L A 9 - Shardptera Berdarah
Setelah menerima topeng pemberian Lyon, tidak butuh waktu lama bagi Leo untuk memulai aksinya. Dalam perjalanan Lyon menjelaskan jika orang yang menggunakan kekuatan kabut adalah teman mereka yang bernama Nereid Fish.
“Leo, jangan bertindak gegabah. Kau urus saja Laxus, aku sendiri yang akan membunuh keparat itu!” Lyon berdiri diatas bangunan begitu juga dengan Leo.
Keduanya menatap kearah pusat kota yang dipenuhi anggota penyihir Guild Shardpterans yang tersisa. Disitu Lyon menceritakan kepada Leo tentang sosok Amaro yang menghamili banyak wanita dan melakukan uji coba pada anaknya.
“Kau tahu, dari dua puluh anak hanya dua yang masih hidup. Aku dan Kakaku Jadon. Apapun yang terjadi aku akan membunuh keparat itu karena telah menelantarkannya!” ucap Lyon penuh amarah.
Leo melihat jelas kebencian Lyon terhadap Amaro sehingga ia bertanya, “Apa kau pernah membunuh manusia?”
Lyon pun menatap Leo dan menjawab, “Aku sudah melakukannya berulang kali. Demi menjadi perisai dan pedang Putri Lotte, aku tidak diizinkan untuk lemah.”
“Jangan remehkan orang yang menduduki kursi ketiga dari Sembilan Elite Carta.” Lyon menambahkan.
“Baiklah, aku akan memulainya.” Leo pun turun ke jalanan dan langsung menuju pusat kota sedangkan Lyon mendatangi Nereid untuk melakukan rencana penyerangan.
Saat penjagaan di pusat kota diperketat, kemunculan Leo langsung menarik perhatian.
“Neptune! Neptune!” teriak salah satu penyihir.
Hal ini membuat Leo mendapatkan hujan bola api yang merupakan sihir milik anggota Guild Shardpterans. Leo pun dengan santai menggunakan teknik sihir milik Dewa Kematian yang dapat menyerap segala jenis sihir yakni Kerakusan Yang Terdalam.
“Sihir ku lenyap?”
“Siapa dia sebenarnya?”
“Jangan panik! Kita menang jumlah dan dia hanya datang sendiri! Kita pasti dapat membunuhnya!”
Para penyihir pun langsung membentuk formasi dan mengepung Leo dari berbagai arah. Leo yang berada dalam posisi ini mengeluarkan kemampuan Phoenix dan bergerak cepat menyerang mereka.
Kombinasi kemampuan fisik Xeon dan kemampuan Phoenix sangat membantunya. Tidak butuh waktu lama bagi Leo menumbangkan para penyihir sebelum akhirnya Amaro datang dengan sendirinya.
“Bocah! Kekuatan fisikmu itu... Entah mengapa mengingatkanku pada sosok Xeon!” Amaro muncul dihadapan Leo dengan tubuh yang dikelilingi petir.
Leo sama sekali tidak menunjukkan rasa takut dan itu membuat para penyihir berdecak kagum, walau Leo merupakan musuh dari pemimpin mereka.
“Katakan padaku keparat! Apa kau yang telah membunuh Eugene?!” Leo bertanya dengan dingin.
“Eugene? Oh, bocah itu? Aku hanya menyalibnya. Orang yang menghancurkan tenggorokan dan mematahkan kedua tangannya adalah Laxus! Apa ada masalah dengan itu bocah?!” Amaro tersenyum lebar dan mengeluarkan aura sihir dalam jumlah besar.
Leo tidak berkata apapun lagi selain melepaskan aura sihir tanpa menahannya sedikitpun. Setelah itu dia bergerak dengan cepat menendang kepala Amaro yang lebih tinggi dari nya.
“Apa-”
Amaro reflek menghindar namun kecepatan Leo tidak dapat dia ikuti. Kepala Amaro pun membentur jalanan dengan darah yang mengucur di keningnya. Sebelum Leo bertindak lebih jauh, kabut mulai memenuhi pusat kota dan pundak Leo dipegang oleh Lyon.
“Serahkan dia padaku Leo.” Lyon berkata dengan lembut untuk memenangkan Leo.
Awalnya Leo tidak peduli, namun akhirnya Leo meninggalkan Amaro dan menuju Laxus.
“Leo, sepertinya kau memiliki dendam terhadapku. Sebenarnya aku tidak ingin melukai Eugene atau dirimu demi kita bertiga tetapi keadaan berkata lain. Dan aku tidak mempunyai pilihan.” Laxus langsung melepaskan aura sihirnya setelah berkata demikian.
“Aku tidak peduli dengan ocehanmu sialan!” Leo menatap dingin Laxus dengan kedua tangan yang terbakar.
Selang beberapa detik Laxus melepaskan pukulan yang dilapisi petir kearah Leo, namun dengan mudah Leo menangkisnya. Leo tidak menahan diri dan langsung melepaskan kemampuan penuhnya kepada Laxus.
Hanya dalam beberapa serangan Laxus sudah tidak dapat berkutik menghadapi kombinasi serangan Leo. Pukulan petir yang kuat milik Laxus tidak memberikan pengaruh apapun terhadap Leo.
“Bagaimana bisa tubuhmu sekeras itu?” Laxus bertanya dengan senyuman lebar.
Leo mendekat dan melepaskan tendangan pada wajah Laxus sebelum membuat pria itu terkapar di tanah. Tidak memberikan kesempatan kepada Laxus untuk melawan, Leo menginjak leher Laxus menggunakan kaki kanan yang dilapisi api dan aura hitam pekat sehingga api itu berwarna hitam.
“Apa ada kata terakhir sebelum lehermu kuhancurkan keparat?” Dengan dinginnya Leo bertanya.
Laxus hanya tersenyum dan sedetik kemudian lehernya diinjak oleh Leo dan dihancurkan. Tidak sampai disitu Leo juga melepaskan beberapa pukulan pada wajahnya hingga wajah Laxus sudah tidak dapat dikenali.
Melihat bagaimana Laxus berakhir, Amaro murka namun dengan cepat Lyon menghadangnya. Penyihir Guild Shardpterans yang tersisa juga dapat Leo atasi dengan mudah.
“Lawanmu adalah aku!” Lyon menghadang Amaro yang berniat menyerang Leo.
“Mengganggu saja!” Amaro pun menyerang Lyon dengan kekuatan penuh.
Lalu keduanya pun memulai pertukaran serangan. Dengan kemampuan yang sama persis, Lyon dapat mengimbangi pergerakan lincah serangan Amaro.
Disisi lain Leo menatap tajam kearah Carlos yang dijaga dua pria kuat dengan aura sihir yang jauh lebih pekat dari orang-orang yang dihadapi Leo.
“Dearator, Cosme, aku akan menjemput Miranda. Setelah itu kita kembali ke Ibukota Floral.” Nampak Carlos berjalan meninggalkan pusat kota tidak mempedulikan apa yang terjadi pada Laxus dan Amaro.
“Aku tidak menyangka dapat menikmati Miranda dan membuatnya menjadi milikku. Bahkan aku dapat menyaksikan pertunjukan tragis dari bocah yang dituduh memperkosa Bibi Miranda.” Carlos tertawa lepas dan didengar oleh Leo.
“Jadi kau dalang semua ini?!” Dalam waktu yang singkat Leo sudah berada diantara Dearator dan Cosme.
“Kau!” Dearator nampak terkejut saat mengetahui pergerakan Leo yang sangat cepat.
“Pangeran!” Sementara itu Cosme langsung berdiri dihadapan Carlos saat Leo sudah bersiap melepaskan pukulan.
Suara tulang yang patah menggema dan Cosme memperlihatkan bagaimana tangan kanannya bengkok akibat menahan pukulan tangan Leo.
“Sial! Tanganku hancur!” Cosme meringis kesakitan saat tangan kanannya berubah menjadi batu yang keras dan hancur.
Setelah itu tangan kanannya nampan tumbuh kembali dan menjadi normal.
“Kau sudah bersiap menerima akibatnya jika berani menyerang Pangeran Carlos bukan?” Lalu Cosme menatap Leo tajam.
Leo pun menatap balik tatapan tajam tersebut, “Kalian juga sudah bersiap untuk mati karena telah mencari masalah denganku bukan?!”
Seketika suasana menjadi hening saat Leo akan berhadapan dengan Cosme dan Dearator.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments