Dua minggu berlalu. Keadaan pernikahan Arash dan Helena semakin tidak karuan. Keduanya sering bertengkar. Baik karena hal kecil maupun besar. Evan serta Cia jelas marah begitu tahu Arash dan Helena menikah.
Apalagi Helena, wanita itu jadi uring-uringan terus. Sebab Evan marah besar padanya. Berulang kali Helena menjelaskan pada Evan. Kalau pernikahan ini adalah keinginan kedua orang tua mereka. Bukan keinginannya. Tapi pria itu tidak percaya. Dia menganggap kalau Helena sudah tidak mencintainya.
“Aku mohon Evan, dengarkan aku. Aku dipaksa untuk menikah dengannya. Pernikahan ini bukan keinginanku.”
Helena berucap memohon untuk yang ke sekian kalinya. Berharap kalau Evan mau mengerti keadaannya. Evan menatap penuh selidik pada kekasihnya. Dua tahun, mereka menjalin kasih dan Evan benar-benar mencintai Helena.
“Kenapa kau tidak berusaha menolaknya?” Evan bertanya. Beberapa hari ini hatinya mulai luluh. Melihat bagaimana kerasnya usaha Helena membujuknya.
“Aku berusaha. Tapi syaratnya kau harus datang waktu itu. Aku menghubungimu tapi kau tidak mengangkat panggilanku. Ke mana saja kau?” Cecar Helena.
Evan diam seketika. Waktu Helena menghubunginya dia sedang berciuman dengan Brigitta. Mabuk dan kesal, membuat Evan hilang akal. Menganggap kalau Brigitta adalah Helena. Pria itu tanpa sadar mencium Brigitta. Dan Brigitta yang memang ada rasa pada Evan. Tidak menolak. Hingga keduanya berakhir di ranjang apartemen Brigitta. Memadu kasih tanpa Helena tahu. Keduanya merasa bersalah, telah mengkhianati Helena. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur terjadi.
“Aku pusing, lalu minum obat. Setelahnya aku tidur. Jadi tidak mendengar panggilanmu.” Evan menjawab sedikit terbata. Helena menatap curiga pada sang kekasih. Bukankah waktu itu Evan bilang akan mengajaknya bersenang-senang? Kenapa jawaban Evan jadi terdengar aneh di telinga Helena.
“ Kau yakin tidak mencintai Arash?” Evan bertanya. Kali ini bukan jawaban yang Evan dapat. Tapi sebuah ciuman dari Helena yang langsung mendarat di bibir Evan. Pria itu mengulas senyum tipisnya. Sesaat kemudian, keduanya sudah berciuman mesra.
Tanpa mereka tahu, di seberang ruangan. Arash menatap marah pada Helena dan Evan. Tidak tahu kenapa, tapi pria itu tidak suka. Saat melihat Evan dan Helena berciuman. Padahal Arash dan Helena sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing.
****
“Dari mana saja kau?” Pertanyaan dari Arash langsung menyambut Helena begitu masuk ke apartemen Arash. Hampir tengah malam. Helena baru saja pulang setelah hang out sejenak di sebuah klub malam bersama Evan. Arash tahu kalau Helena sedikit liar. Rafael sudah memberitahunya. Arash tentu terkejut akan hal itu. Apalagi di awal pernikahan mereka.
“Sudah tahu, kenapa masih bertanya?” Helena menjawab acuh. Berlalu dari hadapan Arash. Tapi pria itu menahan tangannya. Arash tidak suka diabaikan.
“Kau harus tahu batasanmu, Helen. Bagaimana jika orang luar tahu soal pernikahan kita? Reputasi keluarga kita akan dipertaruhkan.” Arash berusaha memperingatkan sang istri. Bagaimanapun Helena adalah istrinya sekarang. Sedikit banyak Arash merasa bertanggungjawab atas Helena.
“Untungnya tidak ada atau belum ada yang tahu soal pernikahan kita. Oh come on, Arash. Sejak kapan kau peduli padaku. Kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing. So, don’t cross the line, okay?”
Arash menggeram marah mendengar jawaban Helena. Wanita ini benar-benar sulit diatur, sulit dihadapi. Dia pikir sudah cukup sabar menghadapi Helena. Tapi sikap Helena selalu memancing kemarahan Arash. Dan berujung pada pertengkaran yang tidak ada habisnya.
“Yang aku maksud, kalau mau berduaan jangan di tempat umum. Kalau ada yang melihat. Itu akan berbahaya Helen.” Arash menekan setiap ucapannya.
"Kau mengatakan padaku agar tidak berduaan di tempat umum. Lalu bagaimana denganmu? Arash, sebelum kau mengomentari kehidupan orang lain. Lihat dulu dirimu sendiri. Kau pikir aku tidak tahu, kau menemui Cia-mu itu hampir tiap hari!” Helen menaikkan nada suaranya.
Skak mat, Arash langsung tidak berkutik mendengar cibiran Helena. Sebab dia memang bertemu Cia hampir setiap hari. Apalagi sejak wanita itu mengatakan sedang hamil anaknya. Meski Arash tidak yakin kalau itu anaknya. Dia pikir, kapan terakhir kali dia bercinta dengan Cia. Sepertinya sudah lama sekali. Dan itu pun karena Cia memaksanya.
“Tidak bisa menjawab? Makanya pikir dulu sebelum bicara.” Sarkas Helena. Menepis cekalan tangan Arash. Lalu berjalan naik ke kamarnya di lantai dua. Mengabaikan tatapan kemarahan dari suaminya.
“Helena...berhenti. Aku belum selesai bicara!” Wanita itu hanya melambaikan tangannya acuh. Sebelum masuk ke kamarnya.
Tidak tahu kenapa, darah Arash seperti mendidih setiap kali mengingat Helena dan Evan yang sedang berciuman. Cemburukah dia? Arash mengumpat seketika. Berbalik lalu berjalan menuju jendela ruang tamu apartemen miliknya. Menatap pemandangan malam yang jadi favoritnya. Menarik nafasnya pelan. Dia pikir akan jadi apa pernikahan paksa ini. Menyentuh pelan cincin yang ada di jari manisnya. Cincin yang dia beli mendadak. Sehari sebelum pernikahannya dengan Helena.
“Om berharap, Helena akan berubah lebih baik setelah menikah denganmu.”
Satu pesan dari Rafael terngiang di telinga Arash. Dia pikir bagaimana Helena akan berubah lebih baik. Jika dia saja tidak sebaik yang Rafael pikir.
Hari berlalu, kali ini Cia mengajak Arash untuk bertemu di sebuah restoran. Awalnya wanita itu begitu marah saat mengetahui Arash sudah menikah. Tapi setelah Arash membujuknya. Cia akhirnya mau mengerti kalau pernikahan itu bukan keinginan Arash. Dan pria itu berhasil meyakinkan kalau dirinya tidak mencintai Helena.
Saat ini, rasa benci mulai tumbuh di hati Cia. Dia tentu saja menganggap kalau Helena sudah merebut Arash darinya. Cia mulai khawatir kalau Arash akan berpaling darinya. Apalagi setelah melihat bagaimana cantiknya Helena, istri Arash.
Dalam hati Cia, mulai ada keinginan mencari cara untuk memisahkan keduanya. Arash hanyalah miliknya. Ayah dari anaknya. Tidak boleh ada seorang pun yang mengambilnya dari Cia. Wanita itu menatap penuh cinta pada Arash yang tengah duduk di sampingnya. Menemaninya makan sambil memainkan ponselnya.
Di sisi lain, Helena dan Shen tampak keluar dari sebuah hotel. Di mana dia baru saja selesai meeting dengan seorang kliennya. Keduanya baru saja sampai di lobi. Ketika Helena menyadari kalau ponselnya tertinggal di ruang meeting dengan kliennya.
“Akan kuambilkan.” Shen menawarkan diri. Tapi Helena menolak. Berucap akan mengambilnya sendiri. Meminta Shen untuk menunggunya di lobi. Wanita itu sedang menunggu lift ketika seorang staf hotel menghampirinya. Menyerahkan ponselnya yang ditemukan oleh seorang OB. Cukup senang karena dirinya tidak perlu naik lagi ke atas untuk mengambil ponselnya.
Helena baru saja akan pergi dari sana. Ketika ekor matanya menangkap dua orang yang dia kenal. Juga sedang mengantri di depan lift. Dua orang itu tidak menyadari kehadiran Helena. Cukup curiga dengan gerak gerik keduanya.
Rasa penasaran mulai menggelitik Helena. Lantas mengikuti dua orang itu, ketika mereka naik ke lantai 20. Begitu lift yang di naiki Helena sampai di lantai tersebut. Helena keluar dan matanya semakin menyipit. Melihat pemandangan di depannya.
Dilihatnya Evan dan Brigitta sedang berjalan bergandengan tangan. Sesekali pria itu memeluk tubuh Brigitta. Rasa curiga mulai menghampiri. Dia pikir ada hubungan apa keduanya selain berteman. Kalau hanya sebatas teman. Apakah mungkin sedekat dan semesra itu. Apalagi dia melihat Evan yang sesekali mencium puncak kepala Brigitta.
Adakah hal yang tidak dia ketahui soal teman dan kekasihnya itu. Helena berdiri mematung di tempatnya. Saat dia melihat Evan dan Brigitta masuk ke sebuah kamar.
“Kalau mau berduaan. Bermesraan. Jangan di tempat umum. Sewa kamar hotel sana.”
Satu ucapan dari Arash terlintas di benaknya. Mungkinkah dua orang itu mengkhianatinya? Satu pertanyaan timbul di hati Helena. Menatap penuh rasa ingin tahu di depan pintu kamar yang Evan dan Brigitta masuki tadi.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
khey
iiihhh... keterlaluan si Evan 😡
2023-01-26
1