Cia duduk termenung di apartemennya. Wanita itu tampak mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Gelisah. Itulah perasaan yang tengah ia rasakan saat ini. Dia merasa posisinya terancam dengan kehadiran Helena. Apalagi wanita itu kini bergelar istri sah dari Arash Tan. Kekasihnya.
Kejadian tempo hari, cukup membuktikan kalau Arash juga memiliki perhatian pada Helena. Tidak! Ini tidak boleh berterusan. Jika begini terus, bisa dipastikan kalau wanita itu akan mengambil alih hati Arash sepenuhnya. Cia tidak bisa membiarkan itu terjadi.
Rasa benci yang dia miliki pada Helena semakin membumbung tinggi. Dia harus mencari cara agar Arash membenci sang istri. Dengan begitu, pria itu akan menceraikan Helena.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Cia. Wanita itu langsung tersenyum begitu membaca pesan tersebut. Sebenarnya antara senang dan terkejut. Dia tidak menyangka kalau seorang Helena Liu punya kebiasaan yang akan membuat orang berpikiran negatif soal dirinya.
"Jadi kita lihat apa reaksi Arash, jika melihatmu di sana," Cia mulai membuat rencana. Untuk membuat Helena terlihat buruk di mata Arash.
***
"Uuhh... lelahnya," keluh Helena. Wanita itu baru saja kembali dari meninjau pabrik baru mereka di kota itu. Helena Amara Liu, 25 tahun. Putri pertama dari Rafael Deandra Liu dan Valerie Cassandra Liu. Generasi ke tiga dari klan Liu. Menguasai hampir sepertiga pasar software di negara itu. Usaha yang sudah dirintis sang Kakek, Kaizo Aditya kini semakin berkembang pesat.
Karena Helena menikah dengan Arash maka diputuskan kalau Helena akan mengelola kantor mereka di kota ini. Sedangkan kantor pusat akan dihandle oleh sang adik, Hugo Amadeo Liu, 24 tahun.
Secara tampilan, Helena terlihat feminim, dengan wajah cantik, rambut coklat panjang. Mata bulat, hidung mancung. Jangan lupakan bibir merah sedikit berisi milik gadis itu. Bibir yang kalau dilihat begitu menggoda. Tapi kalau sudah bersuara terkadang seperti petasan meledak. Tajam, pedas. Tidak berperasaan. Serta hobinya yang suka nongkrong di klub malam. Hang out di sana. Inilah yang membuat sang papa Rafael, pusing tujuh keliling. Memikirkan tingkah Helena.
"Mama kan kerja di klub malam cuma beberapa hari. Kenapa Helen betah sekali nongkrong di sana," keluh Rafa suatu hari.
"Mama kerja di sana cuma sebentar itu kan karena Papa kasih lima ratus juta buat biaya operasi Kakek. Kalau nggak, ya Mama bakalan betah kerja di sana," Valerie tersenyum. Mengenang pertemuan kedua mereka yang terjadi gara-gara Alex, sepupu Rafa yang memesan Valerie sebagai teman kencannya. Tanpa Valerie tahu kalau pelanggannya sudah berganti menjadi Rafa.
"Tapi worth it-lah, Papa dapat keperawanannya Mama," bisik Rafael. Valerie seketika salah tingkah dibuatnya. Wanita itu terpaksa menjual kegadisannya untuk membiayai operasi jantung ayahnya.
Kembali ke Helena. Wanita itu langsung mendudukkan diri di kursi kebesarannya. Hari mulai berganti senja. Tapi hal itu tidak menghentikan Helena untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Hingga sebuah pesan masuk ke ponselnya.
"Kalian bertengkar lagi?" sebuah pesan masuk dari Shan, asisten Arash. Saudara kembar Shen. Shan dan Shen kembar sepasang tidak identik. Jelaslah wong beda gender. Jadi bisa dibedain dengan jelas.
"Bukannya itu adalah motto dalam rumah tangga kami. Tiada hari tanpa bertengkar," balas Helena cepat. Wanita itu masih berhubungan dengan Shan dan juga Ang, asisten Arash yang lain.
"Pantas saja hawanya pengen makan orang aja,"
Helena terbahak membaca pesan dari Shan. Peduli amat Helena dengan hal itu.
"Kalau begitu selamat jadi makanan pembuka dan penutup bosmu," Helena membalas pesan dari temannya itu. Berikutnya sebuah emoticon marah yang masuk ke ponsel Helena.
Malam kian merayap naik. Helena mulai meregangkan otot-otot di tubuhnya. Shen sudah sejak tadi memperingatkan dirinya untuk berhenti bekerja. "Shen, aku balik dulu," Helena berkata pada Shen yang ternyata juga sudah bersiap untuk pulang.
"Mau langsung pulang atau bagaimana?" tanya Shen.
"Hang out dulu yuk," ajak Helena. Shen memutar matanya malas mendengar ajakan Helena.
"Gue lagi suntuk di rumah, ujung-ujungnya pasti bertengkar lagi, malas aku," keluh Helena.
"Itu sih kamunya juga Helen, tiap dia marah, sekali aja jangan kamu balas marah," nasihat Shen.
"Idih ogah, nanti dianya ngelunjak," balas Helena cepat.
Shen terdiam mendengar jawaban Helena. Tak berapa lama dua wanita cantik itu sudah berada di tengah hingar bingar sebuah klub malam terkenal di kota itu. Bau alkohol, rokok semua bercampur menjadi satu. Belum lagi dentuman musik dari sang DJ yang membuat semua orang ingin menari di lantai dansa.
Helena dan Shen baru beberapa saat duduk di sebuah VIP room, ketika tak lama Evan dan Brigitta menyusul mereka. Melihat Evan dan Brigitta datang bersama, membuat Helena langsung memicingkan mata. Entahlah, rasa curiga pada dua orang itu akhir-akhir ini meroket naik.
"Kenapa tidak bilang mau kemari?" Evan bertanya sambil mencium pipi Helena sekilas.
"Aku bosan jadi ke sini," jawab Helena sambil memperhatikan mimik muka Brigitta.
"Jika mereka tidak memberitahuku kau ada di sini, aku tidak tahu," sambung Evan. Mulai duduk di samping Helena. Tangan Evan merengkuh pinggang Helena posesif.
Selanjutnya mereka pun mulai mengobrol hal-hal receh yang terjadi hari ini. Hingga ajakan Evan untuk melantai membuat Helena menganggukkan kepalanya. Dalam hitungan menit, dua manusia itu sudah bergabung dengan lautan manusia di lantai dansa. Meski memakai kemeja dan celana panjang tapi tubuh Helena terlihat seksi ketika meliuk-liukkan tubuhnya. Mengikuti alunan musik dari DJ di sana. Tangan Helena berada di leher Evan, sedang tangan pria itu berada di pinggang Helena. Dua tubuh itu terlihat begitu kompak mengikuti musik yang tengah di mainkan.
Tanpa Helena tahu, sepasang mata, menatap marah pada pemandangan itu. Dia, Arash, mengikuti kemauan Cia untuk menemaninya ke klub. Tanpa pria itu duga, dia mendapati sebuah kejadian yang membuat darahnya mendidih saking marahnya.
"Kau lihat, itulah istrimu," suara dari Cia semakin membuat emosi Arash memuncak. Apalagi ketika kemudian dilihatnya Evan dan Helena yang berciuman. "Cukup!" kata Arash dalam hati.
Pria itu berjalan turun menuju lantai dansa. Menyibak ratusan orang yang tengah asyik bergoyang. Butuh perjuangan untuk bisa sampai ke tempat Helena. Ketika Arash sudah berada di belakang Helena, pria itu langsung menarik tubuh Helena menjauh dari Evan. Hingga tautan bibir mereka terurai.
"Arash!" Helena berteriak melihat sang suami berada di depannya. Apalagi Evan, dia tidak menyangka akan bertemu Arash di sini. Tanpa kata, Arash langsung menarik tubuh Helena keluar dari sana. Tapi di saat yang sama, Evan juga menahannya. Emosi Arash naik seketika.
"Berhenti ikut campur dalam urusan rumah tangga kami," desis Arash penuh ancaman. Mendengar ancaman Arash, tidak membuat Evan gentar. "Kalau aku tidak mau," tantang Evan.
"Maka jangan salahkan aku jika aku buat bisnismu gulung tikar," ancaman Arash membuat mata Evan membulat. Pria itu tahu benar siapa Arash, pewaris tunggal dari dinasti Tan yang menguasai hampir separuh dari bisnis properti di negara itu.
"Evan....Evan....," Helena berteriak ketika Evan melepaskan begitu saja pegangan tangannya. Evan mengeratkan rahangnya mendengar ancaman Arash. Evan akui, perusahaannya tidak ada apa-apanya dibanding Tan Corp.
"Lepaskan aku, Arash!" Helena berteriak ketika Arash terus saja menyeret Helena keluar dari klub malam itu.
"Masuk!" perintah Arash penuh intimidasi. Tapi jangan sebut dia Helena jika tidak melawan.
"Tidak mau!" tolak Helena.
"Jadi kau lebih suka menghabiskan malammu dengan dia daripada denganku, suamimu?" tanya Arash. Pria itu kini menghimpit tubuh Helena di badan mobil milik pria itu.
"Oh come Arash, berapa kali kita harus membahasnya. Ini kehidupanku. Kau tidak perlu ikut campur,"
"Tapi kau istriku sekarang," potong Arash cepat.
"Istri hanya di atas kertas," desis Helena.
Perkataan Helena kembali memancing emosi Arash yang tadi sempat menurun. Detik berikutnya, pertengkaran dua pasutri itu kembali terjadi. Baik Helena maupun Arash, sama sekali tidak ada yang mau mengalah.
Shen yang melihat hal itu, hanya bisa memijat pelipisnya. Dia pikir sampai kapan semua ini akan berakhir.
****
Visual Helena,
Kredit Instagram @yurita_ kakojo
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments