Silakan Dibaca.
“Ini...”
Kyoka melebarkan matanya dan tahu apa air hitam tersebut. Meski tertutup oleh keruhnya air, ia juga dapat melihat bahwa ada warna merah di dalam bak mandi tersebut.
“Ya, kemungkinan besar Ryuto memakan sesuatu sebelumnya dan ia menyadarinya sehingga menahan perubahan semenjak tadi.” Yuro mengambil kesimpulan dengan cepat, tetapi ia tahu bahwa kesimpulan itu benar-benar penuh dengan celah.
“Megu, apakah kamu tahu apa yang dimakan Ryuto sebelumnya?” tanya Kyoka kepada pelayan pribadi putranya itu. Kyoka menanyai itu karena hanya Megu yang bersama dengan Ryuto sebelumnya.
Yuro juga memandang ke arah Megu, ia menatap dengan tatapan menyelidik. Namun, niatnya bukanlah buruk melainkan penuh akan harap.
Megu yang ditatap kedua atasannya segera menunduk dan berkata, “Sebelumnya, Tuan Muda mengajukan pertanyaan kepada Saya, apakah ikut masuk ke dalam kamar atau tidak. Awalnya Saya ragu, karena pikiran Saya terarah ke hal dewasa seperti sebelumnya.”
Yuro dan Kyoka mengangguk, keduanya paham maksud dari Megu tersebut, karena memang aneh laki-laki dan perempuan berada di dalam kamar kecuali melakukan hal dewasa, terutama mereka mengenal putranya yang memiliki naf*su tinggi akan hubungan badan.
“Namun, pernyataan selanjutnya membuat Saya semakin yakin tentang Tuan Muda yang akan melakukan itu. Pernyataan Tuan Muda ialah bahwa apa pun yang terjadi jangan melaporkan kepada Tuan dan Nyonya.”
Yuro dan Kyoka memahami, kemudian Megu melanjutkan kembali penjelasannya.
“Kemudian, Saya memilih untuk ikut. Alhasil Tuan Muda membawa Saya menuju ke kamar mandi, lalu ia mengisi bak mandi sampai penuh dan duduk di sana, selang beberapa menit ia berteriak dengan penuh rasa sakit.”
Yuro dan Kyoka mengerutkan keningnya, ia tahu bahwa Megu tidak berbohong karena tatapan pelayan itu sama sekali tidak menunjukkan adanya penjelasan yang dibuat-buat.
Namun, mereka sedikit skeptis karena Ryuto sama sekali tidak menunjukkan apa yang ia makan kepada pelayan tersebut. Hal inilah yang membuat mereka mulai menimbulkan perasaan khawatir.
Tepat saat perasaan khawatir timbul, sesuatu terjadi terhadap Ryuto. Yuro, Kyoka dan Megu menatap ke arah Ryuto, mereka melihat Ryuto terbalut oleh cahaya merah dan hitam.
Kemudian, suara tulang yang berderak mulai terdengar. Selepas itu, suara pecahan tulang mengakhiri cahaya hitam dan merah.
Tepat saat cahaya mulai berangsur menghilang, mereka melihat Ryuto yang masih gemuk. Namun, aura yang ia keluarkan berbeda dari sebelumnya.
Yuro dan Kyoka seketika melebarkan matanya, jelas mereka tahu apa yang terjadi dengan putranya tersebut. Kemudian, menggabungkan apa yang dilakukan putranya itu, semuanya menjadi masuk akal.
“Apakah Singa Merah itu mewariskan sesuatu ke dalam tubuh Ryuto?” tanya Yuro kepada Kyoka, keduanya sangatlah akrab dengan aura Singa Merah, sehingga saat aura putra mereka mirip dengan singa tersebut, maka penjelasannya hanya satu, yaitu warisan.
Cahaya hitam merah menghilang seketika, kemudian Ryuto yang memejamkan mata. Perlahan-lahan mulai membuka matanya, senyum di wajahnya terukir jelas.
“Kekuatanku melonjak tinggi!” kata Ryuto, sambil mengepalkan tangannya. Kemudian, nalurinya seketika merasakan adanya serangan. Namun, ia telat menghindar.
“Dasar bodoh!” Kyoka meninju kepala putranya itu, air mata jelas mengalir di matanya. Kemudian, ia memeluk putranya itu dengan erat.
“Beraninya kamu membuat ibu khawatir, Nak!”
Ryuto melebarkan matanya, jelas ia tergerak dengan kehangatan yang diberikan ibunya tersebut. Perasaan yang berbeda dengan ibu tiri sebelumnya, karena tidak ada kandungan naf*su maupun keinginan untuk melakukan hal berlebihan.
Ryuto membalas pelukan ibunya tersebut, ia mengelus punggungnya, agar ia segera tenang. Entah mengapa, hati Ryuto tersayat ketika melihat ibunya menangis.
“Nak, kamu benar-benar membuat kami khawatir. Jika, kamu ingin melakukan sesuatu seperti ini. Cobalah berbicara dengan kita, apakah kamu masih menganggap kita sebagai orang tua?”
Pernyataan Yuro menyentuh hati Ryuto yang paling dalam. Rasa perhatian ayahnya benar-benar berbeda dengan perasaan lain. Air mata Ryuto pecah, ia belum pernah mendapatkan perhatian seperti ini, kecuali perhatian para istrinya.
Perasaan perhatian kedua orang tua sangatlah berbeda dengan rasa perhatian istrinya. Entah mengapa, perasaan itu lebih dalam dan lebih kuat dibandingkan yang lainnya.
Yuro menghela nafas ketika melihat putranya menangis, ia tahu bahwa ia sendiri kurang memperhatikan putranya itu. Namun, sebagai ayah ia tidak ingin putranya terluka maupun mengalami depresi yang berat.
Yuro segera mendatangi mereka berdua dan memeluk keduanya. Sementara Megu sendiri memandang dengan air mata yang membasahi pipinya. Jelas ia senang karena akhirnya Tuan Muda baik-baik saja.
Megu sendiri sudah siap untuk angkat kaki dari rumah Akugawa. Ia berbalik dan ingin mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa nantinya.
Pelukan keluarga itu berakhir dalam beberapa menit kemudian, Yuro dan Kyoka saling memandang, lalu menatap ke arah putranya dengan senyum terukir di wajahnya.
“Ingat, jika ada apa-apa. Bilang ke kami, jangan disembunyikan sendiri, kecuali itu memang penting dan tidak membahayakan dirimu.”
Yuro menasehati putranya kembali, Ryuto mengangguk dan mengusap sisa air mata sebelumnya. Sementara itu, Kyoka melirik sedikit ke bawah dan berkata dengan nada menggoda.
“Cepat berpakaian dan kurangi berat badanmu, bagaimana kamu akan memuaskan perempuan nantinya dengan burungmu yang begitu kecil.”
Ryuto seketika melebarkan matanya, ia segera sadar bahwa dirinya tidak memakai pakaian apa pun. Ryuto memerah malu dan segera pergi membalut tubuhnya dengan pakaian mandi.
“Hahaha, kalau begitu kami pergi dulu. Juga, aku tidak menemukan Megu di sini? Apakah ia berada di dapur?” Kyoka bertanya kepada Ryuto.
“Itu... Aku akan pergi terlebih dahulu.” Ryuto berkata dengan senyum tipis di wajahnya. Jelas ia tahu di mana pelayan pribadinya itu berada.
Yuro dan Kyoka saling memandang, kemudian Yuro mengangkat bahunya tanda tidak mengerti. Selepas itu mereka berjalan keluar dari ruangan Ryuto dan mulai melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.
Ryuto sendiri segera berganti pakaian santai. Kemudian, ia keluar dari kamar dan menuju ke arah ruangan yang menjadi tempat pelayan pribadinya itu berada.
Perjalanan Ryuto tidaklah lama, karena ruangan pelayan pribadinya tepat tiga kamar sebelah kanan miliknya.
Tiba di depan ruang Megu, Ryuto mengetuk pintunya dengan pelan. Meski begitu, orang yang berada di dalam jelas mendengar ketukan pintu tersebut.
“Sebentar.”
Ryuto mendengar suara lirih dari dalam kamar, ia jelas tahu bahwa pelayannya kini tengah menangis dan mencoba untuk menghapusnya. Ryuto tersenyum dan ia menggelengkan kepalanya.
Tak lama kemudian, pintu terbuka dan pemilik kamar berkata, “Maaf, aku telat membukanya. Jadi, ada yang bisa kuban...tu?”
Megu yang melihat siapa yang mengetuk pintunya, seketika terkejut. Ia tidak menyangka bahwa yang mengetuk pintunya ialah tuan mudanya sendiri.
“Maafkan saya, Tuan Mud-“
“Ya, kamu memang salah.”
Megu membeku dan tubuhnya bergetar, air mata yang sudah menghilang kembali lagi terbendung di sudut matanya.
Ryuto tidak peduli, ia memegang dagu pelayan pribadinya tersebut. Senyum di wajahnya, seketika berubah menjadi seringai.
“Jika kamu salah, maka kamu harus dihukum, bukan?”
To be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
saa
saya sepertinya pernah membaca novel tentang Ryuto, tapi saya lupa judulnya novel tentang cerita Ryuto, Hmm kira²apa ya judul novel tentang Ryuto yang saya baca Umm 🤔🤔
2024-04-29
0
Lari Ada Wibu
....
2022-11-26
1
Anonymous
Sedikit kurang???? Yakin dekkkk
2022-11-08
1