Helena Sakit

Setelah pesta pernikahan selesai digelar. Meski dikacaukan oleh Helena. Semua anggota keluarga kembali ke ritme kehidupan masing-masing. Rafael dan Valerie juga Hugo kembali ke kota mereka. Meninggalkan Helena dan Arash dalam suasana yang makin buruk saja. Keduanya terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Tapi di sebalik itu, ada perang dingin yang tengah terjadi. Helena sama sekali tidak bertegur sapa dengan Arash. Meski Arash, beberapa kali membuka obrolan dengan sang istri, tapi Helena diam saja, tidak menanggapi. Wanita itu seolah menutup semua jalan untuk berkomunikasi dengannya.

Seperti Helena yang berusaha menutup rapat hatinya untuk Arash. Tiap hari, wanita itu akan disibukkan dengan urusan pekerjaan dari pagi sampai malam. Tengah malam, seringkali wanita itu baru kembali ke apartemen Arash.

Arash berulangkali memperingatkan Helena soal kesehatannya. Mengingatkan pada sang istri untuk menjaga pola makannya. Juga istirahatnya. Tapi semua itu tidak digubris oleh Helena. Wanita itu benar-benar mengabaikan dirinya dan Arash, sang suami.

"Helen, makan dulu," Shen meletakkan sebuah tupperware berisi makanan di depan sang atasan.

Helena hanya berdehem ria, menjawab perkataan Shen. Padahal rasa perih sudah menyerang perutnya sejak kemarin. Tapi hal itu tidak Helena hiraukan.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Helena. "Makanlah." Begitu bunyi pesan itu. Melihat pengirimnya, Helena langsung mengabaikannya. Dia tida marah dengan Evan, tapi suasana hatinya benar-benar membuat Helena ekstra kesal akhir-akhir ini.

Arash pun sama, pria itu ikut-ikutan mengabaikan Helena. Berpikir kalau Helena senang kalau dia tidak mengganggu wanita itu. Padahal beberapa kali Helena menggerutu kalau punya suami tapi tidak perhatian. Sebuah gerutuan yang membuat Shen menatap tidak percaya pada sang sahabat.

"Kau tidak sedang otewe jatuh cinta pada Arash kan?" tanya Shen pada akhirnya.

"Maksudmu?" tanya Helena bingung.

"Kau baru saja bilang, punya suami tapi tidak perhatian. Kau ingin Arash memperhatikanmu?" Shen berkata sambil memandang heran pada Helena.

"Aku bilang begitu? Yang benar saja. Kau pasti salah dengar," kilah Helena. Shen pun akhirnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mungkinkah dia salah dengar.

Hari itu, Helena kembali tenggelam dalam kesibukannya. Lagi-lagi mengabaikan soal makan pagi dan siangnya. Peringatan dari Shen tidak dia gubris. Padahal perutnya benar-benar sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi. Rasa perih dan panas menerpa lambung Helena.

Sebentar lagi, Helena pikir setelah meeting ini, dia akan menyempatkan diri untuk makan. Helena dan timnya tengah mendengarkan sebuah presentasi dari salah satu perusahaan yang tengah menawarkan program software mereka pada perusahaan Helena.

"Halo Shen, aku dengar kalian ada meeting di hotel ini," panggilan dari Arash membuat Shen sejenak heran. Pria itu terlihat begitu dingin pada Helena, kenapa hari ini tiba-tiba berubah menjadi baik.

"Iya, kami ada meeting di sini. Kenapa?

"Aku ada di restauran di lantai kalian. Akan aku pesankan makan siang. Kita makan bersama," belum sempat Shen menjawab. Arash sudah mematikan panggilannya. Dengan maksud, pria itu tidak mau ditolak keinginannya.

"Bos dan suami bos sama saja. Tukang paksa," gerutu Shen pelan.

"Ada apa?" tanya Helena. Begitu meeting mereka selesai. Wajah wanita itu terlihat pucat.

"Suamimu ngajak makan siang. Di restauran sebelah. Dia sudah reservasi di sana. Tinggal nungguin kamu," jawab Shen setengah bersungut-sungut.

"Tolak saja. Aku tidak ingin melihat wajahnya," jawab Helena keras kepala.

"Tapi Helen, makanlah setidaknya sedikit," bujuk Shen. Dia tahu, Helena tidak sempat mengambil sarapan tadi pagi.

Keduanya baru saja selesai berkemas ketika Arash tiba-tiba masuk. " Helen..." panggil pria itu. Tapi Helena cuek, tidak menanggapi.

Semua staf lantas keluar dari sana. Seolah ingin memberi waktu pada sepasang suami istri itu.

"Kita harus bicara," Arash menahan tangan Helena yang akan keluar dari sana.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan," Helena menepis cekalan tangan Arash.

"Helen....tolonglah," mohon pria itu.

"Cukup!...." tubuh Helena terhuyung ke depan. Seiring rasa gelap yang mulai menghampiri Helena. Tubuh wanita itu perlahan luruh dengan Arash yang sigap menahan tubuh Helena. "Shen.....!" Arash berteriak panik. Melihat tubuh Helena yang tidak sadarkan diri dalam pelukannya.

"Helen....ada apa dengannya?" giliran Shen yang ikut panik. Arash menggeleng. Detik berikutnya, pria itu sudah membawa Helena dalam gendongannya. Setengah berlari dengan Shen yang mengikutinya.

****

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Arash pada seorang dokter yang baru saja memeriksa Helena.

"Maag akut, hampir menjadi typhus," jawab Dokter itu.

"Apa aku bilang," timpal Shen.

"Untuk sementara dia harus istirahat total. Kita harus memulihkan lambungnya yang terluka. Dan itu perlu waktu agak lama," tambah dokter itu. Arash dan Shen saling pandang.

"Pulanglah. Aku akan menjaganya," hari mulai gelap. Dan Helena belum juga sadar dari pingsannya.

"Nanti kalau dia ngamuk bagaimana?" Shen bertanya cemas.

"Ya... biar dia ngamuk sama aku. Yang ada kan aku. Kamu nggak ada," jawab Arash enteng. Shen melihat Arash dengan tatapan tidak percayanya.

"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan amukannya," lagi, Arash meyakinkan Shen kalau dia tidak masalah ditinggal berdua dengan Helena.

Pada akhirnya, Shen menuruti kemauan Arash. Pria itu menarik nafasnya pelan. Melihat Helena yang masih terlelap dalam pengaruh obat tidurnya.

****

Helena menepis tangan Arash yang mencoba membantunya naik ke ranjangnya. Hampir tengah malam, ketika Helena berteriak minta pulang. Wanita itu terus menggerutu, membuat Arash akhirnya menyerah dan menuruti keinginan sang istri.

"Keluar!" pekik Helena begitu dia naik ke ranjangnya.

"Aku akan tidur di luar. Kau bisa memanggilku, kalau perlu sesuatu," ucap Arash. Sementara Helena lagi-lagi mengabaikan perkataan sang suami.

Tanpa Helena tahu, Arash kembali masuk ke kamar Helena begitu wanita itu tertidur. Mulai hari itu, Arash dengan sabar merawat Helena. Istri Arash itu pikir, keadaannya tidaklah terlalu parah. Ternyata dia salah. Tubuh Helena lemas, dengan suhu tubuh yang naik turun. Semua hal harus dilakukan dengan bantuan Arash. Bahkan ketika dia harus ke kamar mandi untuk buang air kecil.

"Tunggu di luar." Pinta Helena galak. "Iya-iya," jawab Arash pasrah.

Selesai dengan ritualnya, Helena kembali disuguhkan dengan sikap manis Arash. Yang sudah menyiapkan bubur untuknya. "Makanlah, ini sesuai dengan saran Dokter," kata Arash.

Helena hanya menatap tidak percaya pada apa yang Arash lakukan. "Aku tidak meletakkan racun di dalamnya," canda Arash lagi. Pada akhirnya, Helena menerima suapan dari sang suami. Dia memang perlu itu untuk sembuh.

Dua hari berlalu, keadaan Helena mulai membaik. Selama itu pula, Arash telaten merawat Helena. Memilih work from home. Pria itu tidak pernah meninggalkan Helena. Arash semakin menunjukkan perhatiannya pada Helena.

Satu hal yang membuat hati Helena mulai tersentuh. Bagaimanapun marahnya Helena, pria itu tidak pernah menjawab atau balik memarahinya. Sikap Arash, jauh berbeda dengan sikapnya yang dulu. Pria itu terlihat lebih sabar menghadapi Helena. Sedang sang istri mulai luluh hatinya.

"Ini yang terakhir," Arash mengarahkan sendok buburnya ke arah mulut Helena. Setelahnya pria itu mengulurkan obat beserta air pada sang istri.

"Tidurlah....aku akan memeriksa e-mail dari Shan," pamit Arash. Pria itu melangkah ke arah sofa. Meraih laptopnya. Sesaat Helena hanya diam memandang Arash mengulik laptopnya.

"Dia memang tampan," batin Helena.

"Kenapa tidak tidur?" Arash bertanya ketika melihat Helena masih terjaga.

"Tidak bisa tidur. Kelamaan tidur," jawab Helena manyun.

"Baru tiga hari, sudah nggak betah di rumah?" tanya Arash. Helena tidak menjawab.

"Padahal aku betah lo bisa berduaan denganmu," seloroh Arash. Helena langsung membulatkan matanya.

"Jangan gombal!"

"Tidak Helen, aku serius. Aku pikir aku mulai nyaman denganmu. Meski kau galak seperti singa...tapi aku sepertinya mulai jatuh cinta padamu," Arash berkata setelah ikut naik ke kasur Helena.

Wanita itu tentu terkejut. Mendengar ucapan sakral yang keluar dari bibir sang suami.

"Jangan membohongiku," Helena berusaha tidak mempercayai ucapan Arash. Padahal dia sendiri sepertinya juga merasakan hal yang sama. Hati Helena mulai terpaut pada Arash.

****

Episodes
1 Awal Mula
2 Kejutan Dari Cia
3 Kecurigaan Helena
4 Bertengkar Lagi
5 Sampai Kapan
6 Ceraikan Aku!
7 Ancaman William
8 Keputusan Arash
9 Runaway Helena
10 Malam Pertama Yang Tertunda
11 Penuh Masalah!
12 Sisi Lain Helena
13 Helena Sakit
14 Kamu Ke Mana Helena?
15 Helena Atau Brigitta?
16 Bukan Urusan Kalian!
17 Kesalahan Tanpa Akhir
18 Anak Itu Milikku!
19 Situasi Super Menegangkan
20 Terbongkar Juga
21 Tekad Evan
22 Kencan Low Budget
23 Misi Tidak Terencana
24 Drama Bantal
25 Kedatangan Evan
26 Sudah Terlambat
27 Kau Masuk Yang Mana?
28 Kencan Low Budget Jilid Dua
29 One Step Closer
30 Penawaran Rian
31 Terjadi Kembali
32 Membahagiakan Lo Rasanya
33 Anugerah Atau Bencana
34 I Love You, Helena
35 Obsesi Cia
36 SIM (Surat Izin Menikah)
37 Moodbooster Terampuh
38 Rahasia Arash
39 Bertemu Brigitta
40 Tes DNA
41 Helena Amara Liu
42 Perdebatan Unfaedah
43 Mission Imposible Ala Arash Tan
44 Drama Cia
45 Istri Baperan
46 Serangan Dadakan
47 Kesalahan Besar
48 Terima Kasih
49 Keputusan Arash
50 Dilema
51 Peringatan Hugo
52 Frustrasi
53 Terlalu Baik
54 Pria Mawar Merah
55 Terungkap
56 Pelukan
57 Curiga
58 Pusing
59 Kompak
60 Ketahuan
61 Lupa Umur
62 Tunggu Aku
63 Kesimpulan
64 Kebobolan
65 Terima Kasih
66 Berita Mengejutkan
67 Berhak Tahu
68 Tidak Pantas
69 Menjaganya Bersama
70 PROMO NOVEL ON GOING
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Awal Mula
2
Kejutan Dari Cia
3
Kecurigaan Helena
4
Bertengkar Lagi
5
Sampai Kapan
6
Ceraikan Aku!
7
Ancaman William
8
Keputusan Arash
9
Runaway Helena
10
Malam Pertama Yang Tertunda
11
Penuh Masalah!
12
Sisi Lain Helena
13
Helena Sakit
14
Kamu Ke Mana Helena?
15
Helena Atau Brigitta?
16
Bukan Urusan Kalian!
17
Kesalahan Tanpa Akhir
18
Anak Itu Milikku!
19
Situasi Super Menegangkan
20
Terbongkar Juga
21
Tekad Evan
22
Kencan Low Budget
23
Misi Tidak Terencana
24
Drama Bantal
25
Kedatangan Evan
26
Sudah Terlambat
27
Kau Masuk Yang Mana?
28
Kencan Low Budget Jilid Dua
29
One Step Closer
30
Penawaran Rian
31
Terjadi Kembali
32
Membahagiakan Lo Rasanya
33
Anugerah Atau Bencana
34
I Love You, Helena
35
Obsesi Cia
36
SIM (Surat Izin Menikah)
37
Moodbooster Terampuh
38
Rahasia Arash
39
Bertemu Brigitta
40
Tes DNA
41
Helena Amara Liu
42
Perdebatan Unfaedah
43
Mission Imposible Ala Arash Tan
44
Drama Cia
45
Istri Baperan
46
Serangan Dadakan
47
Kesalahan Besar
48
Terima Kasih
49
Keputusan Arash
50
Dilema
51
Peringatan Hugo
52
Frustrasi
53
Terlalu Baik
54
Pria Mawar Merah
55
Terungkap
56
Pelukan
57
Curiga
58
Pusing
59
Kompak
60
Ketahuan
61
Lupa Umur
62
Tunggu Aku
63
Kesimpulan
64
Kebobolan
65
Terima Kasih
66
Berita Mengejutkan
67
Berhak Tahu
68
Tidak Pantas
69
Menjaganya Bersama
70
PROMO NOVEL ON GOING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!