The Villainess Lady

The Villainess Lady

Chapter 1

Di sebuah kastil tua terlihat seorang pria yang tengah berusaha untuk menyembuhkan seorang gadis yang terbaring tak berdaya dengan sihir penyembuhnya.

Dari dalam tubuh gadis itu keluar gumpalan asap hitam.

Pria itu menghela napasnya dalam. "Aku sudah mengeluarkan semua racun yang ada di dalam tubuhnya."

"Terimakasih." ujar pria lainnya yang sedari tadi hanya diam menyaksikan.

"Aku hanya melakukan tugas ku dan sekarang dia yang harus melakukan tugasnya, itu adalah takdirnya."

"Apa dia akan baik-baik saja?"

Pria penyembuh itu tidak menjawab dia hanya diam sembari tersenyum misterius. Entah apa yang ada di dalam pikirannya? "Kita hanya bisa diam dan menyaksikan apa yang akan terjadi nantinya."

"...sebaiknya kita keluar, biarkan dia beristirahat." lanjutnya setelah diam untuk beberapa saat.

Tak lama setelah kedua pria itu pergi, gadis yang terbaring lemah itu membuka matanya. Ia mengangkat tangan kanannya menghalau silau cahaya yang masuk menusuk matanya.

Gadis itu tersenyum smirk. "Aku tahu, Queen tidak akan membiarkan ku mati semudah itu."

"Lady.."

"Lady Letizia.."

Terdengar samar-samar suara, tapi apa yang dia katakan? Lady Letizia?

Gadis itu bangkit dari tidurnya. Mengedarkan pandangannya melihat ke semua penjuru ruangan.

Tempat apa ini? Rumah sakit? Apa tempat kumuh seperti ini layak di sebut sebagai rumah sakit?

"Lady Letizia..."

Suara itu lagi. Gadis itu menggeram kesal tetapi sedetik kemudian kernyitan di dahinya muncul.

Suara siapa itu? Terdengar seperti suara seorang pria tetapi tidak ada siapa pun di ruangan itu selain dirinya.

Kecuali..

Meong..

Ya.. Seekor kucing. Kucing berbulu putih lebat itu yang berbicara. Hey.. Apa gadis itu sedang berhalusinasi? Mustahil!!

"Lady Letizia.."

Lagi.. Tidak!! Pasti ada yang salah dengan pendengaran gadis itu. Mana mungkin kucing itu bisa berbicara?

Tiba-tiba sebuah ingatan asing muncul begitu saja di kepalanya. "Letizia Alova Wilson.." gumamnya.

"Usia 20 tahun, Anak dari Marquess Wilson yang terbuang.. Tokoh piguran dalam novel 'Queen of Archon' yang meninggal akibat penyakit kulit yang di deritanya.." timpal kucing yang bisa bicara itu.

"...tanyakan saja apa yang ada di kepala mu itu pada ku Patrizia Cane, aku akan menjawab semuanya." sambung kucing itu lagi.

Gadis itu adalah Patrizia Cane, berusia 20 tahun, seorang anggota Mafia yang sangat di segani dan di takuti di daratan Eropa. Walau bukan ketuanya, Patrizia tak kalah sadis dari sang ketua yang di sebutnya sebagai 'Queen' itu.

Patrizia menatap kucing berbulu putih lebat yang nampak lucu itu. "Transmigrasi jiwa.." tebaknya.

"Ya.. Seharusnya kau sudah tiada saat terjatuh ke jurang tetapi karena kau orang yang terpilih kau di beri kesempatan untuk hidup lagi."

"Apa aku bisa kembali?" tanya Patrizia dingin.

Kucing itu terdiam untuk sesaat. "Nada bicara mu itu mengingatkan ku pada seseorang sekaligus mengingatkan ku akan kesalahan ku padanya."

"Aku tidak perduli!!"

Kucing itu mendengus kesal. "Baiklah, sebelum aku jawab pertanyaan mu itu, aku akan memperkenalkan diri ku terlebih dahulu.

"Terserah!!"

Mereka memang sama batin kucing itu.

"Nama ku Ruben. Aku adalah malaikat maut yang di tugaskan untuk menemani mu di dunia ini."

Ruben.. Malaikat maut yang ceroboh. Karena kesalahannya yang salah mencabut nyawa orang, Ruben mendapatkan hukuman dari Dewa. Dewa mengasingkan Ruben ke jaman kekaisaran bukan hanya itu, Dewa juga merubah wujud Ruben menjadi seekor kucing yang sangan menggemaskan. Dan untuk kembali ke surga Ruben harus menyelesaikan sebuah misi.

Patrizia tersenyum remeh. "Lebih tepatnya malaikat maut yang terbuang."

"Kau-"

"Apa aku salah? Jika iya, kenapa kau ada di sini? Bukan di tempat mu yang seharusnya."

Ruben terdiam.

Dia sangat menyebalkan!! Ucapannya sangat tepat dan tajam sekali!! Apa dia tidak takut pada ku? Batinnya kesal.

"Ck! Cepat jawab pertanyaan ku!!" kesal Patrizia.

"Kau akan kembali setelah menyelesaikan misi di dunia ini hanya jika raga mu di dunia nyata masih utuh. Kau sendiri tahu, tubuh mu ada di dasar jurang yang ada di hutan, banyak sekali hewan liar di sana." Ruben menyeringai. "Kau akan terjebak selamanya di sini."

Patrizia terdiam.

Berhasil!! Kena kau.. Aku tahu kau sangat takut sekarang batin Ruben tersenyum senang karena berhasil membalas Patrizia tapi tak lama senyuman itu pudar.

Patrizia menyeringai. "Aku akan kembali. Queen pasti sudah menemukan raga ku."

"Apa misi ku?" tanyanya kemudian.

Ruben mendengus. "Membalaskan dendam dari pemilik asli tubuh baru mu. Aku tahu kau sudah mendapatkan ingatannya dan semua tokoh di sini sama persis seperti di novel yang kau temukan di gubuk sebelum kau terjatuh ke jurang, kau juga sudah membacanya bukan? Jadi, aku tidak perlu menjelaskannya lagi pada mu."

"Ini akan sangat menyenangkan. Mari kita bermain-main dengan para tikus itu." Patrizia menatap tajam ke arah depan dan jangan lupa seringainya yang mematikan itu.

Di sini aku malaikat maut yang setiap harinya mencabut nyawa orang tapi kenapa dia yang lebih menyeramkan dari ku batin Ruben heran.

Pintu ruangan terbuka, tampaklah dua pria tadi dan langsung menghampiri Patrizia.

Grep..

Tanpa aba-aba pria yang berambut pirang memeluk Patrizia erat sangat erat.

Apa aku bisa menebas kepalanya? Batin Patrizia bertanya entah pada siapa.

Jangan bodoh!! Dia kakak mu batin Ruben memberi peringatan pada Patrizia.

Patrizia menatap Ruben seolah bertanya 'bagaimana kau bisa mendengar suara batin ku?'

Biarpun aku malaikat yang terbuang tapi aku tetap malaikat, apa kau lupa? Aku mengetahui semuanya batin Ruben bangga.

Patrizia memutar bola matanya jengah.

Mari kita mulai permainan ini batin Patrizia kemudian ia menutup matanya sejenak dan..

"Ka..kakak.. Kak Reonal." ucap Patrizia dengan suara bergetar ohh jangan lupakan juga matanya yang sudah berkaca-kaca.

Ck! Ratu drama. Ingin sekali Ruben mencakar wajah Patrizia.

"Iya Zia, ini kakak.." pria yang di sebut kak Reonal oleh Patrizia itu semakin mempererat pelukannya. Jika terus seperti ini Patrizia akan mati untuk yang ke dua kalinya.

"Maafkan kakak, kakak baru datang sekarang." sesalnya.

"Tidak! Jangan meminta maaf! Aku tahu kakak sudah melakukan segalanya untuk bisa menemui ku. Kakak juga berusaha keras untuk menyembuhkan penyakit ku. Terimakasih, kakak yang terbaik."

"Sudah cukup semua penderitaan mu selama ini! Kakak berjanji, kakak akan balas mereka yang sudah membuat mu seperti ini." ucap Reonal penuh amarah.

"Apa maksud kakak?"

Ck! Ruben hanya bisa berdecak mendengar ucapan Patrizia yang seakan tidak tahu apa-apa itu.

"Ada yang sudah meracuni mu dengan sengaja Zia karena racun itu juga kau menderita penyakit kulit mematikan selama ini. Sudah bertahun-tahun kakak menyelidikinya tapi kakak tidak mendapatkan apa-apa, tidak ada bukti. Maafkan kakak.."

"Racun? Aku sengaja di racuni?" Patrizia ketakutan.

"Tidak usah takut Zia, ada kakak di sini. Racun di tubuh mu juga sudah berhasil di keluarkan oleh teman kakak. Lihatlah.." Reonal menunjuk pria yang berdiri di belakangnya. "Namanya Steve dia keturunan penyihir agung dan juga kesatria putra mahkota."

"Steve." Steve mengulurkan tangannya.

"Letizia." menerima uluran tangan Steve. "Terimakasih." lanjutnya.

Mereka bertiga pun lanjut berbincang-bincang, mereka tampak bahagia berbeda dengan Ruben yang tampak kesal 'kenapa aku tidak di ajak berbincang?'

...🍃🍃🍃...

"Apa? Jadi aku adalah gadis pemilik sihir suci dan sebagai pemilik sihir suci aku di takdirkan menjadi maut bagi pemilik sihir hitam."

"Iya Zia dan tugas mu sekarang adalah mencari siapa pemilik sihir hitam itu dan kau harus berhasil mengalahkannya. Dunia ada di tangan mu Zia." jelas Steve.

"Aku takut Steve, bagaimana jika aku gagal mengalahkannya?"

"Aku akan membimbing mu." Steve memakaikan Patrizia sebuah kalung.

"...ini adalah kalung dimensi. Kau bisa berlatih sihir di sana, apa pun yang kau butuhkan semuanya sudah tersedia di sana." lanjutnya.

"Aku akan berlatih tapi sebelum itu, aku punya satu permintaan."

"Permintaan apa?" tanya Reonal.

"Aku minta kak Reo memalsukan kematian ku dan menyebarkannya. Biarkan untuk sekarang orang-orang menganggap jika Letizia putri dari Marquess Wilson telah tiada akibat penyakit kulit yang di deritanya."

"Baiklah, jika itu mau mu. Kakak akan menunggu mu kembali. Kembalilah sebagai Letizia yang baru yang jauh lebih kuat, kakak percaya pada mu."

"Aku tidak akan mengecewakan kakak."

Patrizia dan Reonal berpelukan, Patrizia juga pamit pada Steve setelah itu Patrizia masuk ke kalung dimensinya.

...🍃🍃🍃...

Tak terasa sudah satu tahun lamanya Patrizia berada di kalung dimensi sedangkan di dunia novel baru satu bulan.

Kini Patrizia sudah menguasai semua ilmu sihir dari yang terendah sampai yang tertinggi. Kekuatan fisik Patrizia juga sudah jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Bukan hanya itu, berkat sihirnya kini wajah dan tubuh Patrizia terlihat sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Patrizia yang sebelumnya sangatlah buruk, wajah yang penuh jerawat dan tubuhnya yang sangat kurus tapi lihatlah sekarang wajah Patrizia sangat cantik dengan bentuk tubuhnya yang sangat sempurna.

Rambut pirang bergelombang, kulit putih lembut, bibir ceri tipis, hidung kecil mancung, mata besar berwarna biru laut dengan bulu mata lentik. Kombinasi yang sangat sempurna.

"Letizia.."

"Iya ini aku Steve." ucap Patrizia jengah pasalnya ini sudah ke sekian kalinya Steve menyebut nama Letizia. Steve seakan terhipnotis oleh kecantikan Patrizia.

"Le.."

"Sekali lagi kau sebut nama ku maka jangan salahkan aku jika kepala mu itu terlepas dari leher mu."

Steve terdiam namun sedetik kemudian garis senyum terpatri di wajahnya. "Kau sudah sangat siap rupanya."

Reonal yang sedari tadi diam berjalan menghampiri Patrizia kemudian memeluknya. "Kakak akan selalu ada di setiap langkah mu."

Patrizia menatap dua orang asing berbeda gender yang berdiri di belakang Reonal. "Mereka siapa?"

"Mereka adalah Samuel dan Imelda pengawal dan pelayan pribadi mu."

"Hormat kami Lady semoga Dewa memberkati anda dengan umur panjang." ujar Samuel dan Imelda serempak seraya berlutut.

"Hmm.. Berdirilah jangan terlalu formal pada ku."

"Tapi Lady.." ucap Imelda.

"Kau menolak perintah ku?"

Imelda menunduk. "Maafkan saya Lady."

Patrizia memutar bola matanya malas kemudian menatap Reonal. "Kakak, bagaimana keadaan mereka?"

"Apa kau tidak ingin menemui mereka dan menanyakannya secara langsung?"

"Belum saatnya." Patrizia menyeringai.

Dewa kenapa aku harus selalu berurusan dengan wanita yang kejam? Kapan ini akan berakhir Dewa? Batin Ruben memelas.

...🍃🍃🍃...

QUEEN OF ARCHON adalah judul novel yang di masuki Patrizia.

Queen of Archon bercerita tentang Zello Zitao Lesham yang merupakan seorang putra mahkota kerajaan Archon yang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Sienna Mareta Wilson yang merupakan putri bungsu dari seorang Marquess.

Cerita novel itu tidak jauh berbeda dari cerita novel-novel lainnya. Sangat membosankan. Di mana pada akhirnya sang protagonis pria dan wanita bersama hidup bahagia dan akhir hidup yang sangat tragis untuk sang antagonis.

Patrizia tidak sengaja menemukan novel itu di gubuk yang ada di tengah hutan saat ia bersembunyi dari kejaran musuh kelompok Mafianya. Dan entah keajaiban dari mana setelah terjun bebas ke dasar jurang jiwa Patrizia malah bertransmigrasi ke dalam novel itu.

Sangat konyol!!

Tapi

Itu memang nyata dan sudah menjadi takdir untuk seorang gadis berhati dingin, Patrizia Cane.

Aku akan kembali. Aku pasti kembali.

Terpopuler

Comments

Wulan

Wulan

mampir thor 😌😌

2024-10-19

0

Oi Min

Oi Min

haduh..... Dewa salah rekrut malaikat ini.

2024-08-16

1

Dede Mila

Dede Mila

Ruben oooh Ruben /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!