Di sebuah ruang kerja yang tampak mewah dengan segala furniture lengkap di sana. Seorang duda terlihat sedang melamun, menatap sebuah foto dengan senyuman getirnya. Foto yang selalu berhasil membuat pria itu tak pernah bisa move on dari masa lalunya. Namun, foto tersebut bukanlah foto wanita yang menjadi mantan istrinya beberapa bulan yang lalu, melainkan seorang wanita yang memang sulit hilang dari ingatannya. Wanita yang menjadi alasan, kenapa rumah tangga pria itu hanya berlangsung singkat karena harus berakhir dengan perceraian.
"Andai aku tidak menyia-nyiakanmu. Andai aku memperjuangkan cinta kita waktu itu. Andai aku tidak bodoh, pasti kita masih bersama sampai saat ini dan mungkin saja kita sudah mempunyai anak sekarang. Kenapa aku bisa begitu bodoh? Kenapa?" ucapnya mengusap kasar wajahnya, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Suara ketukan pintu mulai terdengar, membuyarkan segala lamunan Reyhan yang dengan cepat bersikap tenang, menutupi kesedihan yang beberapa saat lalu melemahkannya.
"Masuk!" titah Reyhan dengan suara lantang.
Seorang wanita yang merupakan sekertaris pribadinya pun tampak masuk ke dalam ruangan.
"Tuan. Maaf mengganggu waktu, Anda. Di depan ada seorang wanita yang ingin menemui, Tuan. Namanya, Nona Arfana."
"Untuk apa wanita itu datang lagi menemuiku?" gumam Reyhan sejenak berpikir sebelum menjawab perkataan dari sekertarisnya.
"Biarkan dia masuk!" titah Reyhan yang langsung di sambut dengan anggukan kepala oleh wanita itu, lalu keluar dari ruangan Reyhan berganti dengan Ana yang terlihat masuk.
"Apa kabar, Rey?" tanya Ana memulai percakapannya.
"Tidak perlu basa-basi. Langsung saja, ada perlu apa Anda kembali ingin bertemu dengan saya?" sarkas Reyhan tanpa sedikit pun beranjak dari kursinya ataupun mempersilahkan ana duduk.
Masih teringat jelas dalam ingatan Reyhan pertemuan sebelumnya saat Ana tiba-tiba datang ke apartemennya dengan menawarkan sesuatu yang gila dan sulit untuk bisa dipahaminya.
Ana yang merasa Reyhan tidak menyambut baik kehadirannya pun tetap melangkah menuju sofa dan duduk di sana tanpa menunggu tawaran dari Reyhan. Wanita itu duduk dengan menyilangkan kakinya sambil menatap Reyhan yang sama sekali tidak berminat menatapnya.
"Aku juga tidak ingin membuang waktu. Seperti yang aku tawarkan kemarin. Jadi apa kamu bersedia bekerja sama denganku untuk memisahkan Maria dan Faizan?" tanya Ana mengalihkan fokus Reyhan yang seketika menatap padanya.
"Lagi-lagi tentang tawaran gila itu," gumam Reyhan mulai menatap sinis wajah Ana.
"Maria itu tidak bahagia dengan pernikahannya. Jadi tidak ada salahnya jika kita memisahkan mereka demi kebaikan semua orang. Kalian bisa kembali bersama dan aku bisa mengejar cinta Faizan lagi. Bagaimana? Apa kamu setuju untuk bekerja sama denganku?" tanya Ana berharap banyak pada Reyhan.
"Saya memang mencintai Maria. Bahkan bisa dibilang saya sangat mencintainya, tapi untuk menghancurkan kebahagiaannya saya tidak akan pernah melakukannya," jawab Reyhan bangkit dari duduknya menghampiri Ana.
"Kebahagiaan seperti apa yang kamu maksud? Maria sama sekali tidak bahagia dengan pernikahannya. Apa kamu tidak kasihan pada wanita yang kamu cintai jika hidupnya tersiksa seperti itu?" tanya Ana terus memanas-manasi Reyhan.
"Anda pikir saya dengan bodohnya percaya pada ucapan Anda?" timpal Reyhan membuat Ana seketika bungkam.
"Berhentilah menganggap jika Anda bisa bersaing dengan dia. Sedikit pun Anda bukanlah tandingannya. Jadi berhentilah mengusik kehidupannya karena pria itu pun tidak akan mungkin tertarik pada Anda saat ia memiliki berlian seperti Maria," sambung Reyhan yang tidak pernah bisa bersikap ramah pada Ana.
"Tapi aku bicara yang sebenarnya, Rey. Kenapa kamu malah mendukung hubungan mereka?" ujar Ana kembali bertanya.
"Saya tidak akan percaya dengan Anda atau siapa pun itu jika saya belum melihat sendiri buktinya kalau memang Maria tidak bahagia dengan pernikahannya. Kalau itu benar, sudah jelas saya sama sekali tidak mendukung hubungan mereka, tapi kalau ternyata Maria bahagia bersama suaminya, saya juga tidak mungkin mengusik kebahagiaan mereka!" jawab Reyhan terdengar tegas, tetapi malah menyakiti hatinya sendiri.
"Jika kamu mencintai Maria, maka perjuangankan dia. Buktikan jika kamu benar-benar mencintainya," hasut Ana lagi yang belum menyerah untuk meyakinkan Reyhan.
"Berjuang atau tidaknya saya, itu sama sekali bukan urusan Anda. Jika Anda berpikir saya mau mengikuti rencana bodoh dan licik Anda, maka Anda salah besar. Saya tidak akan pernah ingin berurusan dengan orang yang tidak penting seperti Anda," maki Reyhan terdengar sangat menusuk di telinga Ana.
"Aku jadi ragu dengan pengakuan cintamu, aku merasa jika semua yang kamu katakan bohong. Sebenarnya kamu itu sama sekali tidak mencintai Maria, buktinya kamu sama sekali tidak memperjuangkannya," ucap Ana semakin membuat Reyhan geram.
"Dengarkan baik-baik dan ingat semua ini!" tegas Reyhan menatap tajam pada Ana yang terdiam menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Tidak ada yang bisa mengalahkan besarnya rasa cinta yang saya miliki untuknya. Saya begitu mencintainya dan jika dia memang terbukti tidak bahagia dengan kehidupannya, maka saya akan kembali memperjuangkan cinta saya. Tapi menurut saya, Maria sekarang sudah bahagia dengan kehidupannya dan sebagai pria yang mencintainya saya juga harus ikut bahagia untuknya. Saya tidak akan pernah menghancurkan kebahagiaan yang sudah diraihnya. Jika pria itu dapat membahagiakan dia, maka saya tidak akan memasuki hubungan mereka. Inilah pembuktian dari besarnya rasa cinta yang saya miliki untuknya. Jadi, berhentilah berniat meracuni pikiran saya karena itu tidak akan pernah berhasil," ucap Reyhan panjang lebar dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.
Ana masih terdiam. Saat ini, wanita itu kehilangan kata-kata untuk bisa meyakinkan Reyhan setelah mendengar semua perkataannya.
"Keluar dari sini dan jangan pernah lagi muncul dihadapan saya! Ingatlah satu hal lagi! Sedikit saja Anda berani mengusik kebahagiaan wanita yang saya cintai, maka Anda akan merasakan apa itu rasanya menyesal telah lahir ke dunia ini. Saya akan membuat hidup Anda tersiksa hingga Anda sendiri menyerah untuk hidup," ucap Reyhan lagi, kembali duduk di kursi kebesarannya menatap tajam Ana yang masih terdiam bungkam setelah mendengar semua ucapan serta ancamannya.
"Baiklah, Reyhan. Sekarang kamu bisa menolaknya, tapi nanti, ada saatnya di mana kamu akan menuruti semua rencanaku. Kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa saat ini," gumam Ana dengan sebuah rencana yang mulai terbesit dalam pikirannya.
"Keluar, sebelum saya meminta keamanan untuk mengusir Anda pergi dari sini!" geram Reyhan menatap Ana yang masih berada dalam ruangannya.
"Jangan lupa untuk selalu mengingat apa yang saya katakan! Jangan pernah sedikit pun Anda berani mengusik ketenangan wanita yang saya cintai," ucap Reyhan pada Ana yang masih mendengarkan apa yang ia ucapkan.
"Hidupmu sungguh menyedihkan!" cibir Ana bangkit dari duduknya, lalu keluar dari ruangan Reyhan.
Menyedihkan? Tapi aku bangga dengan cintaku dan aku sama sekali tidak menyesal sudah mencintainya. Batin Reyhan menatap foto Maria yang ia simpan dilaci meja kerjanya.
Beberapa saat setelah Ana pergi. Reyhan merasa jika ia butuh hiburan untuk menenangkan dan meredakan emosinya akibat pertemuannya dengan Ana.
Reyhan pun akhirnya memilih untuk keluar dari kantornya menuju kantor sahabatnya–Sean.
***
Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopirnya, Reyhan tampak memejamkan matanya sejenak. Melepas penat untuk meredakan amarah yang sempat menguasai pikirannya. Sepuluh menit pun berlalu dengan begitu cepat. Tepat saat mobil terasa berhenti, ia mulai kembali membuka matanya dan dapat melihat jika sudah berada di lampu lalu lintas dengan warna merah yang tengah menyala.
Reyhan terlihat mengalihkan pandangannya ke arah samping. Melihat seorang gadis yang tengah mencuri perhatiannya. Rayhan dapat melihat jelas gadis dengan pakaian serba hitam itu mengendarai sepeda motor berada tepat di samping mobilnya. Entah mengapa Reyhan begitu tertarik untuk melihat apa yang dilakukan gadis itu. Seorang gadis cantik yang tengah mengeluarkan uang dari dalam saku celananya, lalu memberikan pada seorang pengemis sembari membuka kaca helmnya dan tersenyum ramah pada pengemis itu.
"Gadis itu benar-benar memiliki hati yang mulia. Jarang ada gadis seusianya yang mau berbagi dengan orang lain," gumam Reyhan merasa kagum atas apa yang dilihatnya.
Seketika Reyhan mulai teringat bahwa sebelumnya ia pernah melihat gadis cantik itu. Namun, sekeras apa pun Reyhan berusaha mengingat, tetal saja dia belum mengingat di mana mereka pernah bertemu.
"Ikuti motor itu!" titah Reyhan pada sopir pribadinya saat lampu sudah berwarna hijau dan wanita tersebut sudah lebih dulu melajukan motornya.
Reyhan mengubah tujuannya, ia yang awalnya berniat mengunjungi Sean berpindah haluan mengikuti perempuan tersebut. Entah apa yang ingin dilihatnya, tetapi yang jelas Reyhan hanya ingin mengikuti ke mana gadis itu pergi.
"Siapa dia? Kenapa rasanya aku tidak asing dengan senyumannya?" batin Reyhan coba mengingat.
Bersambung....
**Like, komen, vote, hadiah, masukan buku ini ke rak baca kalian juga, ya, kak. Mohon selalu dukungan kalian.☺️🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Aku bingung thor,Katanya Rey dan Maria cuman kekasih dan belum menikah?? Beearti sebelum Rey pacaran dgn Maria itu Rey pernah menikah ya?Jadi Maria penyebab Rey beecerai dgn mantan istrinya??🤫🤫
2023-06-20
0
Yati Yati
kyra awass dek tuh d buntuti ma duda buluk
2023-04-15
0
❤️Rizka Aulia ❤️
neng kyra hati2 km sudah di ikuti sama mas reyhan
2022-10-29
3