Tolong!
Tolong!
"Apa kau mendengarnya?" tanya Patrizia.
Iya lady.
Patrizia turun dari kudanya lalu kakinya melangkah ke arah rumput-rumput yang tinggi. Di balik rumput tinggi itu Patrizia melihat dua ekor rusa, satu rusa di antaranya terluka di bagian kaki depan sebelah kiri akibat anak panah yang entah milik siapa. Mungkin itu anak panah dari salah satu peserta berburu.
Jangan ku mohon. Jangan bawa adik ku. Jangan sakiti dia. Bawa saja aku sebagai buruan mu, jangan adik ku. Batin Rusa yang tidak terluka.
"Apa ini hari keberuntungan ku?" batin Patrizia tersenyum senang.
"Baiklah jika itu mau mu, aku tidak akan membawa adik mu tapi aku akan membawa mu sebagai gantinya."
Lady bisa mendengar suara batin ku?
"Ya."
Patrizia mendekat ke arah rusa yang terluka itu kemudian ia mencabut anak panah yang masih menancap di kakinya itu lalu menyentuh lukanya. Patizia menutup matanya seraya merapalkan mantra dan tak lama luka itu menghilang tanpa meninggalkan bekas.
Rusa yang di sembukhan Patrizia itu berlari menjauh karena perintah dari kakaknya.
Terimakasih lady, sekarang lady bisa memanah ku.
Ctass
Satu anak panah melesat dan langsung mengenai tubuh rusa dan seketika rusa itu tewas.
Patrizia menyeringai. "Selesai. Aku bisa kembali menikmati apel-apel manis itu.
Patrizia kembali ke tempat kudanya berada. Gadis itu memetik apel yang bisa ia jangkau dengan tangannya kemudian mendudukkan dirinya di tanah seraya bersender ke pohon apel itu.
Setelah menghabiskan beberapa apel, mata Patrizia terasa sangat berat dan tak lama dengkuran halus keluar dari mulut Patrizia.
...🍃🍃🍃...
Kernyitan muncul di dahi Patrizia. Gadis itu terlihat seperti orang linglung. Seingatnya tadi ia sedang memakan buah apel di hutan setelah itu tertidur karena kekenyangan. Tapi sekarang dirinya malah berada di tempat yang entah ia tidak tahu tempat apa itu? Patrizia seperti berdiri di atas awan, tidak ada satu objek yang dilihatnya kecuali kabut, semuanya berwarna putih.
"Patrizia."
"Siapa kau? Keluar!" ucap Patrizia dengan suara datarnya.
Dari kejauhan muncul cahaya yang membuat mata Patrizia menyipit. Cahaya itu bergerak mendekati Patrizia. Cahaya itu semakin mendekat dan barulah terlihat jika cahaya itu berasal dari sosok perempuan yang wajahnya mirip dengan wajah Letizia.
Eh..
Apa itu sosok Letizia yang asli?
"Letizia?"
"Iya, ini aku." Letizia tersenyum. "Apa kabar?" tanyanya kemudian.
"Buruk."
Letizia terkekeh.
"Cepat katakan apa tujuan mu menemui ku? Jangan berbasa-basi!"
Benar apa kata Ruben, dia memang sangat menyebalkan. Batin Letizia yang tidak bisa di dengar oleh Patrizia.
"Aku menemui mu untuk memberikan ingatan ku yang akan membawa mu bertemu dengan pemilik sihir hitam itu." ucap Letizia.
"Kenapa aku?" tanya Patrizia.
"Kenapa apanya?" bingung Letizia.
"Ck! Kenapa kau memilih ku?"
Letizia mengangguk mengerti. "Entahlah, aku memilih mu secara acak."
Patrizia menatap tajam Letizia dengan amarah yang sudah di puncak dan akan segera meledak. Melihat itu Letizia tidak bisa menahan tawanya lagi.
"Aku hanya bercanda."
".. Aku memilih mu karena kau berbeda. Aku yakin kau bisa membalaskan dendam ku pada orang yang sudah meracuni dan membuat hidup ku menderita." lanjutnya setelah beberapa saat terdiam.
"Merepotkan!"
Letizia mendelik. "Bukankah kau juga menikmatinya? Dan karena aku juga kau di beri kesempatan untuk hidup lagi."
"Sudahlah, cepat kau berikan ingatan mu itu pada ku. Aku ingin segera mengakhiri ini."
"Ck! Sabar. Sekarang tutup mata mu."
Patrizia menutup matanya kemudian Letizia menyentuh kening Patrizia dengan jari telunjuknya. Seketika itu juga ingatan asing muncul bagai sebuah film yang membuat kepala Patrizia berdenyut nyeri.
Akh
Patrizia memegang kepala dengan ke dua tangannya.
Hahh.. Haahh..
Nafas Patrizia tersenggal. Gadis itu membuka matanya. Patrizia menampilkan ekspresi rumit.
"Bukankah itu luar biasa?" tanya Letizia. Gadis itu terkekeh melihat ekspresi aneh yang di tunjukan Patrizia. Terkejut, marah, tidak percaya dan bingung. Wajah Patrizia menunjukan ekspresi itu secara bersamaan.
"Iya, itu sangat luar biasa."
"Bersenang-senanglah. Tapi kau harus tetap waspada, jangan meremehkan lawan mu. Jika kau ingin mengalahkan kekuatan sihir hitam itu kau juga harus membangkitkan kekuatan sihir hitam yang ada dalam diri mu karena itu kau harus segera temukan dia."
"Apa kau-"
"Aku tidak bisa membantu Patrizia." Letizia memotong ucapan Patrizia. Letizia sangat tahu apa yang akan di katakan oleh Patrizia.
"Ck! Kau sama saja dengan malaikat terbuang itu."
Letizia tertawa.
"Waktu ku sudah habis. Aku percaya pada mu. Kau pasti bisa menyelesaikan misi ini. Setelah itu kau bisa kembali ke dunia mu dan Ruben kembali ke surga begitu juga dengan diri ku, balas dendam ku tuntas dan jiwa ku akan tenang."
"Terimakasih dan selamat tinggal Patrizia."
Setelah mengatakan itu tubuh Letizia asli menghilang begitu saja. Begitu juga dengan Patrizia yang langsung terbangun dari tidurnya.
...🍃🍃🍃...
Lady, kau sudah bangun?
Patrizia menatap kuda itu datar. Jika sudah tahu kenapa masih bertanya?
"Aku masih mengantuk, aku akan kembali tidur."
Patrizia kembali menutup matanya. Sebenarnya Patrizia tidak tertidur, jiwa gadis itu pergi ke kalung dimensi.
Patrizia mengguncang tubuh Ruben yang tengah tertidur lelap. Ruben pergi ke kalung dimensi dengan raganya dan bisa di pastikan sekarang Samuel dan Imelda pasti tengah sibuk mencarinya.
"Kenapa kau mengganggu ku? Pergilah!"
"Katakan di mana dia? Setelah itu aku tidak akan mengganggu mu lagi dan aku akan memberikan ikan bakar yang banyak untuk mu."
"Baiklah."
"Cepat katakan di mana dia?"
"Setelah kau memberi ku ikan bakar aku akan mengatakannya."
Patrizia menutup matanya kemudian ia merapalkan mantra dan tak lama setelah itu sebanyak lima puluh ekor ikan bakar sudah tersaji di hadapan Ruben. Mata Ruben berbinar melihat itu.
"Cepat katakan sekarang!"
"Aku akan mengatakannya setelah aku makan."
Tiba-tiba saja suasana menjadi sangat mengerikan, Ruben tersentak saat ia melihat Patrizia yang menatapnya tajam. "Kau tidak percaya pada ku? Sungguh aku akan mengatakannya setelah aku makan."
"Sekarang! Jika tidak, katakan selamat tinggal pada ikan bakar kesukaan mu itu karena setelah ini kau tidak akan pernah memakannya lagi."
"Ck! Dia ada di hutan."
"Hutan ini?"
"Iya, tapi tidak mudah untuk menemukannya. Dia akan menunjukkan dirinya hanya pada orang yang membuat dia tertarik. Cuma itu yang bisa aku katakan dan kau harus mencari caranya sendiri. Sudah puas? Sekarang biarkan aku makan dengan tenang."
"Makanlah, aku tidak melarang mu." Patrizia pergi meninggalkan Ruben yang menatapnya datar. Ia sudah terbiasa dengan sifat menyebalkan gadis itu.
Ruben memakan ikan bakar itu dengan tenang tanpa menghiraukan Patrizia yang tengah berlatih pedang. Setelah selesai, Patrizia pergi ke perpustakaan dan Ruben setia menemaninya, gadis itu sibuk berkutat dengan buku-buku yang berisikan informasi mengenai seluk beluk kerajaan Archon sedangkan Ruben, kucing menggemaskan itu tengah mandi. Tentu saja mandi ala kucing.
"Bersiaplah menghadapi Dewi maut mu penyihir hitam."
"Jika dia penyihir hitam terus kau penyihir apa?"
"RUBEN!!!"
Ruben merasakan sisi gelap dari Patrizia mulai keluar jika seperti itu nyawanya dalam bahaya. "Dia bukan penyihir tapi iblis."
"MATILAH KAU RUBEN!!!"
"KABUR!!"
Setelah mengatakan itu tubuh Ruben hilang begitu saja dari hadapan Patrizia, Ruben keluar dari kalung dimensi.
Patrizia menghela napasnya kasar. "DASAR BODOH!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Tuxepos Jasmine
rubeen rubennn....lucu bener dahhh klo dah ktm patricia
2023-01-11
0
dita18
Patrizia gk jauh beda sm Queen Flo krn sma2 galak & kejam😁😂😂😂
2022-11-06
2
Mrinpur
kak bleh minta visual ny gx,,,apa lg visual ruben yg kucing pasti lucu bnget,,,
2022-11-03
1