Arash menundukkan wajahnya. Pria itu tidak berani menatap wajah Rafael yang tengah menatapnya tajam. Kemarahan jelas terlihat di wajah ayah Helena. Dia sangat merutuki kebodohannya malam ini. Bagaimana bisa dia tidak tahu kalau gadis yang bekerja di kantornya adalah putri Rafael. Gadis yang akan dijodohkan dengannya.
“Jadi, kau tidak tahu kalau dia adalah Helena, putri Om?” Rafael bertanya dan Arash hanya bisa mengangguk pelan. Sementara di kamar pribadinya. Bisa Arash dengar bagaimana teriakan kemarahan Helena. Gadis itu terus mengatai dirinya brengsek, kurang ajar. Dan sederet umpatan yang benar-benar membuat telinga Arash sakit.
“Beuuuhh, sudah seperti petasan meledak saja mulutnya,” batin Arash.
“Hei pria brengsek! Kurang ajar. Berani kau melecehkanku!” Maki Helena begitu berdiri di depan Arash. Pria itu melongo melihat bagaimana cantiknya Helena. Meski Helena tampil tanpa polesan make up. Sejenak, Arash mulai membandingkan antara penampilan Helena dengan kekasihnya, yang selalu full make up.
“Malah bengong!” Bentak Helena.
“Sudahlah Helen, Arash hanya salah paham padamu,” Rafael berusaha melerai. Helena seketika menatap papanya begitu tahu, pria di hadapannya itu bernama Arash.
“Arash? Jadi ini yang namanya Arash," batin Helena. Sesaat memuji ketampanan Arash.
“Pa, tapi dia hampir melecehkan Helen.” Helena tidak percaya jika sang Papa justru membela Arash.
“Siapa suruh ngeberantakin kantor orang.” Sahut Arash santai. Dan dua orang itu, kembali terlibat adu mulut. Tidak ada yang mau mengalah sama sekali. Rafael seketika memijat pelan pelipisnya. Mendengar dua orang di hadapannya yang terus saja berdebat tidak ada habisnya. Hingga kedatangan Shan, membuat pertengkaran keduanya berhenti. Asisten Arash itu membawa cincin yang Helena cari. Gadis itu langsung mengembangkan senyumnya. Begitu melihat apa yang Shan bawa.
“Alah... hanya itu yang hilang? Aku pikir apa. Aku bisa menggantinya sepuluh kali lipat.” Cibir Arash. Perkataan Arash membuat Helena kembali naik pitam. Gadis itu baru akan membuka suaranya untuk melancarkan balasan. Ketika Rafael mencegahnya.
“Pa, dia hampir melecehkan Helen. Apa Papa tidak marah padanya?” Ulang Helena, merasa kesal pada sang Papa.
“Marah... tentu saja marah. Tapi itu juga salahmu sendiri. Lari dari pengawasan Papa. Malah terdampar di sini. Sudah kalian diam saja. Kita tunggu papamu datang.”
What???!! Arash langsung menatap horor pada Rafael. Melihat tatapan Arash, papa Helena itu menyeringai penuh arti pada dirinya. Gawat jika papanya sampai turun tangan, alamat bencana yang akan Arash dapat. Baik Arash maupun Helena hanya bisa saling pandang. Keduanya duduk di satu sofa yang sama. Helena dengan tatapan penuh kebenciannya. Dan Arash dengan tatapan terpesonanya. “Dia benar-benar cantik.”
Tatapan Arash terputus ketika dari arah pintu. Masuk sepasang suami istri yang begitu masuk, seorang pria yang adalah Papa Arash langsung menjewer telinga sang putra.
“Ini dia ni biang keroknya. Sekarang apalagi yang kau lakukan?” Papa Arash menarik telinga Arash, tak tanggung-tanggung.
“Ampun Pa, Arash tidak tahu kalau dia putri Om Rafael. Arash kira dia pencuri dan juga wanita murahan....” Arash menjawab setengah terbata.
“Kamu gila ya? Mana ada wanita murahan secantik Helena. Sembarangan kalau nuduh.” William memaki balik Arash. Melepaskan jeweran di telinga sang putra. Begitu Rafael memberi kode.
“Sudahlah, Will. Lebih baik kita diskusikan apa yang akan kita lakukan pada keduanya.” Rafael berkata penuh arti. Hingga akhirnya, dua pria itu berjalan beriringan, masuk ke ruang private meeting milik Arash. Kembali Arash dan Helena melemparkan tatapan penuh kebencian satu sama lain. Hingga bunyi ponsel Arash membuat pria itu mengalihkan pandangannya dari wajah Helena.
“Ya, Sayang...." Helena hampir muntah mendengar panggilan lebay Arash melalui ponselnya.
“...aku tidak bisa bertemu denganmu malam ini. Aku ada pekerjaan. Kita akan bertemu besok,” Arash mengakhiri panggilannya. Menatap ke arah Helena yang terlihat cantik mengenakan kemeja miliknya. Menggantikan blus Helena yang dia robek paksa.
“Ya, Evan...aku tidak bisa bertemu malam ini. Papaku ada di sini. Apa kau mau bertemu Papa?” Giliran Helena menjawab panggilan teleponnya.
“Aku ingin bertemu denganmu. Bukan papamu. Lagi pula ada Brigitta di sini. Aku pikir kita bisa sedikit bersenang-senang." Jawab seorang pria yang Helena panggil Evan. Gadis itu segera menutup panggilan teleponnya. Kesal. Sementara Arash, justru semakin menikmati wajah kesal Helena. Cantik dan menggemaskan. Begitulah yang ada di pikiran Arash.
Evan, pacar Helena dan Brigitta, sahabat Helena. Keduanya sedang berada di sebuah klub malam. Mereka sedikit kecewa ketika Helena mengatakan tidak bisa datang malam ini. Keduanya pikir akan sedikit menghilangkan stres mereka bersama Helena. Evan yang sedikit kesal mulai meminum minumannya. Sedang Brigitta menatap Evan dengan pandangan yang sulit diartikan. Brigitta diam-diam menyukai kekasih sahabatnya itu.
William dan Rafael keluar dari private meeting room milik Arash dengan wajah sumringah. Melihat hal itu Arash semakin yakin kalau nasib buruk akan segera menimpanya.
“Kami sepakat akan menikahkan kalian." What??!! Arash dan Helena berteriak bersamaan. Keduanya kompak menolak keinginan kedua orang tuanya. Dengan dalih sudah mempunyai kekasih masing-masing. Ditambah lagi Arash dan Helena baru saja bertemu, tidak saling mencintai. Arash dan Helena saling pandang penuh rasa tidak suka. Keduanya tidak bisa membayangkan jika mereka akan berada dalam sebuah ikatan sakral bernama pernikahan. Oh no, seketika kata itu yang terlintas di benak Arash dan Helena. Keduanya kembali saling memandang dengan dahi berkerut.
“Pa, kami tidak bisa dan tidak mau menikah.” Arash memohon. Dia benar-benar sudah kehabisan ide untuk membujuk William, papanya. Sama dengan Helena. Gadis itu bahkan hampir menangis.
“Keputusan kami sudah final. Kalian akan menikah di catatan sipil dulu. Karena Om Rafael akan kembali minggu depan.” William menegaskan kembali keputusannya. Membuat dua orang itu hanya bisa diam, tidak lagi membantah.
“Pesta akan diadakan kemudian.” Rafael menambahkan. Kepala Arash dan Helena seketika pusing dibuatnya.
Singkat kata, dua hari kemudian. Arash dan Helena resmi menikah. Sebuah hal yang tidak pernah terbayangkan oleh keduanya. Semua berbahagia dengan pernikahan dadakan plus paksaan itu. Kecuali dua pengantinnya. Keduanya memasang wajah cemberut sejak awal sampai, di kantor catatan sipil.
Sampai kini, mereka tinggal berdua. Berada dalam mobil Arash. Dalam perjalanan pulang menuju apartemen Arash. Kedua orang mereka memerintahkan mereka untuk tinggal bersama sejak mereka menikah.
“Anggap saja kita menikah kontrak. Jika keadaan sudah reda. Kita bisa berpisah.” Arash berucap saat keduanya sudah masuk ke ruang tamu apartemen Arash. Helena sama sekali tidak menanggapi ucapan Arash. Pria yang kini sudah berubah status menjadi suaminya. Pikirannya di penuhi oleh Evan. Bagaimana cara Helena menjelaskan pernikahannya kepada pria itu.
***
“Kamu ke mana saja? Kenapa tidak mau menemuiku. Ada yang ingin aku beritahu padamu.” Valencia, kekasih Arash. Biasa di panggil Cia. Bergelayut manja di lengan Arash. Pria itu hanya diam. Dia juga tidak tahu bagaimana memberitahu soal pernikahannya dengan Helena pada sang kekasih. Namun Arash juga tidak mau menyembunyikan hal itu.
“Memangnya apa yang ingin kau sampaikan?” Valencia mengembangkan senyumnya. Lalu berbisik di telinga Arash. “Aku hamil, Sayang.”
Arash membeku di tempatnya, tidak pernah menyangka akan mendapat kejutan seperti itu dari Cia.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Memyr 67
william itu siapa? ada hubungan dengan keluarga kai, lee joon dan yg lainnya?
2023-02-14
1
khey
kak, ini aku, iya... ini aku..
kakak pasti ngak kenalkan? iyalah,, aku juga ngak kenal sama kakak..
tapi yang pasti, aku pembacamu..
😘
cemunguuuttt ✊✊
2023-01-26
1