Bukan Urusan Kalian!

Selama seharian, Helena menghabiskan waktunya bersama Evan. Mengabaikan panggilan dan pesan dari Arash. Helena dan Evan asyik bermain di pantai itu. Menikmati kencan berdua yang memang sudah lama tidak mereka lakukan. Meski begitu, kencan Evan dan Helena adalah kencan biasa. Tidak ada kontak fisik lebih dari pelukan dan ciuman.

Berbeda saat Evan bersama Brigitta. Hanya ada hasrat saat Evan tengah berdua dengan sahabat Helena itu. Tidak tahu kenapa tapi tiap gerak gerik Brigitta selalu saja memancing gairah Evan.

Tapi dengan Helena, Evan benar-benar meluahkan rasa cintanya pada wanita itu. Tidak ada rasa lain selain cinta saat Evan bersama Helena. Pria itu hanya ingin melihat senyum Helena. Hal yang membuat Evan juga mengembangkan senyumnya.

Seperti sekarang ini, hati Evan bahagia sebab Helena bisa tertawa terbahak-bahak karena lelucon garing yang Evan buat.

"Bodoh sekali dia," Helena berkata di sela tawa juga tangannya yang sibuk mengusap air mata di matanya.

"Ya, jangan bilang begitu. Siapa tahu dia memang polos tidak tahu apa-apa," bela Evan.

"Tetap saja bodoh," dan Helena kembali terbahak. Suasana hati Helena membaik dengan cepat. Seiring sebuah keputusan yang sudah dia ambil.

"Aku tidak mau merebut kebahagiaan orang lain," tekad Helena dalam hati.

"Bagaimana, mau pulang sekarang?" tanya Evan.

"Nanti saja. Aku masih betah di sini," jawab Helena. Evan hanya bisa menghela nafasnya. Merasa kalau sikap Helena tidak seperti biasanya.

"Apa dia bertengkar lagi dengan pria itu," batin Evan, melihat Helena yang tengah menikmati air kelapa mudanya.

Dua orang itu kembali menghabiskan waktunya di pantai. Mengobrol soal banyak hal. Maklum, keduanya lama tidak bertemu. Hingga banyak hal yang menjadi bahan pembicaraan mereka. Termasuk soal Brigitta.

"Evan, aku pernah melihatmu jalan berdua dengan Brigitta. Apa maksudnya itu?" tanya Helena.

"Kapan? Di mana?" tanya Evan. Helena kemudian menceritakan soal kejadian di mall sebelum hari pernikahannya dengan Arash. Evan sedikit terkejut saat mendengar cerita Helena.

"Apa kau sedang menghibur Brigitta?" todong Helena.

"Oh yang itu, iya aku sedang menghiburnya. Kamu tidak marah kan?" jawab Evan berusaha bersikap sesantai mungkin.

"Tapi kenapa kamu pakai acara gandengan tangan segala. Terus meluk-meluk gitu?" cecar Helena curiga.

"Kamu salah lihat mungkin. Lagipula kalau aku menggandeng Brigitta, itu hanya untuk menghiburnya, tidak lebih." Kembali Evan berusaha meyakinkan Helena, kalau tidak ada apa-apa antara dia dan Brigitta.

Helena menyipitkan matanya. Berusaha mencari kebohongan di mata Evan. "Lalu aku pernah melihat kalian masuk ke sebuah kamar hotel. Bisa kamu jelaskan itu,"

Kali ini tenggorokan Evan tercekat. Dia baru tahu kalau Helena pernah melihatnya masuk ke hotel bersama Brigitta. "Aku harus menjawab apa?" batin Evan bingung.

"Oh itu....itu....." Evan gelagapan menjawab pertanyaan Helena.

"Itu apa?" desak Helena tidak sabaran.

"Oh...itu...aku ketemu Brigitta pas habis meeting. Dia ngeluh pusing, jadi aku tawarin dia buat istirahat dulu. Kamu tahu sendiri rumahnya kan lumayan jauh," kilah Evan.

"Tapi dua kali aku melihatmu masuk kamar hotel berdua," lagi perkataan Helena membuat Evan kebingungan.

"Yang kedua kapan?" tanya Evan balik.

"Sama...pas aku habis meeting di hotel itu. Aku melihatmu masuk kamar berdua," tuntut Helena.

Evan pura-pura mengingat. Kapan kira-kira itu terjadi. "Oh yang itu, yang itu aku dan Brigitta ternyata punya klien yang sama. Jadi kami sedikit berdiskusi soal klien itu,"

"Di kamar?" heran Helena.

"Sambil istirahat. Kan Brigitta nginep di situ hari itu. Itu kamar Brigitta yang disiapkan oleh kantornya. Oh ayolah Helen masak kau tidak percaya padaku. Aku tidak mungkin melakukan hal-hal aneh dengan Brigitta. Aku hanya mencintaimu. Dia cuma teman untukku. Kalaupun aku terlihat dekat dengannya. Itu hanya karena aku sedang simpati dengan kesendiriannya. Dia kan lagi jomblo. Aku tidak ada apa-apa dengannya," jelas Evan panjang lebar.

Helena memindai mata Evan. Berusaha mencari kebohongan di mata sang kekasih. Hingga akhirnya Helena menarik nafasnya dalam. "Baik aku akan percaya padamu kali ini. Tapi kalau sekali lagi aku melihat hal yang mencurigakan soal kalian berdua. Lihat saja," tegas Helena.

Wanita itu memang tidak kan bertoleransi soal pengkhianatan terhadap sebuah hubungan. Baik itu persahabatan ataupun percintaan. Bagi Helena, sebuah pengkhiatan adalah hal yang tidak termaafkan.

"Aku berjanji tidak akan macam-macam di belakangmu. Aku hanya akan macam-macam denganmu," ucap Evan sambil mencuri ciuman dari bibir Helena.

"Evan...." desis Helena marah. Keduanya kembali tertawa. Dengan Evan bisa menarik nafasnya lega. Setidaknya dia bisa lolos kali. Selanjutnya, dia harus lebih berhati-hati saat ingin berdua-an dengan Brigitta.

Sebuah kebohongan akan menyeret kebohongan yang lain pula. Hal yang tanpa disadari sudah Evan lakukan. Kebohongan kecil yang akan menyeret Evan ke dalam sebuah kebohongan yang lebih besar.

****

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, ketika mobil Helena masuk ke basement apartemen Arash. Wanita itu baru keluar dari mobilnya. Bermaksud akan berpamitan pada Evan yang sudah menemaninya dan mengantarkannya pulang.

"Dari mana saja kau?" suara Arash terdengar sangat marah muncul di belakang Helena.

"Aku jalan-jalan. Apa aku salah?" jawab Helena santai. Wanita itu kembali ke mode lamanya saat bicara dengan Arash.

"Sampai selarut ini? Tidak mengangkat teleponku? Tidak membalas pesanku?" cecar Arash.

"Aku ingin menenangkan diri. Jadi tidak ingin diganggu. Lagipula aku tidak sendirian. Ada Evan yang menemaniku," jawaban Helena menyulut api kemarahan Arash.

Pria itu mencekal pergelangan tangan sang istri. "Helena, kau ini seorang istri. Punya suami. Bagaimana bisa kau keluar dengan pria lain?" kesal Arash.

"Bicara soal suami istri. Lalu bagaimana denganmu? Kau punya istri. Tapi kekasihmu hamil anakmu. Sekarang katakan, aku harus bagaimana?" tantang Helena. Mata wanita itu berkaca-kaca.

Arash tertegun mendengat ucapan Helena. Rupanya ini sebabnya Helena menghilang. "Sudahlah Arash. Urusi saja calon anakmu. Aku masih punya Evan,"

"Apa maksud ucapanmu?" pria itu semakin mengeratkan cekalannya pada tangan Helena. Oktaf suara Arash mulai naik. Setengah berteriak.

"Aku akan tetap menjalani hubunganku dengan Evan. Dan kau bisa mengurusi kekasihmu itu,"

"Helena!" teriak Arash.

"Lepaskan tanganmu darinya!" suara Evan terdengar di belakang Arash. Pria itu menoleh. Melihat Evan yang berjalan melewatinya. Lalu melepas cekalan tangan Arash.

"Kamu tidak apa apa-apa?" tanya Evan cemas. Melihat Helena yang mengusap pergelangan tangannya yang kemerahan. Amarah Arash bertambah besar melihat Evan yang berani ikut campur urusan rumah tangganya.

"Apa yang kau lakukan? Jangan mencampuri urusan rumah tangga kami," bentak Arash.

"Kenapa tidak boleh? Aku berhak mencampurinya karena Helena adalah kekasihku," balas Evan tidak mau kalah.

"Kau.....!"

"Kenapa kau marah? Helena dan aku memiliki hubungan. Begitupun kau dan kekasihmu. Jadi kita impas. Adil!" tambah Evan.

Arash baru saja akan menjawab. Ketika Helena melerai keduanya. Tapi rupanya peringatan Helena tidak dihiraukan oleh dua pria yang sama-sama dalam emosi tinggi itu.

Arash dan Evan seketika terlibat adu mulut. Adu argumen untuk membuktikan kalau mereka berdua tidak salah. Semakin lama pertengkaran keduanya semakin panas. Bahkan dua pria itu hampir adu jotos, jika saja Helena tidak mencegahnya.

"Berhenti! Apa kalian akan terus seperti ini. Bertengkar seperti anak kecil! Kalian ini, bukannya membuatku bertambah tenang tapi malah membuatku semakin pusing!" marah Helena balik.

Dua pria yang siap melayangkan pukulan ke wajah masing-masing itu, menghentikan aksinya. Melihat ke arah Helena yang menatap tajam ke arah mereka.

"Ini salahmu!" ucap Evan.

"Kau yang salah!" balas Arash. Kembali keduanya bertengkar hebat. "Diam!" raung Helena. Untung basement sedang sepi. Jadi tidak ada yang menonton drama cinta segi empat kurang satu peserta itu.

"Kalau kalian masih mau lanjut bertengkarnya. Silahkan saja. Aku tidak peduli pada apa yang akan kalian lakukan!" Helena berlalu keluar dari sana. Bukannya naik ke unit Arash. Wanita itu malah keluar dari area apartemen itu.

"Helena! Kau mau kemana?" tanya Evan dan Arash bersamaan.

"Bukan urusan kalian! Teruskan saja adu jotosnya!" Teriak Helena tidak peduli. Dua pria itu langsung menurunkan pukulannya masing-masing. Lantas menjauhkan diri. Keduanya seketika memalingkan wajahnya. Enggan melihat satu sama lain.

*****

Episodes
1 Awal Mula
2 Kejutan Dari Cia
3 Kecurigaan Helena
4 Bertengkar Lagi
5 Sampai Kapan
6 Ceraikan Aku!
7 Ancaman William
8 Keputusan Arash
9 Runaway Helena
10 Malam Pertama Yang Tertunda
11 Penuh Masalah!
12 Sisi Lain Helena
13 Helena Sakit
14 Kamu Ke Mana Helena?
15 Helena Atau Brigitta?
16 Bukan Urusan Kalian!
17 Kesalahan Tanpa Akhir
18 Anak Itu Milikku!
19 Situasi Super Menegangkan
20 Terbongkar Juga
21 Tekad Evan
22 Kencan Low Budget
23 Misi Tidak Terencana
24 Drama Bantal
25 Kedatangan Evan
26 Sudah Terlambat
27 Kau Masuk Yang Mana?
28 Kencan Low Budget Jilid Dua
29 One Step Closer
30 Penawaran Rian
31 Terjadi Kembali
32 Membahagiakan Lo Rasanya
33 Anugerah Atau Bencana
34 I Love You, Helena
35 Obsesi Cia
36 SIM (Surat Izin Menikah)
37 Moodbooster Terampuh
38 Rahasia Arash
39 Bertemu Brigitta
40 Tes DNA
41 Helena Amara Liu
42 Perdebatan Unfaedah
43 Mission Imposible Ala Arash Tan
44 Drama Cia
45 Istri Baperan
46 Serangan Dadakan
47 Kesalahan Besar
48 Terima Kasih
49 Keputusan Arash
50 Dilema
51 Peringatan Hugo
52 Frustrasi
53 Terlalu Baik
54 Pria Mawar Merah
55 Terungkap
56 Pelukan
57 Curiga
58 Pusing
59 Kompak
60 Ketahuan
61 Lupa Umur
62 Tunggu Aku
63 Kesimpulan
64 Kebobolan
65 Terima Kasih
66 Berita Mengejutkan
67 Berhak Tahu
68 Tidak Pantas
69 Menjaganya Bersama
70 PROMO NOVEL ON GOING
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Awal Mula
2
Kejutan Dari Cia
3
Kecurigaan Helena
4
Bertengkar Lagi
5
Sampai Kapan
6
Ceraikan Aku!
7
Ancaman William
8
Keputusan Arash
9
Runaway Helena
10
Malam Pertama Yang Tertunda
11
Penuh Masalah!
12
Sisi Lain Helena
13
Helena Sakit
14
Kamu Ke Mana Helena?
15
Helena Atau Brigitta?
16
Bukan Urusan Kalian!
17
Kesalahan Tanpa Akhir
18
Anak Itu Milikku!
19
Situasi Super Menegangkan
20
Terbongkar Juga
21
Tekad Evan
22
Kencan Low Budget
23
Misi Tidak Terencana
24
Drama Bantal
25
Kedatangan Evan
26
Sudah Terlambat
27
Kau Masuk Yang Mana?
28
Kencan Low Budget Jilid Dua
29
One Step Closer
30
Penawaran Rian
31
Terjadi Kembali
32
Membahagiakan Lo Rasanya
33
Anugerah Atau Bencana
34
I Love You, Helena
35
Obsesi Cia
36
SIM (Surat Izin Menikah)
37
Moodbooster Terampuh
38
Rahasia Arash
39
Bertemu Brigitta
40
Tes DNA
41
Helena Amara Liu
42
Perdebatan Unfaedah
43
Mission Imposible Ala Arash Tan
44
Drama Cia
45
Istri Baperan
46
Serangan Dadakan
47
Kesalahan Besar
48
Terima Kasih
49
Keputusan Arash
50
Dilema
51
Peringatan Hugo
52
Frustrasi
53
Terlalu Baik
54
Pria Mawar Merah
55
Terungkap
56
Pelukan
57
Curiga
58
Pusing
59
Kompak
60
Ketahuan
61
Lupa Umur
62
Tunggu Aku
63
Kesimpulan
64
Kebobolan
65
Terima Kasih
66
Berita Mengejutkan
67
Berhak Tahu
68
Tidak Pantas
69
Menjaganya Bersama
70
PROMO NOVEL ON GOING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!