Seminggu berlalu, setelah kejadian di mana Viggo dengan nekatnya mengajak Patrizia tidur bersama. Selama itu juga Patrizia menghindar dari Viggo dan setiap harinya Viggo selalu mengirim hadiah pada Patrizia sebagai permintaan maafnya. Viggo mengirim gaun, perhiasan dan bunga. Bahkan Viggo mengirim hadiah sepasang mata berwarna grey karena Steve mengatakan jika Patrizia sangat suka mengkoleksi mata.
Bukannya senang Patrizia malah marah mendapat semua hadiah itu. Jujur, ia sangat terganggu dengan kelakuan ajaib putra mahkota tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menerimanya. Terlebih Patrizia masih membutuhkan putra mahkota dalam rencananya. Dan kini gadis itu tengah sibuk dengan pikirannya.
"Menyembuhkan Viggo untuk menggagalkan rencana Ratu Andora yang akan menjadikan Zello sebagai putra mahkota."
"Memiliki kekuasaan penuh atas kota Alodia."
"Mendapatkan simpatik semua orang."
"Menjadi orang terkaya di kerajaan ini."
Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya Patrizia langsung teringat dengan tambang berlian dan emas yang di kelola oleh pemimpin Gilda, Duke Chester.
Setelah kedatangan Patrizia ke gilda, hari itu juga Duke Chester langsung pergi ke kota Alodia.
FLASH BACK ON
Patrizia dan Felix berada di kastil tempat tinggal Patrizia. Mereka baru saja kembali dari tempat di mana terdapat banyak tambang emas dan berlian. Tambang emas dan berlian itu berada di sebelah utara hutan kota Alodia.
Felix membatu saat ia melihat betapa banyaknya tambang emas dan berlian di tempat itu. Ada sekitar 31 tambang emas dan 25 tambang berlian.
Felix juga sangat terkejut saat ia pertama kali melihat kota Alodia. Menurut rumor kota Alodia itu sangat menyeramkan karena kota itu terkutuk terlebih lagi kota itu sudah lama tidak berpenghuni dan hancur karena kebakaran yang terjadi beberapa tahun silam. Akan tetapi apa yang di lihat Felux saat ini sangatlah berbeda dengan rumor karena kini kota Alodia terlihat sangat indah dan jauh dari kesan menyeramkan.
"Jadi, selama ini kau tinggal di sini?" tanya Felix.
"Lebih tepatnya di asingkan oleh keluarga ku sendiri."
Felix menatap Patrizia sedih.
"Jangan mengasihani ku. Aku senang mereka mengasingkan ku ke tempat ini. Jika tidak, bagaimana bisa aku tahu tentang tambang emas dan berlian itu? Bukankah aku sangat beruntung? Aku bisa menjadi orang terkaya di kerajaan bahkan mungkin di dunia ini tanpa melakukan apapun."
Felix terkekeh. "Tapi kau sudah mendapatkan izin dari pihak kerajaan untuk mengelola tambang-tambang emas dan berlian itu kan?"
"Untuk apa aku meminta izin mereka? Kota ini adalah milik ku." Patrizia memberikan sebuah berkas pada Felix.
Mata Felix membola saat melihat berkas itu. Di sana itu tertulis jika Patrizia adalah pemilik dari kota Alodia lengkap dengan stempel kerajaan yang tertera di sana.
"Bagaimana? Apa kau mau mengelola tambang-tambang ku?" tanya Patrizia.
"Baiklah, saya menerimanya."
"Kita sepakat?" Patrizia mengulurkan tangannya dan di sambut baik oleh Felix. "Senang berbisnis dengan anda, tuan Duke."
"Senang berbisnis dengan anda juga Lady." Felix tersenyum.
FLASH BACK OFF
"Sam, apa bisnis ku lancar?"
"Iya Lady bahkan penjualan kita tertinggi di kerajaan ini. Banyak pengrajin emas dan berlian dari kerajaan lain membeli emas dan berlian kepada kita karena kualitasnya jauh lebih baik." jelas Samuel. Selain menjadi pengawalnya, Patrizia juga menjadikan Samuel sebagai tangan kanannya.
Zia, Kau di mana? Cepat datanglah. Putri Celia sudah menunggu mu sedari tadi.
Patrizia mengernyit saat mendengar pesan dari Steve tetapi sedetik kemudian matanya membola saat ia teringat janjinya dengan Celia. Dua hari yang lalu Patrizia mendapat surat dari Celia, gadis itu mengajaknya bertemu di pasar ibu kota. Dan sekarang Patrizia malah melupakan janjinya.
Karena sudah sangat terlambat Patrizia menggunakan sihir teleportasinya untuk pergi ke sana bersama Ruben, Samuel dan Imelda. Jika menggunakan kereta kuda entah kapan mereka akan sampai.
Dalam sekejap mereka sudah sampai di hutan dekat pasar kemudian mereka langsung pergi ke kedai teh karena Celia menunggunya di sana.
Kedai teh..
"Apa aku boleh memanggil kakak?" tanya Celia.
"Tentu saja tuan Putri."
"Bukan tuan putri tapi Celia hanya Celia."
"Baiklah, Celia." Patrizia tersenyum palsu.
"Kakak, apa kakak tinggal di kota Alodia sedari kecil? Kakak tidak takut? Kota Alodia kan kota terkutuk. Kakak juga pasti sudah tahu ceritanya bukan?"
"Kota Alodia itu bukan kota terkutuk kejadian yang terjadi 17 tahun lalu itu bukan karena kotanya yang terkutuk melainkan karena seseorang yang menyalahgunakan kekuatannya." jelas Patrizia.
"..memang saat pertama kali aku tinggal di sini, aku merasa takut karena hanya ada aku dan pengasuh ku saja yang tinggal di kota ini. Tapi setelah beberapa waktu kami mulai terbiasa."
Celia memeluk Patrizia yang duduk di sebelahnya. "Kakak sangat hebat."
Setelah mendengar perkataan Patrizia tadi Celia semakin menyukai Patrizia. Menyukai dalam artian mengidolakan.
Hiks.. Aku sangat terharu mendengar cerita mu itu. Ck! Dasar ratu drama!
Bukankah akting ku sangat mengagumkan?
Ruben menatap datar Patrizia seraya menduselkan kepalanya di perut Celia. Celia pun melepaskan pelukannya pada Patrizia dan kembali mengelus kepala Ruben. Yaps, saat ini Ruben si kucing menggemaskan itu berada dalam pangkuan Celia.
MODUS!!
Setelah minum teh kini Patrizia dan Celia berada di toko pedang. Patrizia yang mengajaknya karena ia sedang mencari pedang dengan ukiran pheonix di pegangannya. Sebenarnya Ruben yang menyuruh Patrizia, entah apa tujuannya?
Patrizia menyusuri satu persatu rak yang sudah berjejer berbagai macam jenis pedang.
Netra Patrizia berbinar kala ia sudah menemukan sesuatu yang di carinya tapi saat akan mengambil pedang itu ada tangan lain yang lebih dulu mengambilnya. Patrizia kalah cepat.
Posisinya kini Patrizia dan orang itu sama-sama memegang pedang dengan ukiran pheonix itu. Melihat itu Ruben tersenyum misterius.
"Lepas! Aku yang lebih dulu melihatnya." ujar Patrizia datar.
"Tapi aku yang lebih dulu menyentuhnya." suara rendah itu mengalun di telinga Patrizia.
Patrizia mendongak untuk melihat wajah pria itu tetapi wajahnya tertutup topeng. Kernyitan muncul di dahi Patrizia saat ia menatap mata orang itu. Ia seperti pernah melihatnya tapi entah di mana Patrizia tidak ingat.
Mereka bertatapan cukup lama sampai pria itu yang memalingkan wajahnya terlebih dahulu. Telinga pria itu memerah.
Romantisnya. Batin Ruben.
Diamlah!
Pria itu menyentak tangan Patrizia dan langsung pergi dengan membawa pedang beukiran pheonix itu. Patrizia lengah dan itu semua karena ocehan tidak bermutu Ruben.
"Kakak, kita cari pedang yang lain saja." usul Celia.
"Tidak usah, aku sudah tidak berminat untuk membeli pedang lagi. Kita pergi saja dari sini."
Kini mereka semua sudah berada di salah satu kedai makanan. Saat tengah asik menyantap makan siang tiba-tiba saja terdengar suara keributan dari luar.
Terlihat seorang anak pria yang usianya sekitat 10 tahun tengah di pukuli oleh pemilik kedai roti karena anak itu tertangkap mencuri roti miliknya.
Patrizia yang melihatnya murka dan langsung menyelematkan anak itu dari amukan pemilik kedai. Patrizia memang kejam tapi ia tidak pernah menyakiti anak-anak.
"Kenapa kau memukulnya?" tanya Patrizia dingin seraya menatap tajam pria paruh baya pemilik kedai itu.
"Dia pencuri lady, anak itu sudah sering kali mencuri roti di kedai saya."
"Sam."
"Baik lady." Samuel mengeluarkan sekantung koin emas dan langsung memberikannya pada pemilik kedai itu.
"Itu bayaran untuk roti yang anak itu curi. Sekarang lepaskan dia."
"Terimakasih lady." ucap anak pemilik kedai.
Patrizia menatap Samuel. Samuel mengerti arti dari tatapan itu kemudian ia kembali mengeluarkan sekantung koin emas yang jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya.
"Terimalah dan jangan mencuri lagi." nasihat Samuel seraya memberikan sekantung koin emas pada anak itu.
Anak itu menatap Samuel seraya mengangguk setelah itu ia menatap Patrizia. "Terimakasih lady."
"Hm, pergilah."
Orang-orang yang melihat kejadian itu pun kembali di buat kagum pada Patrizia. Semakin banyak orang yang menyukainya maka akan sangat menguntungkan untuk Patrizia ke depannya.
"Selain cantik lady Letizia juga sangat dermawan."
"Iya, lady Letizia seperti dewi penolong ia tidak ragu mengeluarkan banyak uang hanya untuk menolong anak jalanan itu."
"Lady Letizia sangat pantas menjadi ratu di masa depan. Aku sangat mendukung hubungan lady dengan putra mahkota."
"Aku setuju, lady Letizia lebih pantas bersanding bersama putra mahkota dari pada lady Sienna."
Senyum Patrizia mengembang saat mendengar pujian dari semua orang tapi senyuman itu luntur saat orang mulai menjodohkan dirinya dengan putra mahkota. Menyebalkan!!
Di sisi lain ada orang yang sangat bahagia mendengar semua orang menjodohkan dirinya dengan Patrizia. Viggo, pria itu ternyata ada di sana dengan samaran. Sedari tadi ia mengikuti kemana adik dan pujaan hatinya itu pergi.
Tak terasa hari sudah mulai gelap, Patrizia dan Celia pun hendak pulang tapi saat akan menaiki kereta kuda, tiba-tiba saja ada sebuah anak panah yang melesat ke arah Celia jika saja Patrizia tidak menariknya, anak panah itu akan langsung menancap tepat di jantung Celia.
Patrizia tersenyum miring, ia tahu panah itu bukan di tunjukkan untuk Celia tetapi untuk dirinya. Patrizia sudah merasakan ada seseorang yang mengintainya sejak makan siang di kedai makanan.
Para tikus itu sudah mulai bergerak rupanya.
Iya, setelah ini kau akan terus mendapatkan serangan. Berhati-hatilah.
"Celia, kau baik-baik saja?" tanya Patrizia.
Celia mengangguk dengan wajahnya yang pucat dan debaran jantungnya yang menggila. Gadis itu memeluk Patrizia erat.
Patrizia menatap Steve. "Steve, antarkan Celia pulang. Aku yang akan mengurus ini."
"Berhati-hatilah."
"Hm. Sam, Imel, kalian juga pulanglah lebih dulu. Ruben akan tetap bersama ku." Patrizia mengambil alih tubuh Ruben dari gendongan Imelda.
"Baik lady." jawab mereka serempak.
Semua orang pergi meninggalkan Patrizia. Gadis itu berjalan ke arah hutan seraya menggendong Ruben, Ia tahu jika orang yang mengintainya mengikutinya ke hutan. Patrizia menghentikan langkahnya, ia bersiap untuk menyerang tapi sebelum itu terjadi suara yang sangat di kenalinya terdengar. Suara orang yang seminggu ini ia hindari.
"Apa kau perlu bantuan cantik?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Liao_Tingyan
keren ih hobinya
2025-04-05
0
Myn
next trus kak sampe END~
2023-08-03
0
Ken
hahaaa semangat kak
2022-11-06
0