Kesedihan kembali terlihat di wajah cantik Kyra setelah mendengar pertanyaan papinya.
Meskipun ketiganya sudah berada di kamar Kyra dan sudah duduk di sofa yang tersedia di sana serta Kyra duduk di antara keduanya. Namun, wajah yang baru saja terlihat bahagia setelah sekian lama tak merasa bahagia itu kembali terlihat muram. Tatapan kecewa Kyra terlihat jelas pada papinya.
"Sayang, Mami sama Papi sudah memilihkan Universitas terbaik untukmu. Semua keperluan sudah di urus, nanti kamu tinggal masuk saja ke sana!" Laras mulai berbicara, mengatakan salah satu tujuan mereka berada di sana serta berusaha mencairkam suasana yang kembali tegang karena pertanyaan Dirga sebelumnya.
"Terserah kalian, aku ikut kalian aja. Terima kasih," jawab Kyra yang selalu menuruti arahan orang tuanya sekali pun selalu dikecewakan.
"Apa uang bulananmu cukup, sayang?" tanya Dirga mengusap lembut pipi Kyra.
"Jangan pernah ragu meminta pada Papi jika ada yang kamu butuhkan, Papi bekerja murni untukmu agar bisa memenuhi semua kebutuhanmu. Apa pun yang kamu inginkan akan Papi berikan," ucapnya lagi membuat Kyra cukup terharu mendengarnya.
"Apa pun?" tanya Kyra menatap penuh harap pada Dirga yang menanggapi denga anggukan kepala.
Percuma, Ky. Tidak perlu meminta, karena yang papimu maksud berupa materi. Bukan dirinya. Batin Kyra mengurungkan niatnya untuk mengatakan jika dia ingin perhatian penuh serta kebersamaan selalu bersama kedua orang tuanya. Kyra sadar jika itu tidak akan mungkin terjadi terlebih lagi kedua orang tuanya sudah memiliki kehidupan masing-masing.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Dirga kembali mengusap lembut kepala Kyra.
"Cukup Pi. Bahkan lebih dari cukup, aku bisa berbagi dengan orang-orang yang kurang mampu, aku juga bisa memberi sedikit donasi ke panti," jawab Kyra yang kembali pada mode lembutnya pada kedua orang tuanya, karena dimanja seperti itulah yang ia harapkan, mencoba menikmati kehangatan yang saat ini dia rasakan. Bukan cuma dimanja dengan uang tanpa adanya kehadiran.
"Sayang, kamu menjadi donatur di panti?" tanya Laras merasa bangga pada putri semata wayangnya.
"Iya, Mi. Aku punya banyak kenalan dari sana, aku punya banyak keluarga di saat kalian tidak ada. Itu cukup baik. Selain ibadah, aku juga tidak begitu merasa kesepian berkat mereka." Jawaban Kyra lagi-lagi membuat hati kedua orang tuanya terenyuh nendengarnya.
"Maafkan Mami, Sayang. Maafkan Mami yang begitu sibuk hingga terkesan mengabaikanmu," ucap Laras mengecup sayang kedua tangan Kyra.
"Maafkan Papi juga, Ky. Papi janji mulai sekarang akan lebih banyak meluangkan waktu untukmu," ujar Dirga yang juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan mantan istrinya.
"Kyra memaafkan kalian, asal kalian janji tidak lagi mengabaikan Kyra. Kyra butuh kalian. Kyra ingin seperti keluarga lainnya," ucap gadis cantik itu kembali menangis. Kyra yang saat ini ada di hadapan kedua orang tuanya kembali menjadi sosok Kyra yang sesungguhnya, gadis manja yang selama ini berusaha terlihat tegar dan mandiri karena waktu dan keadaan yang mengajarkannya untuk menjadi seperti itu.
Anggukan dari kedua orang tuanya membuat Kyra merasa amat bahagia. Sesuatu yang diharapkan selama beberapa tahun ini seakan terkabul hari itu dan itu benar-benar keajaiban untuknya.
"Sayang, apa belakangan ini ada yang mengusikmu? Katakan semua pada Papi jika ada yang pernah mengusikmu? Sekali pun itu Sandra, Papi akan menegurnya," tanya Dirga kembali mengingat apa yang sudah ia dengar dari putri tirinya. Menanyakan hal yang sebelumnya membuat Kyra salah paham.
Pertanyan yang keluar dari Papinya membuat Kyra justru teringat pada sosok pria yang dia juluki pria tua mesum.
Sebelumnya ada, Pi. Namun, sekarang sudah tidak terlihat lagi. Jawab Kyra dalam hati.
"Sayang, apa ada yang mengusikmu?" sahut Laras ikut bertanya.
"Tidak ada, Pi, Mi." jawabnya tersenyum.
Dering ponsel Laras terdengar dan itu mengalihkan pembicaraan mereka saat Laras menjawab panggilan yang masuk ke dalam ponselnya.
"Iya, Mas. Sebentar lagi aku pulang!" seru Laras mengakhiri pembicaraan di telepon pada seseorang yang sudah bisa ditebak adalah suaminya.
"Sayang. Kamu tidak ingin tinggal bersama Mami?" tanya Laras kembali menatap putrinya yang menggelengkan kepala menanggapi pertanyaanya.
"Kalau sama Papi?" sahut Dirga turut bertanya yang juga ditanggapi dengan gelengan kepala dari Kyra.
"Ky, Mami bisa mengurusi kebutuhanmu jika kamu tinggal bersama Mami. Mami punya keluarga yang harus Mami urus di sana. Mami mohon tinggalah bersama Mami," ucap Laras yang kembali membuat Kyra bersedih mendengarnya.
"Pulanglah, Mi! Keluarga Mami membutuhkan Mami," usir Kyra tersenyum menutupi hatinya yang kembali menangis.
Aku putrimu, Mi. Aku yang lebih membutuhkanmu. ucap Kyra dalam hati.
"Sayang, malam ini Mami harus menemani Papamu ke sebuah acara. Mami harus pulang, tolong jangan seperti anak kecil!" pinta Laras sehingga Kyra tak dapat menahan laju air mata bahagianya yang berubah menjadi air mata kesedihannya.
"Aku seperti anak kecil, karena aku kehilangan masa kecilku, Mi. Aku kehilangan masa kecilku, karena kalian sama sekali tidak pernah memperdulikan aku. Di mana kalian saat aku membutuhkan kalian? Kalian tidak pernah ada untukku, Pi, Mi. Kalian bahkan tidak tahu apa yanh aku alami, apa yang terjadi padaku di malam hari. Saat aku demam, saat aku sakit, aku yang harusnya mendapat perhatiaan penuh dari kalian, karena aku putri semata wayang kalian, tapi aku justru harus menikmati saat sakit menyerangku. Apa salah jika aku berharap sedikit saja perhatian dari kalian? Jika kalian tidak menginginkanku, lalu kenapa kalian membuatlu hadir di dunia ini?" ucap Kyra meluapkan isi hatinya, sembari bangkit dari duduknya lalu berdiri didepan pintu kamarnya membuka lebar pintu kamarnya.
"Pergilah! Keluarga kalian membutuhkan kalian. Aku bisa mengurus diri dan hidupku sendiri," usir Kyra tanpa mau menatap kedua orang tuanya yang hanya bisa terdiam menatapnya. Ada rasa bersalah di hati keduanya, tetapi mengingat keduanya memang punya acara yang tidak bisa ditinggal akhirnya keduanya memutuskan untuk pergi.
"Papi pulang, sayang. Papi janji akan lebih sering datang kemari, jika kamu tidak mau tinggal bersama Papi." Dirga berkata lalu hendak memeluk Kyra, tetapi Kyra menepisnya.
"Pulanglah!" usir Kyra lagi pada keduanya yang mau tidak mau keluar dari kamarnya.
Setelah keduanya keluar. Pintu kamar ditutup dengan begitu kencang oleh Kyra sehingga menimbulkan suara yang begitu keras.
Gadis cantik itu merosot jatuh terduduk di balik pintu kamarnya, menangisi kesedihan yang lagi-lagi didapatkan dari kedua orang tuanya. "Kenapa kalian membuatku hadir jika hanya untuk merasakan semua ini?" ucap Kyra di sela isak tangisnya.
**Setiap nulis part Kyra tentang keluarga, tetep aja mewek. Ngebayangin berada di posisi Kyra, meskipun uang bisa memberikan kesenangan, tapi hanya sesaat. Balik lagi akan kalah saat melihat kebahagiaan seorang anak yang mendapat perhatian penuh orang tuanya. Bener nggak? Balik lagi hidup nggak selalu berjalan mulus.😰**
**Lah, author berasa curhat.🤣**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Laily Munawaroh
😭😭😭
2023-01-22
0
Tarwiyah Nasa
Mewek Thor..bacanya..
2022-12-09
0
❤️Rizka Aulia ❤️
suatu saat ortunya kyra menyesal karena sudah mengabaikan kyra .Mewek baca bab keluarga kyra
2022-10-30
1