Tanpa ada yang menyadarinya kandang Rex mengeluarkan cahaya biru terang yang menyilaukan mata. Perlahan cahaya itu meredup dan nampaklah sosok manusia yang sangat tampan. Badan tegap tinggi, dada bidang, hidung mancung, rambut berwarna hitam legam, mata heterochromia dengan iris mata bagian kanan berwarna biru laut sama seperti Patrizia dan iris mata bagian kiri berwarna merah menyala.
Sosok itu adalah Rex yang merubah wujudnya menjadi manusia. Setelahnya pria itu pergi begitu saja dari kandang dengan berteleportasi.
Rex kini tengah berada di hutan, di hadapannya berdiri seorang pria.
"Atur kepulangan ku."
"Baik Grand Duke."
Ya, Serigala yang berubah menjadi sosok manusia tampan itu ternyata adalah seorang Grand Duke. Grand Duke yang terkenal akan kekejaman dan kemisteriusannya. Selama tujuh tahun ini Grand Duke menetap di perbatasan.
...🍃🍃🍃...
Istana, ruang kerja Viggo.
"Bagaimana? Apa kalian mendapatkan sesuatu?" tanya Patrizia.
"Target mereka selanjutnya adalah Raja." tutur Viggo.
"..mereka akan membunuh Raja dan menjebak ku sehingga nantinya aku menjadi orang yang tertuduh setelah itu hanya Zello lah satu-satunya pihak terkuat untuk menggantikan posisi Raja." lanjutnya.
"Sudah ku duga ini akan terjadi."
"Zia, apa kau sudah bertemu dengan Raja Iblis?" tanya Steve.
"Raja Iblis itu mungkin sekarang sedang menghabiskan semua persediaan daging di kastil ku."
"Kau sudah bertemu dengannya? Terus, bagaimana kekuatan sihir hitam dalam diri mu? Apakah sudah bangkit?" Steve menyengir seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal setelah mendapatkan tatapan mematikan dari Patrizia. Dirinya memang sangat bodoh! Kenapa menanyakan pertanyaan yang jawabannya sudah jelas?
"Kau juga harus waspada Zia, kau tahu mereka juga menargetkan mu." ucap Viggo khawatir.
Patrizia terkekeh. "Ya aku tahu, bahkan aku merasa seperti di awasi kamera CCTV selama dua puluh empat jam."
"Kamera CCTV?" tanya Viggo bingung, ia merasa sangat asing dengan kalimat yang di ucapkan Patrizia.
"Bukan apa-apa, lupakan."
Sementara itu di kamar kaisar tengah terjadi kekacauan karena sang putra mahkota Liam menangis dengan sangat keras. Saat bocah itu membuka matanya, ia tidak menemukan Patrizia yang sudah ia anggap sebagai ibunya itu berada di sampingnya.
Keadaan istana pun mulai kacau, pasalnya sang kaisar mengerahkan banyak pengawal hanya untuk mencari Patrizia.
"Hiks ibu, ibu dimana? Jangan tinggalkan Liam sendiri, hiks ibu.."
"Tenanglah nak, ibu mu mungkin sedang mengurus sesuatu yang penting, dia akan segera kembali." ucap Rina.
"Bibi, apa ibu akan pergi lagi? Liam baru saja bertemu dengan ibu. Apa Liam akan sendiri lagi?" tanya Liam terisak oh jangan lupakan matanya yang sembab dan hidungnya yang merah, anak itu sudah terlalu lama menangis.
Rina manarik Liam masuk dalam pelukannya. "Tidak, Liam tidak sendiri, ayah, bibi dan paman akan selalu bersama Liam."
"Tapi Liam juga ingin bersama ibu." cicit Liam.
"Ibu juga akan bersama Liam tapi sekarang Liam harus berhenti menangis jika ibu sudah kembali nanti, apa Liam ingin melihat ibu bersedih karena melihat putra tampannya ini menangis."
Liam menggelengkan kepalanya. "Tidak, Liam akan berhenti menangis, Liam tidak ingin melihat ibu bersedih." ucap anak itu semangat seraya menghapus air matanya.
Rina tersenyum melihat itu. "Anak pintar." pujinya.
...🍃🍃🍃...
"Ada apa?" tanya Patrizia pada pengawal kaisar.
"Maaf lady, putra mahkota Liam mencari anda."
"Katakan padanya aku akan segera datang."
"Baik lady." pengawal itu pergi setelah memberi hormat pada Patrizia dan Viggo.
"Sepertinya kau sangat dekat dengan putra kaisar." ujar Viggo.
"Tidak juga."
"Kau sudah pantas menjadi seorang ibu, anggap saja ini sebagai latihan untuk mengurus anak kita nanti." ucap Viggo seraya mengedipkan sebelah matanya.
Patrizia menatap Viggo datar.
"Siapa tahu? Kita kan tidak tahu masa depan seperti apa? Bisa saja kau memang orang yang di kirim Dewa untuk menemani hari tua ku."
Patrizia pergi tanpa berpamitan pada Viggo.
"Hanya dia orang yang berlaku tidak sopan pada ku, untung cinta."
Steve terkekeh. "Berusaha lah lebih keras lagi, saingan mu banyak kawan."
"Tidak peduli seberapa banyak orang yang menyukainya karena pada akhirnya hanya aku yang menjadi pemilik hatinya."
"Kau sangat percaya diri rupanya."
"Tentu saja."
...🍃🍃🍃...
"Ibu." pekik Liam saat melihat Patrizia, bocah itu langsung saja berlari kemudian memeluk Patrizia.
"Maaf lady jika sikap Liam sangat merepotkan, ini pertama kalinya dia dekat dengan seorang wanita selain pengasuhnya mungkin dia merasa nyaman saat bersama dengan lady." ujar Jerome.
"Tidak apa Yang mulia, lagi pula putra mahkota anak yang baik dan menggemaskan, saya menyukainya."
Jerome tersenyum lega. "Lady menyukai anak kecil?" tanyanya.
"Ayah berisik! Jangan bertanya lagi pada ibu! Ayo ibu, kita pergi saja." Liam menarik tangan Patrizia dan berlalu pergi dari ruangan itu. Liam sangat kesal pada Jerome, anak itu merasa terasingkan padahalkan Patrizia datang untuknya, tapi kenapa ayahnya itu terus saja berbicara padanya?
"Ck! Anak itu! Jika ibu mu itu sudah menjadi istri ku tidak akan aku biarkan kau mencurinya dari ku." gumam Jerome.
Rina yang mendengar gumaman Jerome itu pun terkekeh. Ia kembali melihat Jerome lima tahun yang lalu. Setelah kehilangan istrinya sikap Jerome berubah, ia menjadi pendiam dan sangat tertutup, kekejamannya pun semakin menjadi-jadi tapi sekarang Rina merasa tenang karena Jerome sudah menemukan seseorang yang tepat untuk mengisi kekosongan dalam hatinya sekaligus ibu untuk Liam.
Kini Patrizia dan Liam berada di lapangan tempat latihan para prajurit istana.
Ctass
Ctass
Ctass
Tiga anak panah itu melesat dan mengenai sebuah apel yang di lempar.
"Wah.. Ibu sangat hebat."
Bukan hanya Liam saja para kesatria istana pun mengagumi kehebatan Patrizia.
"Ibu, aku juga ingin berlatih."
Patrizia memberi kode pada pengawal, pengawal itu pun mengambil busur yang lebih kecil kemudian memberikannya pada Liam. Liam pun memposisikan dirinya siap untuk melesakkan anak panahnya.
"Fokus pada target mu."
Ctass.
Patrizia tersenyum melihat kehebatan Liam, anak itu berhasil mengenai targetnya dengan sempurna. Anak panah Liam berhaail mengenai sebuah apel yang berada di atas kepala pengawal.
Jerome memang sudah mengajarkan Liam memanah dan berpedang sejak empat bulan yang lalu. Baru empat bulan berlatih lihatlah kemampuan anak itu, sangat mengagumkan. Kehebatan keturunan kekaisaran benua timur memang tidak usah di ragukan lagi.
"Ibu, bagaimana?"
"Sempurna."
Liam memeluk Patrizia. "Terimakasih ibu."
"..saat dewasa nanti aku akan menjadi kesatria terhebat dan terkuat yang bisa melindungi ibu."
...🍃🍃🍃...
Patrizia dan Liam jalan di lorong hendak kembali ke kamar. Di sepanjang perjalanan Patrizia mendengar para pelayan tengah membicarakan kabar kembalinya Grand Duke yang terkenal akan kekejaman dan kemisteriusannya itu dari perbatasan.
Ruben, siapa Grand Duke itu? Seingat ku di novel tidak ada tokoh Grand Duke. Apa aku melewatkan sesuatu? Patrizia bertelepati dengan Ruben yang berada di kastil. Ruben tengah menatap Argus si Raja Iblis yang sedang makan dengan rakus. Raja Iblis itu sangat menyukai daging panggang.
Tokoh Grand Duke memang tidak di jelaskan di novel, tapi nama dia pernah sekali di sebutkan saat hari perayaan kerajaan.
Ya, aku mengingatnya. Tapi kan tokoh Grand Duke tidak terlibat dalam alur cerita terus kenapa sekarang dia malah kembali ke ibu kota?
Entahlah. Ruben terdiam, ia mendengar suara teriakan. Ada apa dengan Imelda? Kenapa dia berteriak?
Kenapa?
Aku akan memeriksanya.
Ruben berlari keluar dari kastil Patrizia menuju halaman belakang, suara teriakan pelayan pribadi Patrizia itu berasal dari sana.
Meong.
Imelda melihat ke arah Ruben yang berdiri di sebelahnya kemudian membawa Ruben dalam gendongannya.
Meong.
"Ruben, Lihatlah kandang Rex kosong, ini masalah besar." ujar Imelda panik.
Ruben melihat ke kandang Rex yang kosong kemudian senyum misterius terbit di bibirnya.
"Imel, ada apa? Kenapa kau berteriak?" tanya Samuel yang baru saja datang.
"Sam, Rex menghilang."
"Apa? Bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah Rex ada di dalam kandangnya?"
"Aku tidak tahu, saat aku datang membawa makanan untuk Rex kandangnya sudah kosong, aku tidak tahu Rex pergi kemana?"
"Sebaiknya kita berpencar mencari Rex, lihatlah." Samuel menunjuk pintu kandang yang tidak tergembok. "Rex, pasti masih berada di sekitar sini."
"Baiklah kita berpencar." Imelda menurunkan Ruben dari gendongannya.
Samuel dan Imelda pun berpencar untuk mencari Rex.
Ruben, apa yang terjadi?
Rex menghilang.
APA?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Oi Min
kek nya ini jodoh Zia.... si manusia serigala
2024-08-16
0
Mrinpur
apa jangan jangan jodoh zia ternyata rex,,,dan kayak ny rex itu grand duke yg di kutuk krn terlalu kejam dan sadis,,,
2022-11-21
0
Dewi Misreni
ternyata Ruben tau semuanya
2022-11-20
0