NovelToon NovelToon

The Villainess Lady

Chapter 1

Di sebuah kastil tua terlihat seorang pria yang tengah berusaha untuk menyembuhkan seorang gadis yang terbaring tak berdaya dengan sihir penyembuhnya.

Dari dalam tubuh gadis itu keluar gumpalan asap hitam.

Pria itu menghela napasnya dalam. "Aku sudah mengeluarkan semua racun yang ada di dalam tubuhnya."

"Terimakasih." ujar pria lainnya yang sedari tadi hanya diam menyaksikan.

"Aku hanya melakukan tugas ku dan sekarang dia yang harus melakukan tugasnya, itu adalah takdirnya."

"Apa dia akan baik-baik saja?"

Pria penyembuh itu tidak menjawab dia hanya diam sembari tersenyum misterius. Entah apa yang ada di dalam pikirannya? "Kita hanya bisa diam dan menyaksikan apa yang akan terjadi nantinya."

"...sebaiknya kita keluar, biarkan dia beristirahat." lanjutnya setelah diam untuk beberapa saat.

Tak lama setelah kedua pria itu pergi, gadis yang terbaring lemah itu membuka matanya. Ia mengangkat tangan kanannya menghalau silau cahaya yang masuk menusuk matanya.

Gadis itu tersenyum smirk. "Aku tahu, Queen tidak akan membiarkan ku mati semudah itu."

"Lady.."

"Lady Letizia.."

Terdengar samar-samar suara, tapi apa yang dia katakan? Lady Letizia?

Gadis itu bangkit dari tidurnya. Mengedarkan pandangannya melihat ke semua penjuru ruangan.

Tempat apa ini? Rumah sakit? Apa tempat kumuh seperti ini layak di sebut sebagai rumah sakit?

"Lady Letizia..."

Suara itu lagi. Gadis itu menggeram kesal tetapi sedetik kemudian kernyitan di dahinya muncul.

Suara siapa itu? Terdengar seperti suara seorang pria tetapi tidak ada siapa pun di ruangan itu selain dirinya.

Kecuali..

Meong..

Ya.. Seekor kucing. Kucing berbulu putih lebat itu yang berbicara. Hey.. Apa gadis itu sedang berhalusinasi? Mustahil!!

"Lady Letizia.."

Lagi.. Tidak!! Pasti ada yang salah dengan pendengaran gadis itu. Mana mungkin kucing itu bisa berbicara?

Tiba-tiba sebuah ingatan asing muncul begitu saja di kepalanya. "Letizia Alova Wilson.." gumamnya.

"Usia 20 tahun, Anak dari Marquess Wilson yang terbuang.. Tokoh piguran dalam novel 'Queen of Archon' yang meninggal akibat penyakit kulit yang di deritanya.." timpal kucing yang bisa bicara itu.

"...tanyakan saja apa yang ada di kepala mu itu pada ku Patrizia Cane, aku akan menjawab semuanya." sambung kucing itu lagi.

Gadis itu adalah Patrizia Cane, berusia 20 tahun, seorang anggota Mafia yang sangat di segani dan di takuti di daratan Eropa. Walau bukan ketuanya, Patrizia tak kalah sadis dari sang ketua yang di sebutnya sebagai 'Queen' itu.

Patrizia menatap kucing berbulu putih lebat yang nampak lucu itu. "Transmigrasi jiwa.." tebaknya.

"Ya.. Seharusnya kau sudah tiada saat terjatuh ke jurang tetapi karena kau orang yang terpilih kau di beri kesempatan untuk hidup lagi."

"Apa aku bisa kembali?" tanya Patrizia dingin.

Kucing itu terdiam untuk sesaat. "Nada bicara mu itu mengingatkan ku pada seseorang sekaligus mengingatkan ku akan kesalahan ku padanya."

"Aku tidak perduli!!"

Kucing itu mendengus kesal. "Baiklah, sebelum aku jawab pertanyaan mu itu, aku akan memperkenalkan diri ku terlebih dahulu.

"Terserah!!"

Mereka memang sama batin kucing itu.

"Nama ku Ruben. Aku adalah malaikat maut yang di tugaskan untuk menemani mu di dunia ini."

Ruben.. Malaikat maut yang ceroboh. Karena kesalahannya yang salah mencabut nyawa orang, Ruben mendapatkan hukuman dari Dewa. Dewa mengasingkan Ruben ke jaman kekaisaran bukan hanya itu, Dewa juga merubah wujud Ruben menjadi seekor kucing yang sangan menggemaskan. Dan untuk kembali ke surga Ruben harus menyelesaikan sebuah misi.

Patrizia tersenyum remeh. "Lebih tepatnya malaikat maut yang terbuang."

"Kau-"

"Apa aku salah? Jika iya, kenapa kau ada di sini? Bukan di tempat mu yang seharusnya."

Ruben terdiam.

Dia sangat menyebalkan!! Ucapannya sangat tepat dan tajam sekali!! Apa dia tidak takut pada ku? Batinnya kesal.

"Ck! Cepat jawab pertanyaan ku!!" kesal Patrizia.

"Kau akan kembali setelah menyelesaikan misi di dunia ini hanya jika raga mu di dunia nyata masih utuh. Kau sendiri tahu, tubuh mu ada di dasar jurang yang ada di hutan, banyak sekali hewan liar di sana." Ruben menyeringai. "Kau akan terjebak selamanya di sini."

Patrizia terdiam.

Berhasil!! Kena kau.. Aku tahu kau sangat takut sekarang batin Ruben tersenyum senang karena berhasil membalas Patrizia tapi tak lama senyuman itu pudar.

Patrizia menyeringai. "Aku akan kembali. Queen pasti sudah menemukan raga ku."

"Apa misi ku?" tanyanya kemudian.

Ruben mendengus. "Membalaskan dendam dari pemilik asli tubuh baru mu. Aku tahu kau sudah mendapatkan ingatannya dan semua tokoh di sini sama persis seperti di novel yang kau temukan di gubuk sebelum kau terjatuh ke jurang, kau juga sudah membacanya bukan? Jadi, aku tidak perlu menjelaskannya lagi pada mu."

"Ini akan sangat menyenangkan. Mari kita bermain-main dengan para tikus itu." Patrizia menatap tajam ke arah depan dan jangan lupa seringainya yang mematikan itu.

Di sini aku malaikat maut yang setiap harinya mencabut nyawa orang tapi kenapa dia yang lebih menyeramkan dari ku batin Ruben heran.

Pintu ruangan terbuka, tampaklah dua pria tadi dan langsung menghampiri Patrizia.

Grep..

Tanpa aba-aba pria yang berambut pirang memeluk Patrizia erat sangat erat.

Apa aku bisa menebas kepalanya? Batin Patrizia bertanya entah pada siapa.

Jangan bodoh!! Dia kakak mu batin Ruben memberi peringatan pada Patrizia.

Patrizia menatap Ruben seolah bertanya 'bagaimana kau bisa mendengar suara batin ku?'

Biarpun aku malaikat yang terbuang tapi aku tetap malaikat, apa kau lupa? Aku mengetahui semuanya batin Ruben bangga.

Patrizia memutar bola matanya jengah.

Mari kita mulai permainan ini batin Patrizia kemudian ia menutup matanya sejenak dan..

"Ka..kakak.. Kak Reonal." ucap Patrizia dengan suara bergetar ohh jangan lupakan juga matanya yang sudah berkaca-kaca.

Ck! Ratu drama. Ingin sekali Ruben mencakar wajah Patrizia.

"Iya Zia, ini kakak.." pria yang di sebut kak Reonal oleh Patrizia itu semakin mempererat pelukannya. Jika terus seperti ini Patrizia akan mati untuk yang ke dua kalinya.

"Maafkan kakak, kakak baru datang sekarang." sesalnya.

"Tidak! Jangan meminta maaf! Aku tahu kakak sudah melakukan segalanya untuk bisa menemui ku. Kakak juga berusaha keras untuk menyembuhkan penyakit ku. Terimakasih, kakak yang terbaik."

"Sudah cukup semua penderitaan mu selama ini! Kakak berjanji, kakak akan balas mereka yang sudah membuat mu seperti ini." ucap Reonal penuh amarah.

"Apa maksud kakak?"

Ck! Ruben hanya bisa berdecak mendengar ucapan Patrizia yang seakan tidak tahu apa-apa itu.

"Ada yang sudah meracuni mu dengan sengaja Zia karena racun itu juga kau menderita penyakit kulit mematikan selama ini. Sudah bertahun-tahun kakak menyelidikinya tapi kakak tidak mendapatkan apa-apa, tidak ada bukti. Maafkan kakak.."

"Racun? Aku sengaja di racuni?" Patrizia ketakutan.

"Tidak usah takut Zia, ada kakak di sini. Racun di tubuh mu juga sudah berhasil di keluarkan oleh teman kakak. Lihatlah.." Reonal menunjuk pria yang berdiri di belakangnya. "Namanya Steve dia keturunan penyihir agung dan juga kesatria putra mahkota."

"Steve." Steve mengulurkan tangannya.

"Letizia." menerima uluran tangan Steve. "Terimakasih." lanjutnya.

Mereka bertiga pun lanjut berbincang-bincang, mereka tampak bahagia berbeda dengan Ruben yang tampak kesal 'kenapa aku tidak di ajak berbincang?'

...🍃🍃🍃...

"Apa? Jadi aku adalah gadis pemilik sihir suci dan sebagai pemilik sihir suci aku di takdirkan menjadi maut bagi pemilik sihir hitam."

"Iya Zia dan tugas mu sekarang adalah mencari siapa pemilik sihir hitam itu dan kau harus berhasil mengalahkannya. Dunia ada di tangan mu Zia." jelas Steve.

"Aku takut Steve, bagaimana jika aku gagal mengalahkannya?"

"Aku akan membimbing mu." Steve memakaikan Patrizia sebuah kalung.

"...ini adalah kalung dimensi. Kau bisa berlatih sihir di sana, apa pun yang kau butuhkan semuanya sudah tersedia di sana." lanjutnya.

"Aku akan berlatih tapi sebelum itu, aku punya satu permintaan."

"Permintaan apa?" tanya Reonal.

"Aku minta kak Reo memalsukan kematian ku dan menyebarkannya. Biarkan untuk sekarang orang-orang menganggap jika Letizia putri dari Marquess Wilson telah tiada akibat penyakit kulit yang di deritanya."

"Baiklah, jika itu mau mu. Kakak akan menunggu mu kembali. Kembalilah sebagai Letizia yang baru yang jauh lebih kuat, kakak percaya pada mu."

"Aku tidak akan mengecewakan kakak."

Patrizia dan Reonal berpelukan, Patrizia juga pamit pada Steve setelah itu Patrizia masuk ke kalung dimensinya.

...🍃🍃🍃...

Tak terasa sudah satu tahun lamanya Patrizia berada di kalung dimensi sedangkan di dunia novel baru satu bulan.

Kini Patrizia sudah menguasai semua ilmu sihir dari yang terendah sampai yang tertinggi. Kekuatan fisik Patrizia juga sudah jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Bukan hanya itu, berkat sihirnya kini wajah dan tubuh Patrizia terlihat sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Patrizia yang sebelumnya sangatlah buruk, wajah yang penuh jerawat dan tubuhnya yang sangat kurus tapi lihatlah sekarang wajah Patrizia sangat cantik dengan bentuk tubuhnya yang sangat sempurna.

Rambut pirang bergelombang, kulit putih lembut, bibir ceri tipis, hidung kecil mancung, mata besar berwarna biru laut dengan bulu mata lentik. Kombinasi yang sangat sempurna.

"Letizia.."

"Iya ini aku Steve." ucap Patrizia jengah pasalnya ini sudah ke sekian kalinya Steve menyebut nama Letizia. Steve seakan terhipnotis oleh kecantikan Patrizia.

"Le.."

"Sekali lagi kau sebut nama ku maka jangan salahkan aku jika kepala mu itu terlepas dari leher mu."

Steve terdiam namun sedetik kemudian garis senyum terpatri di wajahnya. "Kau sudah sangat siap rupanya."

Reonal yang sedari tadi diam berjalan menghampiri Patrizia kemudian memeluknya. "Kakak akan selalu ada di setiap langkah mu."

Patrizia menatap dua orang asing berbeda gender yang berdiri di belakang Reonal. "Mereka siapa?"

"Mereka adalah Samuel dan Imelda pengawal dan pelayan pribadi mu."

"Hormat kami Lady semoga Dewa memberkati anda dengan umur panjang." ujar Samuel dan Imelda serempak seraya berlutut.

"Hmm.. Berdirilah jangan terlalu formal pada ku."

"Tapi Lady.." ucap Imelda.

"Kau menolak perintah ku?"

Imelda menunduk. "Maafkan saya Lady."

Patrizia memutar bola matanya malas kemudian menatap Reonal. "Kakak, bagaimana keadaan mereka?"

"Apa kau tidak ingin menemui mereka dan menanyakannya secara langsung?"

"Belum saatnya." Patrizia menyeringai.

Dewa kenapa aku harus selalu berurusan dengan wanita yang kejam? Kapan ini akan berakhir Dewa? Batin Ruben memelas.

...🍃🍃🍃...

QUEEN OF ARCHON adalah judul novel yang di masuki Patrizia.

Queen of Archon bercerita tentang Zello Zitao Lesham yang merupakan seorang putra mahkota kerajaan Archon yang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Sienna Mareta Wilson yang merupakan putri bungsu dari seorang Marquess.

Cerita novel itu tidak jauh berbeda dari cerita novel-novel lainnya. Sangat membosankan. Di mana pada akhirnya sang protagonis pria dan wanita bersama hidup bahagia dan akhir hidup yang sangat tragis untuk sang antagonis.

Patrizia tidak sengaja menemukan novel itu di gubuk yang ada di tengah hutan saat ia bersembunyi dari kejaran musuh kelompok Mafianya. Dan entah keajaiban dari mana setelah terjun bebas ke dasar jurang jiwa Patrizia malah bertransmigrasi ke dalam novel itu.

Sangat konyol!!

Tapi

Itu memang nyata dan sudah menjadi takdir untuk seorang gadis berhati dingin, Patrizia Cane.

Aku akan kembali. Aku pasti kembali.

Chapter 2

"Acara ulang tahun pangeran Zello?"

"Iya, acaranya minggu depan. Kau akan menghadirinya?"

"Tentu saja aku harus hadir kakak, aku sangat merindukan mereka semua."

Patrizia menghela napasnya dalam. Ia mengingat kembali percakapannya dengan Reonal tadi dan kini Patrizia tengah menatap bulan bersama Ruben di atap kastil.

"Kau akan merubah alurnya?" tanya Ruben.

"Tanpa berbuat sesuatu pun dari awal alurnya sudah berubah karena kehadiran ku."

...🍃🍃🍃...

Satu minggu telah berlalu kini Patrizia tengah berada di dalam kereta kudanya untuk menghadiri acara ulang tahun pangeran Zello di istana bersama Ruben dan Imelda sedangkan Reonal, Steve dan Samuel mengawal dengan menunggangi kuda.

"Lady lihatlah, kucing ini sangat menggemaskan. Bulunya sangat tebal dan halus." ujar Imelda seraya mengelus badan Ruben.

"Hmm."

Jika kau tahu dia malaikat maut kau tidak akan berkata seperti itu batin Patrizia.

Ck! Kau ini, bilang saja iri.

Patrizia tidak menanggapi ocehan Ruben yang selalu saja mengganggu pikirannya itu.

Meong... Meong... Meong...

Berisik!!

Meong... Meong... Meong...

Berhentilah mengeong!

Meong...

Diam atau ku lempar kau dari kereta kuda ini!!

Meong...

Patrizia mengangkat tubuh Ruben dan hendak melemparnya keluar tetapi..

"Maaf Lady, sepertinya Ruben lapar. Sebentar lagi kita akan melewati pasar, apa sebaiknya kita-" ucapan Imelda terhenti karena mendapat tatapan tajam dari Patrizia. "Maaf Lady." sesalnya menunduk.

Meong..

Patrizia ayolah beri aku makan, aku sangat lapar. Batin Ruben memelas.

Patrizia mendelik. "Kita singgah dulu di pasar."

Imelda tersenyum. "Baik Lady." kemudian ia memberitahu kusir untuk berhenti sejenak di pasar.

"...kau sangat lapar ya? Kucing yang malang. Tunggulah sebentar lagi, kau akan mendapatkan makanan mu." lanjutnya seraya mengelus kepala Ruben.

Tanpa Patrizia sadari Ruben tersenyum miring.

...🍃🍃🍃...

Patrizia sudah berada di pasar, niat awalnya hanya ingin membeli makanan untuk Ruben tapi setelah melihat banyak makanan yang menggugah seleranya Patrizia malah ikut membeli makanan untuknya juga. Kini mereka semua tengah menikmati makan siang.

Makanan ini terasa sangat asing di lidah ku, tapi aku menyukai rasanya hm ini sangat enak batin Patrizia.

Apa kau tidak ingin berterimakasih pada ku?

Untuk?

Lupakan. Ck! Dasar tidak peka!

Setelah selesai makan mereka semua berjalan menuju kereta kuda. Saat tengah berjalan tiba-tiba saja Ruben yang ada di gendongan Imelda menubruk tubuh Patrizia hingga membuatnya jatuh ke kubangan lumpur yang ada di sampingnya.

Kejadian itu terlalu cepat sampai tidak ada yang bisa mencegahnya bahkan ketiga pria yang berjalan di belakangnya pun tidak bergerak sama sekali. Patrizia sekalipun tidak bisa menahan kekuatan Ruben yang jauh di atasnya. Ingat! Ruben adalah malaikat. Entah apa tujuan Ruben? Ingatkan Patrizia untuk tidak membunuhnya.

Jangan menatap ku seperti itu, ini harus ku lakukan batin Ruben sedikit takut melihat kilatan amarah di mata Patrizia, ingat hanya sedikit.

Kau-

Patrizia hanya bisa menghela napasnya kasar. Entah siapa yang harus di salahkan? Tidak lucu kan jika ia memarahi seekor kucing?

...🍃🍃🍃...

Patrizia sampai di istana dengan badan yang penuh dengan lumpur. Untung saja acaranya di mulai malam hari dan ini masih sore, Patrizia masih punya waktu untuk membersihkan dirinya.

Saat ini Patrizia tengah berjalan menuju salah satu kamar yang ada di istana untuk membersihkan dirinya. Patrizia berjalan bersama Samuel dan Imelda yang menggendong Ruben. Sedangkan Reonal dan Steve tadi pamit untuk menemui Yang Mulia Raja Archon.

Sebelum pergi Reonal mengelus rambut Patrizia dan semua orang yang melihat adegan langka itu menjatuhkan rahangnya. pasalnya Reonal itu adalah seorang Panglima yang dingin tak tersentuh.

Saat tengah berjalan tiba-tiba saja..

Bruk

Seorang gadis terjatuh tepat di hadapan Patrizia.

"Hiks.. Hiks.. Kenapa kau mendorong ku?"

"Ha?" tiba-tiba saja otak cerdas Patrizia berhenti berfungsi.

Ruben, kau melihatnya bukan? Apa yang aku pikirkan itu benar? Batin Patrizia menatap gadis yang jatuh di hadapannya itu.

Iya, apa yang ada di pikiran mu itu benar.

Patrizia menyeringai. "Sienna Mareta Wilson".

Ya.. Gadis yang terjatuh di hadapan Patrizia itu adalah Sienna Mareta Wilson sang pemeran utama wanita di novel 'Queen of Archon'. Sienna juga merupakan adik dari Letizia.

"Lady, anda tidak apa-apa?" tanya Dini, salah satu pelayan pribadi Sienna.

"Bukankah dia gadis yang datang bersama panglima Reonal tadi?"

"Dasar gadis kurang ajar! Berani sekali dia mendorong Lady Sienna sampai terjatuh, jika saja Marquess Wilson dan Panglima Reonal melihatnya dia akan terkena masalah besar."

"Kita tunggu saja hukuman apa yang akan di terimanya."

"Beri hukuman mati saja untuk menjadi pelajaran bagi semua rakyat jelata supaya kedepannya mereka tidak ada yang kurang ajar lagi pada para bangsawan."

"Dasar menjijikan! Sadarlah! Kau jauh di bawah Lady Sienna. Kau batu krikil sedangkan Lady Sienna itu berlian."

Para Lady dan pelayan yang ada di sana menyalahkan Patrizia dan terus mengatakan hal-hal yang membuat kesabaran Patrizia habis.

Niat hati ingin membuat semua orang terpesona akan kecantikannya tapi kini semua orang bahkan para pelayan dan juga pengawal istana malah mencemoohnya. Ekspektasi tidak sesuai realita.

Aku akan mengingat wajah mereka yang sudah berani menghina ku. Patrizia mengepalkan kedua tangannya.

Kendalikan dirimu. Peringat Ruben.

Aku sudah tidak sabar ingin menggunakan kekuatan sihir ku.

Jangan gegabah! Kau harus ingat! tidak ada yang boleh mengetahui jika kau menguasai ilmu sihir. Jika itu sampai terbongkar, kau akan di curigai.

Hmm.

Di kerajaan Archon ini memang sihir sangat di larang. Ini bermula dari kejadian 17 tahun yang lalu dimana ada seseorang yang menyalah gunakan kekuatan sihir. Akibatnya seratus orang gadis meninggal secara misterius dan itu menjadi duka yang sangat mendalam bagi kerajaan Archon.

Sampai sekarang belum di ketahui siapa dalang di balik bencana mengerikan itu karenanya pihak istana akan mencurigai siapa pun orang yang menguasai kekuatan sihir.

Di kerajaan Archon hanya Steve dan Patrizia yang memiliki kekuatan sihir, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Reonal. Steve sendiri di kirim oleh ayahnya yang merupakan penyihir agung di kekaisaran benua barat untuk pergi mencari pemilik sihir suci yang di ramalkan berada di kerajaan Archon.

"Ada apa ini?" suara bariton itu terdengar tepat di belakang Patrizia.

Patrizia membalikkan badannya mata biru lautnya itu bertubrukan dengan mata hijau yang menenangkan.

Dia adalah Zello Zitao Lesham pangeran kerajaan Archon.

Patrizia tersadar setelah mendengat suara batin Ruben dan langsung mengalihkan pandangannya. Patrizia menunduk.

"Hiks.. Hiks.. Kenapa kau mendorong ku? Apa salah ku?" cicit Sienna yang masih terduduk di lantai.

Patrizia tidak menjawab, ia semakin menunduk. Tidak ada yang tau jika gadis itu tengah menyeringai.

"Lady ayo berdiri, saya bantu." Dini membantu Sienna untuk berdiri tetapi..

"Akh.. Hiks sakit.. Kaki ku sakit sekali." saat akan berdiri Sienna kembali terjatuh.

"Lady!!"

"Kau mendorongnya?" tanya Zello menatap Patrizia yang masih menunduk.

"Ampun pangeran, saya tidak mendorongnya. Saya tidak tahu kenapa dia terjatuh, dia tiba-tiba saja terjatuh di hadapan saya." jelas Patrizia.

"Jangan berbohong! Mengakulah! Jelas-jelas Lady Sienna jatuh di hadapan mu. Kau pasti yang mendorongnya." tuduh Dini.

"Apa kau melihatnya? Kau melihat aku mendorong tuan mu itu?"

Dini terdiam.

"..tidak, Kau tidak melihatnya." lanjutnya. Patrizia mengangkat kepalanya menatap semua orang yang ada di sana termasuk pangeran Zello, mereka kembali bertatapan untuk beberapa saat.

"..kalian semua lihatlah diri ku, badan ku penuh dengan lumpur dan jika benar aku yang mendorongnya, bukankah dia akan terkena lumpur dari tubuh ku? Tapi lihatlah dia, badan dan bajunya bersih, tidak ada lumpur sama sekali. Jika seperti itu lantas bagaimana cara ku mendorongnya?" jelas Patrizia.

Setelah mendengar penjelasan dari Patrizia semua orang malah berbalik mencemooh Sienna, mereka mengatakan jika Sienna sengaja melakukan itu untuk menarik perhatian pangeran Zello.

"..aku tidak mengatakan kalau dia berbohong, bisa saja kan dia terjatuh karena menginjak gaunnya sendiri." sambungnya lagi.

Sienna menunduk dengan tangan mengepal erat dan itu terlihat oleh Patrizia.

Patrizia menatap pangeran Zello kemudian menunduk. "Maaf jika saya lancang pangeran, saya harus pergi, saya harus segera membersihkan diri, ini sangat tidak nyaman." cicit Patrizia.

Zello tersenyum tipis sangat tipis sampai tidak ada yang bisa melihatnya. "Pergilah."

"Terimakasih pangeran." Patrizia kembali menunduk kemudian pergi dari sana di ikuti Semuel dan Imelda yang menggendong Ruben.

...🍃🍃🍃...

Malam harinya Patrizia datang ke aula tempat perayaan ulang tahun pangeran Zello di adakan bersama dengan Reonal. Saat pengawal mengumumkan kedatangan Reonal tadi semua orang langsung menatap seorang gadis yang datang bersamanya.

"Siapa gadis itu?"

"Bukankah itu gadis penuh lumpur tadi?"

"Iya, itu gadis yang tadi. Demi Dewa dia sangat cantik."

"Kau benar. Dia gadis yang sangat cantik. Aku tidak pernah melihat gadis secantik dirinya."

"Apa hubungan gadis itu dengan panglima Reonal? Apakah dia gadis yang panglima Reonal cintai?"

Semua orang yang hadir di sana memuji kecantikan Patrizia tetapi ada juga yang iri akan kecantikannya. Sienna, gadis berumur 16 tahun itu sangat tidak menyukai Patrizia.

Patrizia bisa melihat kebencian untuknya dari mata Sienna. Padahal di novel di jelaskan jika karakter Sienna itu adalah gadis lugu dan baik hati tapi kenapa Patrizia ragu akan hal itu. Sekarang bukan hanya alur yang berubah, sifat para tokoh yang di jelaskan di dalam novel juga berbeda.

Patrizia berjalan seraya menggandeng tangan Reonal. Patrizia menunjukkan senyum terbaiknya yang membuat semua pria semakin terjerat akan pesonanya.

Kini Patrizia dan Reonal berdiri tepat di hadapan Albert Wilson, ayah Letizia. Sedari tadi Marquess Wilson terus saja menatap Patrizia, matanya berkaca-kaca, mungkin orang lain tidak mengenalinya tapi ia sangat tahu siapa gadis yang berdiri di hadapannya itu.

"Zia.." lirih Albert.

"A..ayah."

"Zia.. Putri ku." Albert mendekap Patrizia erat.

Semua orang terkejut mendengar ucapan Marquess Wilson.

"Apa? Jadi, dia putri Marquess Wilson yang buruk rupa itu?"

"Bukankah dia sudah tiada? Bagaimana bisa dia hidup kembali?"

"Apakah Marquess Wilson sengaja menyembunyikan putrinya yang sangat cantik itu?"

"Apa mungkin semua rumor buruk tentang putri tertua Marquess itu bohong?"

"Gadis sialan itu! Bagaimana mungkin dia masih hidup?"

Chapter 3

Setelah drama pertemuan kembali antara ayah dan anak yang sangat menyedihkan itu selesai, kini keluarga Marquess Wilson tengah duduk bersama.

"Kenapa kau menatap ku seperti itu?" tanya Patrizia dingin tanpa menatap orang yang di tanyanya.

Sienna terkesiap mendengar pernyataan Patrizia, ia tertangkap basah padahal sedari tadi Patrizia tidak menatap ke arahnya dan tengah sibuk memakan aneka macam kue.

"Kak Zia cantik, wajah kakak sangat mirip dengan ibu." ujar Sienna dengan senyum manisnya.

"Tentu saja mirip, dia kan ibu ku." Patrizia meneguk minuman yang memabukkan itu.

Sienna berdehem. "Kak Zia maaf soal yang tadi, aku tidak bermaksud untuk menuduh kakak. Kakak benar, mungkin aku terjatuh karena menginjak gaun ku sendiri."

"Tidak apa-apa, kesalah pahaman sering kali terjadi."

"Tapi tetap saja, aku yang salah. Ak- KAK ZIA!!"

Bruk

Patrizia terjatuh dari kursinya, dari mulut dan hidungnya keluar banyak darah.

...🍃🍃🍃...

Sebanyak empat tabib istana memeriksa keadaan Patrizia. Wajah Patrizia semakin pucat, kondisinya sangat buruk. Semua orang mengkhawatirkan keadaannya tapi ada seseorang yang sangat bahagia melihat Patrizia sekarat.

"Maafkan aku kakak dan selamat tinggal." batin Sienna tersenyum miring.

"Maafkan hamba Marquess, kondisi Lady Letizia sangat lemah. Lady terkena racun bunga lily hitam dan racunnya sudah menyebar."

"Racun bunga lily hitam?" tanya Reonal.

"Iya, panglima. Kita harus segera mencari penawarnya, jika tidak nyawa Lady tidak akan selamat."

"Ayah, hiks.. Bagaimana ini? Bukankah racun bunga lily hitam itu tidak ada penawarnya?" tanya Sienna.

Ck! Bermuka dua! Batin Ruben jengah melihat tingkah Sienna.

"Tenanglah sayang, kakak mu pasti selamat." ucap Albert menenangkan Sienna.

"Putri ku, Zia.. Hiks.. Jangan tinggalkan ibu, sayang. Kau pasti selamat, kau pasti sembuh." lirih Sevira Wilson, ibu Letizia.

Albert membawa Sevira dan Sienna dalam pelukannya. Ia menguatkan istri dan putrinya itu walau dirinya sendiri pun sangat rapuh.

"Ayah sebaiknya kita keluar, biarkan tabib melakukan tugasnya." ucap Reonal.

Semua orang keluar meninggalkan tabib yang terus berusaha menyembuhkan Patrizia.

Reonal kembali masuk ke ruangan. "Bagaimana kondisinya?"

Reonal mengernyit saat tak mendapat jawaban dari tabib, ke empat tabib itu diam membeku. Namun beberapa saat kemudian senyumnya mengembang saat melihat Patrizia yang tengah asik memakan buah apel.

"Kakak.. Apa kau mau?" Patrizia menganggat buah apel seraya menggoyang-goyangkannya.

Reonal terkekeh. "Kau ini."

"Bagaimana ini mungkin? Lady.. Dia bisa menyembuhkan dirinya sendiri?" ujar salah satu tabib.

"Sihir suci.. Lady Letizia pemilik sihir suci." ujar kepala tabib.

Steve masuk ke ruangan itu. "Itu benar kepala tabib. Lady Letizia adalah orang yang selama ini kita cari."

Sebagai pemilik sihir suci tubuh Patrizia kebal akan racun, tidak ada racun yang bisa membunuhnya.

...🍃🍃🍃...

Saat ini Patrizia masih berada di salah satu kamar di Istana bersama Steve.

"Steve, apa pelakunya sudah tertangkap." tanya Patrizia.

"Iya, Zia. Pelakunya sudah tertangkap dan dia sudah mengakui kejahatannya." jelas Steve.

"Siapa?"

"Dini, pelayan pribadi Sienna. Dia melakukan itu karena dendam, dia tidak terima karena kau sudah membuat Sienna terjatuh."

"Apa kau percayai itu Steve?" Patrizia tersenyum miring.

"Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin pelayan biasa bisa memiliki racun bunga lily hitam? Racun itu sangat langka dan harganya pun sangat mahal." Steve terkekeh.

"..sampai kapan kau akan membiarkannya? Bukankah ini sudah keterlaluan?" tanyanya kemudian.

"Sebenarnya saat ini aku sangat marah dan juga sedikit kasihan pada Dini. Dia itu terlalu bodoh! Dan untuk Sienna, untuk sekarang aku tidak akan melakukan apa pun, aku ingin bermain-main dengannya terlebih dahulu."

"Tentang pemilik sihir hitam. Apa kau sudah yakin dia orangnya?"

"Entahlah, aku hanya bisa merasakan sedikit mana dari sihir hitam itu di tubuhnya. Aku akan mencari buktinya terlebih dahulu, aku rasa ada seseorang di belakangnya."

"Baiklah dan katakan jika kau butuh bantuan ku."

"Hmm."

"Kapan acara penobatan pangeran Zello sebagai putra mahkota menggantikan Viggo putra mahkota yang lumpuh itu."

"Dua minggu lagi. Apa rencana mu?"

"Bantu aku bertemu dengan Viggo." Patrizia menyeringai.

...🍃🍃🍃...

Sementara itu di sisi lain keluarga Marquess merasa sangat lega karena tabib mengatakan jika racun dalam tubuh Letizia sudah keluar.

"Terimakasih tabib, terimakasih kau sudah menyelamatkan putri ku." ujar Albert.

"Bagaimana bisa? Bukankah racun yang ada di tubuh kakak itu racun yang sangat mematikan dan tidak ada penawarnya?" tanya Sienna bingung.

"Soal itu, maafkan kami sebelumnya Lady dan juga Marquess, kami telah melakukan kesalahan, Lady Letizia memang keracunan tetapi bukan terkena racun bunga lily hitam melainkan racun ular dan kami sudah memberikan penawarnya." jelas kepala tabib.

"APA? BAGAIMANA ITU MUNGKIN?" pekik Sienna.

"Sienna, kau kenapa?" tanya Albert menatap khawatir putrinya.

"Ti..tidak ayah, aku baik-baik saja, aku hanya lelah." elak Sienna.

"Istirahatlah sayang, ini juga sudah malam. Kita akan menemui kakak mu esok hari."

"Iya ayah, selamat malam." pamit Sienna dengan gemuruh di dadanya yang menendakan jika gadis itu tengah menahan amarahnya dan langsung pergi.

...🍃🍃🍃...

Terlihat sosok berbaju hitam mengendap-endap memasuki kamar Patrizia. Dari tubuhnya jelas sekali jika sosok itu adalah seorang pria. Pria itu memakai pakaian serba hitam dan penutup wajah dengan warna yang senada.

Perlahan pria itu berjalan mendekat ke arah Patrizia yang tengah tertidur pulas. Pria itu mengeluarkan pedang dari balik badannya kemudian mengarahkan pedang itu tepat di jantung Patrizia dan..

Jleb

Tidak

Patrizia tidak tertusuk sebelum itu terjadi, Patrizia menahan pedang yang akan menusuk jantungnya itu dengan tangannya.

"Ck! Kau mengganggu tidur ku saja." kesal Patrizia seraya menatap pria itu dengan mata sayu. "Menyebalkan."

Bughh

Patrizia menendang pria itu hingga terpental menabrak dinding.

Uhuk

Pria itu muntah darah. Tentu saja ia muntah dara karena Patrizia menggunakan sedikit kekuatan sihirnya.

Dengan malas Patrizia bangkit dari tidurnya, ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah pria itu.

Walau tubuhnya sudah sangat lemah pria itu masih belum menyerah, ia bangkit dan langsung menyerang Patrizia. Perkelahian pun tidak terhindarkan. Mereka bertarung dengan sengit. Jelas sekali pria itu adalah seorang kesatria di lihat dari caranya bertarung. Pria itu sangat menguasai ilmu bela diri dan pedang.

Huaaam

Patrizia menguap. "Kita akhiri saja di sini, aku sangat mengantuk. Tapi aku akui, kau petarung yang hebat."

Patrizia menendang tubuh pria itu dengan gerakan memutar kemudian

Jleb

Patrizia menusuk tepat di jantung pria itu dengan belatinya hingga tewas.

"Kau sangat beruntung." Patrizia kembali menguap. "Aku ingin bermain tapi aku mengantuk."

Ruben yang sedari tadi diam menyaksikan memutar bola matanya malas. "Kau tidak berterimakasih pada ku?"

"Untuk?"

"Jika aku tidak memberitahu mu, kau sudah tewas sekarang."

"Hm."

Ruben menatap malas Patrizia kemudian ia kembali tidur.

Tadi saat Patrizia tertidur tiba-tiba saja Ruben masuk ke alam bawah sadarnya dan memberitahu Patrizia jika ada penyusup di kamarnya.

Patrizia juga kembali tidur tapi sebelum itu ia berkomunikasi dengan Steve lewat telepati. Patrizia meminta Steve untuk membereskan kekacauan di kamarnya.

Tak lama setelah itu Steve datang. Mata Steve membola saat melihat kondisi mayat pria itu.

"Dia itu seorang gadis atau iblis." ucap Steve seraya menatap Patrizia yang sudah kembali tertidur dengan tenang di ranjang kemudian Steve kembali menatap mayat yang sudah tidak berbentuk itu.

Tadi, saat berkomunukasi dengan Steve lewat telepati, Patrizia merasa bosan karena itu ia memotong semua bagian tubuh dari pria yang sudah mengganggu tidurnya itu. Patrizia juga mengeluarkan semua organ yang ada di dalam perutnya. Patrizia bahkan mencongkel matanya lalu ia simpan di dalam gelas kaca.

Iblis kecil itu julukan yang di berikan Steve pada Patrizia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!