Saat ini jarak memang tak terlalu masalah karena tiap saat bisa komunikasi lewat chat atau bahkan telepon dan video call. Tapi tetap saja LDR adalah hubungan yang berat ~Ashoery Rustamaji~
DARI SEDAYU ~ JOGJAKARTA YANKTIE MENGUCAPKAN SELAMAT MEMBACA
\~\~\~\~\~
Yoyok hanya diam. Karena sejak perusahaan dipegang Endro dia memang tak mau memutuskan kebijakan apa pun lagi. Dia hanya memberi saran saja. Buat apa dia serahkan perusahaan ke Endro kalau dia masih mengganggu kebijakan. Itu yang Yoyok pikirkan.
“Aku besok tetap ke Kutoajo, Purworejo lalu ke Jogja. Tapi enggak mampir ke rumah karena rumah kosong,” Endro memberitahu kegiatan kerja selanjutnya. Tetap saja dua hari dia akan melihat pabrik genteng miliknya di Kebumen.
***
Selesai sudah ujian akhir dari sekolah. Sekarang fokus Vella pada acara perpisahan yang harus dia laksanakan sebelum pengumuman hasil ujian. Sejak dulu kebijakan sekolah memang pesta perpisahan dilakukan sebelum pengumuman jadi dia dan kawan-kawan tak bisa merubah aturan tak tertulis ini.
“Pensinya oke?” tanya ketua OSIS pada penanggung jawab seni.
“Kita terkendala baju buat pentas. Karena banyak baju inventaris sekolah yang tidak kembali sejak pesta tahun lalu,” penanggung jawab seni menjawab. Sejak satu bulan lalu dia sudah mengecek dan mengejar siapa siswa yang belum mengembalikan kostum milik sekolah.
“Bagaimana kalau kostum kita modiv saja. Kita gunakan milik pribadi lalu kita tambah dari bahan lain misal kertas krep atau plastik sehingga tidak harus bingung dengan masalah yang disebabkan oleh oknum tak bertanggung jawab. Waktu kita tinggal minggu besok. Kalau kita buat proposal untuk membuat kostum baru juga butuh proses,” Vella mencoba memberi wacana penanganan kebuntuan kostum.
“Coba team kreator ada yang bisa bantu untuk masalah kostum ini?” ketua Osis yang masih duduk dikelas 11 kembali melempar pemikiran pada peserta rapat.
Akhirnya meeting hari ini selesai pukul 14.30. Vella yang belum makan siang berjalan ke kantin bersama beberapa teman yang juga ikut meeting.
“Kak Vella jadi bikin acara kejutan untuk acara perpisahan?” tanya Imas siswi kelas 11 pada Vella.
“Ada beberapa acara yang siap digodog. Dan karena kejutan maka sengaja enggak dibahas di rapat. Biar Kakak dan beberapa teman saja yang olah,” sahut Vella sambil menerima lontong sayur yang dia pesan.
“Siiiiiip Kak, semoga sukses acara kejutannya,” sahut yang lain.
“Besok kita mulai pengumpulan barang untuk bazar amal. Apa kalian siap?” tanya Lutfi yang juga kelas 11. Memang yang kelas 12 tak dilibatkan menjadi panitia kecuali siswa berprestasi. Itu agar tak mengganggu UAN ( ujian akhir nasional ).
“Yang piket harus stand by mulai jam delapan pagi ya. Jadi saat jam sembilan semua bisa nerima barang yang datang,” Mira seorang siswi kelas 10 ikut mengingatkan.
“Nanti tolong itu diingatkan lagi digroup chat panitia,” Mono memberi saran.
Selesai makan Vella langsung salat Ashar baru dia meluncur pulang. Genks belajarnya sudah pulang ke rumah masing-masing sejak hari ujian terakhir kemarin.
Hari-hari Vella selanjutnya fokus pada pesta perpisahan. Dia juga membereskan kamarnya. Memasukkan semua buku pelajaran ke dalam kardus untuk dia sumbangkan di bazar amal. Termasuk beberapa baju miliknya.
***
“Kemarin isi formulir untuk beasiswa kemana aja Nov?” tanya Arie yang hari ini memang sengaja datang ke sekolah Vella. Alasannya menyerahkan buku dan sumbangan lain untuk bazar amal.
“Aku ambil fakultas hukum di UGM, Kak. Ambil fakultas kedokteran di UNDIP dan ambil hukum juga di UI,” sahut Vella sambil meminum es dawet yang dia pesan.
“Kalau yang di UGM atau UNDIP yang lolos, kita bakal jauhan ya?” pancing Arie.
“Zaman sekarang mah jarak bukan masalah buat komunikasi. Tapi sebenernya kakek dan nenekku maunya aku kuliah di Singapore atau Paris ambil design pakaian,” sahut Vella.
“Iya sih. Kakak berharap kamu diterima di fakultas hukum UI ya. Biar kita satu kampus,” Arie menghabiskan bakso yang memang dia pesan. Saat ini memang mereka ‘tak sengaja’ bertemu di kantin sekolah.
“Yang mana aja yang terbaik aja Kak,” balas Vella lagi.
“Habis ini kamu mau kemana? Kamu bawa motor? Atau bawa mobil?” tanya Arie.
“Mau nge halu aja di mall Kak. Makanya sejak dari rumah tadi sengaja enggak bawa mobil atau motor. Karena malas ama urusan parkir di mall. Enakan naik ojol atau taksi online aja. Enggak ribet,” jawab Vella.
Tadi pagi bawa banyak barang pun dia memesan taksi online biar enggak ribet.
“Nah kebetulan tuh, kita jalan bareng ya,” dengan antusias Arie mengajak Vella untuk jalan bareng ke mall.
“Boleh,” jawab Vella tak keberatan. Dia memang belum janjian dengan siapa pun untuk jalan siang ini.
“Tapi, aku masih akan meeting lagi sehabis jam penerimaan barang untuk bazar Kak. Kalau Kakak mau duluan silakan aja,” Vella ingat, dia ke kantin untuk membuang waktu menunggu jadwal meeting siang ini.
“Kakak juga ada pertemuan dengan para alumni koq setengah jam lagi. Jadi enggak akan bete nungguin kamu,” balas Arie sambil melihat jam tangannya.
“Oh ya sudah. Nanti kita saling bertukar info aja Kak. Sekarang saya duluan ya,” Vella pun pamit pada Arie. Untungnya di kantin ini makanan dibayar saat pesan, sehingga dia tak perlu repot menolak dibayari oleh Arie.
“Oke. Sukses ya buat acara perpisahannya nanti,” sahut Arie lalu dia menerima panggilan pada ponselnya.
“Gue di kantin,” masih bisa Vella dengar jawaban Arie.
‘Rupanya dia benar jaanjian dengan teman-teman alumni,’ batin Vella.
***
“Udaaaaaah Bu. Nanan bosan Ibu tanya seperti itu. Serius kalau sudah ada yang bisa menggetarkan hati ini, Nanan akan menikah. Tapi saat ini belum ada. Kalau hanya asal menikah untuk status, mungkin sejak sepuluh atau bahkan lima belas tahun lalu Nanan bisa menikahi seorang perempuan. Tapi kasihan perempuan itu bila dia hanya menjadi boneka bayangan,” Endro tak enak menjawab demikian pada Kamila.
Tapi apa mau dikata. Sang ibu memang kadang bertanya soal menikah lagi walau tak pernah satu kali pun menjodohkannya dengan seorang perempuan.
Suroyo Mulyo, Ayah Endro yang mantan lurah di Sokka hanya diam. Dia mengerti maksud istrinya. Mereka ingin putranya menikah normal seperti orang muda lainnya. Tapi dia pun mengerti apa yang dirasakan oleh putra tunggalnya.
Masalah hati, masalah perasaan tak bisa dipaksakan. Kalau Endro memang belum menemukan sosok lain yang dia cinta, mau diapakan?
“Bu, ayok tidur, besok jadwal kontrol rutin ‘kan?” Yoyok mencoba memutus pembahasan jodoh anak lelakinya.
“Kamu jadi pulang besok Ndro?” tanya Yoyok pada putraanya.
“Besok jadwalnya mau ke arah Timur Yah. Mau ngecek Kutoarjo, Purworejo lalu ke Jogja. Mungkin tiga hari lagi langsung pulang ke Jakarta dari Jogja,” Endro memberitahu jadwal kerjanya besok. Dari Kebumen dia terus ke Timur. Dan akan pulang ke Jakarta dengan pesawat dari Jogja.
***
\========================================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments