Silakan Dibaca.
18+
Kembali ke dalam Portal Merah. Malam hari semakin dingin, gelombang api unggun sama sekali tidak dapat menahan dinginnya malam itu.
“Hachu!” Megu terbatuk ringan, ia memeluk lututnya. Jelas bahwa dirinya kedinginan, meski ia dapat menggunakan energi untuk menghilangkan dingin, ia tidak ingin menggunakannya untuk jaga-jaga.
Rias sendiri juga menggigil kedinginan, ia benar-benar tidak kuat dengan udara dingin, sehingga ia berbaring di lantai yang berada di dalam rumah kecil.
Itu benar, selepas Ryuto makan ia mulai membuat pondok kecil untuk kedua pelayan tinggal. Ia juga tinggal di sana, akan tetapi sedikit lebih jauh.
Ryuto yang melihat kedua pelayannya kedinginan, seketika menghela nafas. Ia kemudian mulai mendekat ke arah mereka dan gerakan itu di sadari oleh keduanya.
“Ini, kuberikan bulu domba milikku, kalian akan hangat dengan ini.” Ryuto menyerahkan wol yang berasal dari dalam tubuhnya.
Mata Megu dan Rias bersinar terang ketika melihat wol tersebut. Mereka segera meraih wol sambil memeluknya dengan erat.
“Ahh, hangatnya!” Megu dan Rias dengan senang menerima apa yang diberikan oleh Ryuto tersebut. Namun, keduanya merasakan bahwa tubuhnya masihlah dingin, sehingga satu wol masih kurang.
“Tuan muda, bisakah kita meminta lagi?” tanya Megu, ia meminta sambil menundukkan kepalanya. Ryuto memiringkan kepalanya dan ia seketika menyeringai.
Ryuto mendekat ke arah keduanya, yang di mana bingung dengan apa yang dilakukan tuan mudanya itu. Namun, kebingungan itu terjawab ketika Ryuto memeluk keduanya dengan erat.
“Apakah masih dingin?” tanya Ryuto, yang sukses membuat keduanya memiliki rona merah di pipinya.
“Tuan muda,” lirih Megu, ia ingin menolak dipeluk karena setiap di dekat tuan mudanya, jantung Megu tidak dalam kondisi baik-baik saja.
“Kenapa, Megu?” tanya Ryuto, berbisik di telinganya dan terakhir menggigit daun telinga Megu. Hal ini sukses membuat pelayan satu itu, terkejut dan mengeluarkan suara manis.
Rias yang melihat itu juga terperanjat. Ia benar-benar tidak senang diperlakukan sebagai bola lampu saja, ia segera meringkuk lebih dalam ke tubuh tuan mudanya.
Ryuto sendiri menyadarinya, ia selepas menggigit dan memainkan sedikit telinga Megu. Ryuto mulai memandang ke arah Rias.
“Apa yang kamu lakukan, Rias?” tanya Ryuto, membuat Rias tersentak dan ingin menjauh dari pelukan tuan mudanya itu.
Namun, sayangnya pelukan Ryuto erat. Tangannya juga mulai meraba area pribadi Rias. Hal ini membuat Rias tersentak dan mengeluarkan suara menyehatkan telinga.
Selepas keduanya semakin memanas, mereka tanpa sadar mengeluarkan cairan aneh dari balik celana pelayannya.
Ryuto merasakan itu dan menghentikan tindakannya. Ia ingin menggoda keduanya bagaimana mereka akan frustrasi ketika akan mengeluarkan cairan tapi tidak jadi.
“Tuan muda, kumohon berhenti menggoda!” lirih Megu, ia benar-benar tidak tahan akibat dipermainkan tuan mudanya itu, ia juga tidak menyangka bahwa Tuan Mudanya berubah menjadi ahli dalam menggoda perempuan.
“Apa yang dikatakan Megu benar, Tuan Muda. Tolong jangan menggoda kami lebih. Setidaknya, biarkan kami keluar.”
“Aku tidak menggoda kalian, hanya menggosok saja. Juga, menusuk sedikit.” Ryuto mencari alasan, ketika ia melihat keduanya akan mengeluarkan sesuatu. Ia berhenti, hal ini dirinya lakukan sampai akhirnya kedua pelayan mati rasa dan sudut matanya mengalirkan air mata.
Ryuto bisa melihat bahwa keduanya benar-benar sudah mencapai puncak frustrasi. Ia kemudian menusuk dengan jarinya dalam-dalam, kecepatan dirinya perlahan-lahan meningkat.
“Tuan muda, berhenti atau kami akan gila!” Megu dan Rias meracau entah ke mana, pikiran mereka sudah tidak pada tempatnya.
“Tuan muda!!” Megu dan Rias melengkungkan punggungnya, kemudian cairan aneh keluar layaknya air terjun. Mereka berdua terengah-engah, tetapi akibat bisa melampiaskan frustrasinya. Mereka pun terbaring bersandar di pelukan Ryuto.
Ryuto sendiri relatif tenang, ia sudah ahli semenjak dunia awal. Fisiknya kini belum cukup untuk bermain, apalagi ia tidak ingin menghancurkan keduanya di portal. Ia ingin menghancurkan keduanya ketika di dunia luar nanti.
“Tidurlah dengan puas, karena kesenangan baru saja dimulai.” Ryuto menyeringai, ia kemudian menunduk dan memejamkan matanya.
Keesokan paginya, Megu dan Rias bangun dari tidurnya. Mereka merasa hangat dan ada sesuatu yang dingin di bawah. Keduanya segera membuka matanya dan mereka saling memandang satu sama lain.
Mereka tidak berteriak, melainkan melihat posisi yang begitu aneh, benar-benar membuat keduanya memerah malu.
“Tuan muda.” Megu dan Rias memanggil bersama.
Ryuto yang sedang tidur, mulai terbangun. Ia kemudian membuka matanya dan yang mereka lihat ialah empat buah dada yang tengah sesak.
“Kenapa kalian berdua di dekatku?” tanya Ryuto, kemudian Megu dan Rias menghitam, lalu mereka berkata dengan malu.
“Ini semua salah, Tuan muda!” keduanya berkata bersama, kemudian Ryuto seketika sadar dan menyeringai dengan lebar.
“Yah, maaf kalau begitu. Lain kali tidak lagi.” Ryuto bangun dari tempat duduknya, ia kemudian keluar dari rumah kecil itu, meninggalkan Rias dan Megu yang tengah menatap kosong ke arah Ryuto.
Rias dan Megu berdiri dan melesat menuju ke tempat Tuan Mudanya itu. Mereka segera memeluknya.
“Tidak!” Megu dan Rias berkata bersamaan, mereka berdua tidak tahu mengapa kesenangan kemarin rasa frustrasi dan pelampiasan itu benar-benar membuat keduanya ingin kembali.
“Tidak? Apa maksud kalian?” Ryuto bertanya sambil tersenyum, ia benar-benar senang menggoda kedua perempuan itu.
“Maksud kami...” Megu dan Rias bingung merangkai kata-kata terkait kesenangan kemarin malam, ia serasa melepaskan belenggu stres selama ini.
“Oke, pikirkan nanti dulu. Sekarang kita perlu menemukan pintu untuk keluar dari Portal Merah ini.” Ryuto berkata sambil menjentikkan jarinya ke arah kening keduanya.
“Aduh!” Megu dan Rias memegang kening mereka, jentikan itu sakit sehingga sudut mata mereka terbendung air mata.
Namun, kedua perempuan itu ialah pelayan profesional. Mereka segera kembali normal dan mulai memandang area sekitar.
“Hari ini kita akan mendaki gunung. Ganti pakaian kalian, selepas itu kita akan mendaki.” Ryuto menyipitkan matanya ke arah gunung.
Sebenarnya ia hanya mendaki biasa, tidak perlu tali atau sesuatu. Ia sendiri tidak akan memakai pakaian hanya membawa celana saja.
Tak butuh waktu lama untuk Megu dan Rias berganti pakaian. Mereka memakai pakaian ketat, karena hanya pakaian itu yang paling fleksibel untuk mendaki gunung.
Namun, keduanya tidak memakai dalam*an sehingga membuat puncak dada dan area pribadi kelihatan sangat.
“Kalian sebenarnya ingin mendaki atau menggodaku?” tanya Ryuto, ia merasa aneh dengan dua pelayan pribadinya itu.
“Kami tidak ada pakaian salin, kemarin basah akibat Anda, Tuan Muda.”
Ryuto mengedipkan matanya dan mengangguk. Kemudian ia mengeluarkan dalam*an milik perempuan kepada mereka berdua.
Jelas hal ini membuat Megu dan Rias terkejut, bagaimana bisa tuan muda mendapatkan sesuatu yang tidak seharusnya dimiliki laki-laki? Inilah yang menjadi pertanyaan di benak keduanya.
“Pakai itu, aku tidak ingin makhluk lain melihat pakaian terbuka kalian.” Ryuto selalu menggaris bawahi, siapa yang ingin jadi miliknya, wajib menutupi keseluruhan tubuhnya. Mereka bisa memakai jika Ryuto memberikan izin.
Megu dan Rias memakai apa yang diberikan tuan mudanya. Namun, dalam*an itu benar-benar membuat mereka malu, sejadi-jadinya.
Namun, beruntungnya itu akan tertutup oleh pakaian. Sehingga tidak akan ada yang bisa melihatnya.
“Oke, karena kalian sudah selesai berpakaian. Waktunya untuk menjelajah!”
To be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Lari Ada Wibu
...
2022-11-27
3
AditCrows
anjay
2022-11-26
3
Roki Silaen
hai.
2022-11-26
2