mengantri di depan lift setelah dua pasang manusia itu masuk ke lift. "Bagus! Lantai mereka sama," gumam Helena.
Ketiganya lantas masuk ke lift, naik menuju lantai di mana kamar dua pasang manusia itu berada. "Sepertinya kecurigaanku selama ini benar. Cia tidak hanya menjalin hubungan denganku. Apa laki-laki itu adalah ayah dari bayi yang dikandung Cia? Sial! Bagaimana aku tidak tahu hal itu selama ini? Dia diam-diam berselingkuh di belakangku," batin Arash kesal.
"Kali ini aku harus menangkap basah mereka. Tidak boleh gagal. Aku mesti memastikan apa yang dikatakan Evan itu benar. Atau kalau tidak..." batin Helena.
Wanita itu langsung memejamkan mata. Menyandarkan tubuhnya di dinding lift. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dia temui nanti. Samar-samar, Helena mendengar Arash yang menghubungi Shan. Meminta akses masuk ke kamar tamu.
Suara lift yang terbuka membuat Helena membuka matanya. Sejenak melihat ke arah Arash. Di depan mereka tampak dua pintu baru saja ditutup hampir bersamaan. Saling berseberangan arah. Satu di ujung kanan dan satu lagi di dekat lift mereka.
"Tunggu dulu sebentar," Arash menahan tangan Helena yang ingin mengetuk pintu yang tadi dimasuki Evan dan Brigitta.
"Apalagi? Aku penasaran dengan apa yang tengah mereka lakukan," Helena mengepalkan dua tangannya jengkel.
"Kau ingin menangkap basah mereka kan? Tunggu sebentar lagi. Jika dugaan kita benar, maka mereka tidak akan lolos kali ini," Arash berucap tenang.
Shen langsung mengangguk, memberi kode pada Helena untuk menuruti perkataan Arash.
"Ggrrhhhh, aku benci menunggu. Menunggu itu membosankan!" kesal Helena.
"Baru tahu, kalau menunggu itu tidak menyenangkan. Lalu apa kabarku menunggu jawaban darimu untuk pertanyaanku waktu itu," sahut Arash cepat. Pria itu benar-benar santai menghadapi situasi yang bagi Helena super menegangkan ini.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
isma
suami istri, sama2 di selingkuhin,,
2022-11-24
1