Sementara itu di dalam kamar hotel. Evan dan Brigitta langsung berciuman, begitu pintu tertutup. Tanpa mereka tahu, Helena melihat keduanya masuk ke dalamnya.
Seolah ketagihan dengan percintaan mereka waktu itu. Dua manusia beda gender itu, tak perlu waktu lama saling melucuti pakaian masing-masing. Berikutnya Evan sudah menenggelamkan dirinya dalam tubuh Brigitta. Pria itu begitu menikmati tiap inci keindahan tubuh sahabat kekasihnya. Apalagi ketika Evan tahu, dirinya adalah yang pertama untuk Brigitta.
Kali ini sesi panas mereka terjadi dalam keadaan sama-sama sadar. Tidak seperti waktu itu, Evan melakukannya dalam keadaan mabuk. Hingga akhirnya pria itu terkejut ketika bangun keesokan harinya. Mendapati dirinya berada di kamar Brigitta, dengan tubuh polos, tanpa pakaian sama sekali. Evan langsung memijat pelipisnya begitu melihat Brigitta yang tidur dalam pelukannya. Pria itu lantas teringat teriakan Brigitta saat dirinya mencoba memasuki wanita itu untuk pertama kalinya.
"Dia masih virgin," batin Evan kala itu.
Pagi itu, keduanya bangun dengan canggung. Brigitta cukup kecewa dengan sikap Evan yang langsung pergi begitu selesai membersihkan diri. Apalagi ketika pria itu berkata, meminta dirinya untuk melupakan kejadian semalam. Anggap saja itu sebuah kesalahan.
"Aku menyukaimu, Evan." Ucap Brigitta kala pria itu hampir membuka pintu apartemen miliknya. Tapi waktu itu, Evan tidak menanggapinya. Beberapa hari berlalu, dan kepala Evan terus saja dipenuhi oleh wajah Brigitta. Alih-alih memikirkan Helena sang kekasih yang kini sudah menikah dengan Arash.
Hingga akhirnya Evan menarik tangan Brigitta. Saat tidak sengaja bertemu wanita itu. Setelah pria itu meeting dengan seorang kliennya di restoran sebelah. Tanpa kata, langsung membawa Brigitta check in ke hotel di mana Helena juga baru saja menyelesaikan menyelesaikan meetingnya.
"Kita harus bicara," Evan mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Brigitta. Keduanya masih sama-sama tanpa pakaian. Nafas mereka masih setengah memburu. Sebab baru sepuluh menit yang lalu, Evan mengakhiri sesi panas mereka. Setelah mencapai puncak beberapa kali.
Dalam pelukan Evan, Brigitta hanya diam saja. Menikmati aroma pria yang telah lama memikat hatinya. Menikmati posisi yang telah lama dia impikan. Posisi yang selama ini dimiliki oleh Helena. Posisi yang selama ini selalu membuat Brigitta sesak, menahan cemburu yang tidak berkesudahan.
Tapi hari ini, Brigitta sangat bahagia. Bisa memeluk tubuh kekar berotot milik Evan. Bisa merasakan bagaimana panasnya Evan saat di ranjang. Hal yang Brigitta tahu benar, kalau Helena belum pernah melakukannya. Wanita itu tersenyum semakin merapatkan tubuh polosnya pada Evan.
Katakanlah Brigitta bukan sahabat yang baik. Karena berani bercinta dengan kekasih sahabatnya. Tapi dia bisa apa, ketika kesempatan itu datang padanya. Ditambah rasa cintanya pada Evan yang begitu besar. Membuat Brigitta melupakan persahabatannya dengan Helena yang sudah terjalin sejak sekolah menengah. Tidak peduli pada apa yang akan terjadi di masa depan. Jika Helena tahu perbuatan Brigitta, mengkhianati persahabatan mereka.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Brigitta.
"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Evan memandang wajah Brigitta dari atas. Melihat bahu, dada dan leher Brigitta penuh dengan hicky hasil karyanya.
"Ya begini saja," jawab Brigitta santai.
"Ta, kau tahu kan kalau ini salah. Kita mengkhianati Helen, kita tidak seharusnya melakukan ini," Evan heran. Kenapa Brigitta bisa bersikap sesantai itu.
"Tapi kita melakukannya, Van. Dua kali..kita sudah melakukannya dua kali. Dan aku pikir kau menikmatinya. Kita menikmatinya," Brigitta mengubah posisi tubuhnya. Tubuh polosnya kini berada dia atas tubuh Evan.
Evan langsung memejamkan matanya. Saat dada Brigitta menempel di dadanya.
"Biarkan saja seperti ini. Tidak akan jadi masalah jika Helen tidak mengetahuinya," ucap Brigitta sambil menatap dalam wajah tampan Evan. Wanita itu sudah jatuh terlalu dalam pada pesona kekasih sahabatnya sendiri. Brigitta seketika lupa dengan persahabatannya dengan Helena.
"Jadi kita backstreet dari Helena?" tanya Evan mulai menempelkan puncak hidungnya pada hidup Brigitta.
"Aku tidak bisa melupakanmu Evan. Aku ingin selalu bersamamu. Aku ingin....."
Perkataan Brigitta langsung tidak terdengar lagi begitu Evan menyatukan bibir mereka. Sebuah ciuman yang menjadi awal dari sesi panas kedua mereka.
Mulai saat itu, acara kucing-kucingan mereka dimulai. Mereke bertiga sering hang out bareng. Dengan Evan yang selalu bersikap manis pada Helena. Namun disaat yang sama melemparkan tatapan menggoda pada Brigitta.
Brigitta sendiri berusaha untuk bersikap biasa. Saat melihat Helena dan Evan berciuman. Meski dadanya terasa sesak. Dia benar-benar cemburu dengan semua itu. Brigitta tidak rela berbagi dengan Helena setelah sesi percintaan mereka. Wanita itu ingin memiliki Evan seutuhnya.
Tapi sekarang dia masih harus bersabar. Seperti yang selalu Evan katakan. Kita yang menyakiti Helena jadi bersikaplah baik di hadapannya. Serta jangan terlalu terbawa perasaan alias baper.
***
"Ada yang tertinggal lagi tidak?" Shen bertanya pada Helena, sang atasan. Seperti biasa, keduanya baru saja menghadiri meeting. Helena menggeleng, mendengar pertanyaan Shen.
Mereka baru saja keluar dari lift. Saat sebuah pemandangan menyambut mereka. Arash tengah berciuman dengan Cia di salah satu sudut lobi hotel yang cukup sepi. Helena langsung mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya. Shen yang melihat itu pun langsung bergumam marah. "Tidak tahu malu."
Saat itu Arash langsung melepaskan diri dari Cia. Begitu melihat Helena yang berjalan melewatinya.
"Helen...." Arash berteriak keras.
Sedang Cia begitu terkejut melihat Helen ada di sana. Sesaat wanita itu terkesima, melihat istri Arash secara langsung. Sebab selama ini, Cia hanya melihat Helena melalui foto saja.
"Gila! Dia cantik sekali," ucap Cia tanpa sadar memuji kecantikan Helena. Wanita ikut menyusul Arash yang mengejar Helena.
"Helen...tunggu dulu," Arash meraih pergelangan tangan sang istri.
"Ini tempat umum, jadi jangan berlebihan" desis Helena kesal. Arash seketika tercekat melihat raut marah di wajah Helena. Mereka sepakat tidak akan go publik sebelum pesta pernikahan mereka digelar. Arash lantas melepas cekalan tangannya di tangan Helena.
"Kau dari mana?" tanya Arash. Pria itu mendelik kesal pada Cia yang langsung bergelayut manja di lengannya.
"Meeting, aku sibuk sekali belakangan ini. Jadi tidak ada waktu untuk bermanja-manja," skak mat. Cia menatap tajam pada Helena. Dia tahu kata-kata Helena itu adalah sindiran untuknya. Sementara Helena, menatap remeh pada Cia.
"Apa maksudmu?" tanya Cia.
"Jangan bertengkar, Helen tidak bermaksud apa-apa. Oh iya kalian belum kenalan bukan? Ini Cia dan ini Helen," Arash berusaha berada di tengah-tengah dua perempuan ini.
Dua wanita itu hanya saling melirik. Tanpa ada keinginan untuk saling menyapa. Detik berikutnya Helena berpaling dan pergi dari sana.
"Helen....!" Arash marah seketika. Melihat sikap Helena yang ia nilai sangat tidak dewasa. Tapi Helena tidak peduli. Sikap keras kepala Helena benar-benar membuat Arash hampir meledak kepalanya.
Cia hanya tersenyum miring melihat pasutri baru itu, yang dia jamin akan bertengkar. Shen yang melihat hal itu, lalu pergi dari sana. Dengan mulut mulai mengumpat Cia," Dasar nenek lampir, ulat keket, ulat bulu," wanita itu menirukan semua umpatan yang pernah dia baca di novel favoritnya.
Begitu sampai di parkiran. Shen kembali mengumpat marah. Ketika Arash melempar kunci mobil Helena. Sedang sang bos sudah berteriak kesal karena Arash telah mengunci Helena dalam mobilnya.
"Bawa mobil Helen. Batalkan semua meetingnya," perintah Arash membuat Shen ingin mencakar wajah tampan suami Helena itu. Kesal bukan kepalang.
Sementara itu di dalam mobil, Helena langsung mengamuk. Wanita itu marah ketika Arash tanpa kata langsung membawanya masuk ke mobilnya. Tidak peduli pada pekerjaannya.
"Kau keterlaluan Arash!" Pekik Helena.
"Kau yang keterlaluan. Apa maksudmu dengan mengabaikan Cia. Dia kekasihku," balas Arash.
"So what kalau dia kekasihmu. Jika kau bicara kedudukan. Harusnya aku yang marah, bukan kau. Aku istrimu tapi kau dengan jelas menggandeng dia di depan umum." Helena menyahut tidak kalah panjangnya.
Arash dan Helena kembali terlibat dalam pertengkaran hebat. Shen hanya menarik nafasnya melihat adegan itu. Bertengkar lagi, bertengkar lagi, Shen saja lelah yang melihatnya. Apalagi mereka berdua.
****
Visual Arash,
Kredit Pinterest.com
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments