Patrizia menatap seorang pria berambut perak yang terbaring lemah tak berdaya. Walaupun tidak bisa bergerak pria itu masih bisa berkomunikasi dengan baik.
"Apa kau tidak merasa bosan?" tanya Patrizia.
Pria itu diam.
"Apa kau ingin sembuh?" tanya Patrizia lagi dan gotcha.. Kali ini pria itu melirik Patrizia dengan ekor matanya.
"Kau ingin sembuh?" ulang Patrizia.
"Steve, usir gadis itu dari hadapan ku, sekarang juga!" titahnya tegas.
"Kau tidak ingin sembuh? Baiklah, aku akan pergi." Patrizia ingin pergi tapi di tahan oleh Steve.
"Maafkan saya Yang Mulia putra Mahkota, saya sudah memberitahu sebelumnya, hanya gadis ini yang bisa menyembuhkan Yang Mulia."
Pria berambut perak itu adalah Viggo sang putra mahkota. Saat ini Patrizia dan Steve berada di kamar Viggo.
"Apa yang bisa di lakukan seorang gadis lemah sepertinya?" tanya Viggo menatap remeh Patrizia.
"Yak! Kau-"
Tenanglah, kau tahu sifatnya bukan? Peringat Ruben seraya menjilati kakinya sendiri.
Patrizia menghela napasnya kasar. "Jika aku bisa menyembuhkan mu, kau harus turuti semua perintah ku, bagaimana?"
"kau berani memberi perintah pada putra mahkota?"
"Ck! Hanya tinggal hitungan jam saja tahta mu itu di rebut oleh adik tercinta mu." Patrizia tersenyum mengejek. "Bagaimana? Kau tidak punya pilihan lain selain percaya pada ku."
"Kau tidak akan bisa!"
Viggo sudah sangat lelah dengan semua ini. Selama dua tahun ini sudah ratusan tabib berusaha untuk menyembuhkannya, mereka semua mengatakan jika mereka bisa tapi nyatanya tidak. Viggo sudah menyerah, dia tidak ingin berharap lagi.
Patrizia duduk di ranjang sebelah Viggo. Ia memegang kening Viggo kemudian menutup matanya. Patrizia merapalkan sebuah mantra tak lama gumpalan asap hitam keluar dari tubuh Viggo dan saat itu juga tubuh Patrizia melemah, gadis itu terlalu banyak mengeluarkan mana-nya.
Ck! Sudah ku katakan bukan, jangan terlalu memaksakan diri. Kau baru saja mengeluarkan banyak mana mu kemarin untuk mengalahkan racun itu dan sekarang- Hah.. Dasar gadis keras kepala. Omel Ruben menatap Patrizia sinis.
Diamlah!
Bruk
"Zia.." ucap Steve khawatir.
Patrizia pingsan di atas dada bidang Viggo. Dengan perlahan Viggo bisa menggerakkan jari-jarinya kemudian ia mengangkat tangannya untuk mengelus kepala Patrizia.
"Gadis pemilik sihir suci?" tebak Viggo.
"Iya. Aku percaya pada mu Viggo."
"Aku tidak akan memberitahu siapa pun." Viggo terkekeh. "Setelah lima tahun, akhirnya kau bisa menemukannya."
Viggo sudah menganggap Steve sebagai kakaknya karena itu mereka akan bersikap santai jika hanya berdua. Viggo juga tahu jika Steve merupakan keturunan penyihir agung.
...🍃🍃🍃...
Perlahan tapi pasti mata Patrizia terbuka. Ia mengerjabkan matanya berkali-kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
"Zia.."
"Berapa lama aku pingsan?"
"Lima-"
"Lima hari?" tanya Patrizia memotong ucapan Steve.
Steve memutar bola matanya malas. "Lima jam."
"Oh." Patrizia mengedarkan pandangannya dan ternyata dia ada di kamarnya, kamar tempat ia menginap di istana. "Bagaimana Viggo?" tanyanya kemudian.
"Dia baik-baik saja."
"Apa rencananya?"
"Sesuai perkataan mu, untuk sementara dia akan menyembunyikan kesembuhannya dan akan mengejutkan semua orang saat acara penobatan nanti." jelas Steve.
Patrizia tersenyum miring. "Perkiraan ku tidak akan pernah meleset."
...🍃🍃🍃...
"Aku baik-baik saja ayah, itu tidak di perlukan."
"Biarkan tabib memeriksa keadaan mu Zia."
"Hm, baiklah."
Tabib memeriksa keadaan Patrizia. "Keadaan lady Patrizia sudah jauh lebih baik, lady hanya perlu beristirahat untuk beberapa hari lagi."
"Baiklah, terimakasih tabib."
Tabib itu mengangguk kemudian memberi hormat dan pergi dari sana.
"Sudah ku katakan bukan, aku baik-baik saja ayah."
Albert mengelus kepala Patrizia. "Istirahatlah."
"Kenapa kau suka sekali menatap ku?"
Lagi-lagi Sienna ketahuan menatap Patrizia dengan tatapan benci tapi saat Patrizia menatapnya balik tatapan benci itu berubah menjadi tatapan khawatir.
"Aku hanya sangat mengkhawatirkan keadaan kakak. Apa kakak baik-baik saja sekarang?"
"Hm."
"Aku minta maaf mewakili Dini. Aku tidak tahu kenapa Dini bisa sampai nekat melakukan itu. Maafkan aku kak, jika saja aku bisa mencegah Dini, kakak tidak akan merasa kesakitan seperti ini." sesal Sienna oh jangan lupakan air matanya yang sudah mengalir deras.
"Tidak apa, itu bukan salah mu. Kita tidak usah membahas soal itu lagi, bukankah Dini juga sudah mendapatkan hukumannya?"
Sienna mengangguk. "Terimakasih kak."
"Zia, putri ku. Adik mu ini sangat mengkhawatirkan mu, sampai-sampai dia tidak tidur semalaman karena memikirkan keadaan kakaknya." ujar Sevira.
Aku tidak yakin soal itu. Batin Ruben.
Kau benar, dia tidak tidur bukan karena memikirkan keadaan ku tapi memikirkan bagaimana caranya membunuh ku. Timpal Patrizia.
"Iya, aku tahu itu. Sienna adik yang sangat menyayangi kakaknya, bukankah begitu ibu?"
"Iya, Sienna sangat menyayangi kakaknya." Sevira tersenyum lembut seraya mengelus-elus kepala Patrizia.
Apa aku ini seekor anjing? Kenapa para orang tua ini selalu saja mengelus-elus kepala ku? Batin Patrizia bertanya.
Ck! Itu ungkapan kasih sayang.
Patrizia menatap Ruben datar.
"...istirahatlah sayang." sambungnya lagi seraya mengecup kening putrinya itu.
Kapan Drama keluarga ini berakhir? Aku sudah sangat muak menjadi putri yang baik.
Bersabarlah.
Aku tidak mengerti, bukankah di novel di jelaskan jika Letizia itu putri yang terbuang bahkan ayahnya sendirilah yang mengasingkannya tapi kenapa sekarang orang tua itu seakan-akan sangat menyayangi Letizia? Aku rasa ada sesuatu di balik ini?
Ruben tersenyum misterius.
...🍃🍃🍃...
Selama satu minggu ini Patrizia di buat kesal pasalnya Patrizia merasa menjadi tawanan istana karena para pengawal dan pelayan istana melarangnya untuk keluar kamar dan menurut Reonal itu semua adalah perintah Raja. Raja meminta keluarga Marquess Wilson untuk tinggal di istana selama masa penyembuhan Patrizia itu semua di lakukan sebagai pertanggung jawaban kerajaan karena Patrizia sudah di racuni di istana.
Patrizia semakin kesal ketika Raja mengirim banyak sekali pelayan hanya untuk merias dirinya untuk acara penobatan Zello sebagai putra mahkota nanti malam.
Entah apa tujuan Raja sebenarnya tapi yang jelas Patrizia mendapatkan pirasat yang buruk.
Bukankah ini aneh? Kenapa Raja sangat mengistimewakan diri ku?
Ck! Kau sangat lamban!
Apa maksud mu? Patrizia menatap tajam Ruben lewat cermin karena saat ini Patrizia tengah dirias dan Ruben tengah berguling-guling di kasur.
Pikirkanlah.
Kau-
Patrizia mematung, ia kembali teringat alur novel dimana saat acara penobatan Zello sebagai putra mahkota di acara itu juga raja mengumumkan pertunangan antara Zello dan Sienna.
Sial! Jangan bilang-
Benar, karena putri tertua Marquess masih hidup jadi kau yang akan di jodohkan dengan Zello bukan Sienna. Ruben tersenyum mengejek.
...🍃🍃🍃...
Saat ini Patrizia dan keluarga Marquess Wilson tengah duduk bersama menunggu kedatang raja, ratu dan juga calon putra mahkota.
Aula yang tadinya riuh mendadak hening ketika pengawal mengumumkan kedatangan keluarga kerajaan. Para bangsawan yang hadir berdiri seraya membungkuk menyambut kedatangan keluarga nomor satu di kerajaan itu.
Acara penobatan pun di mulai.
"SAYA EDGAR ZITAO LESHAM RAJA DARI KERAJAAN ARCHON DENGAN INI MENOBATKAN PANGERAN ZELLO ZITAO LESHAM SEBAGAI PUTRA MAHKOTA KERAJAAN ARCHON."
Sebuah gong besar di bunyikan sebanyak tiga kali.
Raja mengambil mahkota putra mahkota kemudian raja mendekat ke arah Zello yang duduk di singgahsana-nya. Raja mengangkat mahkota itu di atas kepala Zello..
Tapi
Belum sempat mahkota itu di sematkan oleh raja pada kepala Zello, pintu aula terbuka dan menampilkan sosok pria tampan berambut perak, mata hijau yang menatap tajam, oh jangan lupakan ekspresinya yang datar itu.
Ya, pria itu adalah Viggo sang putra mahkota yang sebenarnya.
Viggo berjalan dengan gagahnya, di belakangnya ada Steve yang selalu setia menemaninya.
"Bukankah itu putra mahkota?"
"Putra mahkota bisa berjalan? Bukankah dia lumpuh karena itu posisi putra mahkota di gantikan."
"Apa yang akan terjadi sekarang? Siapa yang akan menjadi putra mahkota?"
"Bagaiman ini mungkin! Kenapa anak sialan itu bisa berjalan?"
Patrizia tersenyum miring mendengar batin seorang wanita yang tak lain adalah ibu tiri Viggo sang Ratu kerajaan Archon.
Patrizia sudah mengetahui rencana busuk sang ratu karena itu tertulis jelas di novel. Ratu Andora yang merupakan ibu tiri Viggo adalah orang yang sudah meracuni Viggo hingga membuat semua bagian tubuh Viggo lumpuh.
Ratu Andora melakukan semua itu demi tahta putra mahkota. Ratu Andora menginginkan tahta putra mahkota menjadi milik anaknya, Zello.
"Apa aku terlambat menghadiri acara penobatan adik ku sebagai putra mahkota, ayah?" tanya Viggo tersenyum smirk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Liao_Tingyan
mau juga dong tidur di atas dada putmah 😋
2025-04-05
1
Mrinpur
jreng jreng jreng tp gx jd aduchhh bakal malu bnget lw smpai gx jd putra mahkota si zello...
2022-10-30
1
R@3f@d lov3😘
kejutan 😁😁
2022-10-30
0