Banyak orang tua yang merasa telah mencukupi semua kebutuhan anak bila sudah memberi uang. Mereka tak tahu sang anak butuh touch, butuh sentuhan, butuh peluk dan sapa. Bukan hanya dimarahi.
Aku merasa tak mendapat semua itu saat bersama kedua orang tua kandungku ~Andika Larasati~
ingat, bab ini masih masuk di flash back 18 tahun lalu
SELAMAT MEMBACA
\~\~\~\~\~
Sementara di desa lain yang dekat dengan sekolah Laras, ada seorang pemuda gagah yang sejak satu minggu lalu terbaring lemah. Bila pagi dia akan mual dan muntah-muntah. Siang dan malam tak enak makan.
Pemuda itu hanya makan yang dia inginkan, dan akan menolak makanan yang tak diinginkannya. Tubuhnya lemah karena kurang asupan. Sore ini ayahnya membawa ke rumah sakit dan pemuda itu langsung diinfus karena dehidrasi.
“Apa indikasi penyakit anak saya dokter?” tanya Arief Gunawan sang ayah yang sangat khawatir akan kondisi anak sulungnya.
“Sepertinya anak Bapak sakit asam lambung, dia dehidrasi akibat terlalu banyak cairan yang dia muntahkan. Itu sebabnya dia saya beri cairan infus.” Jelas dokter yang name tag nya juga bernama Gunawan.
Sesungguhnya sang dokter juga kurang pasti mengenai asam lambung Baskoro. Kalau dehidarasi jelas memang pasiennya sangat kekurangan cairan. Para readers setia yanktie pasti tahu kan apa penyebab Baskoro muntah-muntah?
Yups benar, Baskoro terkena sindrom cauvade. Dia mengalami morning sickness. Menurut rumors, hanya lelaki yang terlalu mencintai pasangannya lah yang mengalami sindrom kehamilan simpatik ini. Tapi mengapa Baskoro mengalaminya? Bukankah dia menolak kehamilan Dika ( bagi Baskoro Laras adalah Dika ya )?
Bahkan saat Dika melaporkan kehamilannya dia meminta perempuan itu untuk menggugurkannya. Dan saat itu Baskoro langsung memberi Dika uang untuk aborsi.
Sebenarnya Baskoro bukan tak mencintai Dika, dia hanya tak berani mengakui kesalahannya dan memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Dia tak ingin adik-adiknya mempunyai penilaian buruk dan memandang dia tak pantas sebagai panutan. Baskoro adalah sulung dari 3 bersaudara anak Arief Gunawan dan almarhum Sumiyati.
Sejak bundanya meninggal 2 tahun lalu, Baskoro berupaya menggantikan peran ibu bagi kedua adik-adiknya. Dia selalu ingin menjadi panutan. Bila dia ketahuan menghamili kekasihnya, gugurlah nama baiknya di mata sang ayah dan adik-adik. Itu alasan utama Ibas meminta Dika menggugurkan kandungannya.
Sesungguhnya Ibas masih sangat mencintai kekasihnya itu. Baskoro memang terkenal suka ganti-ganti pacar. Tapi sejak dia berpacaran dengan Dika, dia tak pernah sekali pun melirik perempuan lain yang banyak mengejarnya.
Bahkan Dika adalah wanita pertama yang dia tiduri. Dia sadar saat menodai Dika, niatnya agar Dika tak pernah berpaling darinya. Karena Dika sangat cantik dan banyak pemujanya. Terutama Wahyu rekan angkatan mereka yang selalu Dika katakan hanya sahabat saja. Tapi sebagai sesama lelaki, Baskoro tahu arti tatap penuh damba dari mata Wahyu.
***
Endro baru saja pulang dari counter ponsel. Dia baru membeli kartu perdana untuk Laras. Dia tak ingin siapa pun menghubungi Laras dan merusak rumah tangga yang akan mereka jalani. Laras sudah dibuang oleh kedua orang tua kandungnya dan Baskoro kekasihnya.
Endro tak ingin mereka kembali menghubungi Laras. Biar saja Laras hanya bagian dari dirinya dan keluarga Mulyo. Dia langsung mengganti kartu di ponsel Laras tanpa perempuan muda itu mencegahnya.
Bagi Laras sekarang dia adalah milik Endro. Dia akan menjadi istri yang patuh dan merubah rasa sayang sebagai sahabat menjadi cinta dan bakti pada suami. Seorang lelaki yang rela mengangkat dirinya dari kubangan lumpur.
Saat dua lelaki lain yang mengatakan mencintainya malah menenggelamkannya semakin dalam pada kubangan lumpur itu. Dua lelaki itu adalah ayah kandungnya dan Baskoro.
Laras akan menghapus dua nama itu dari hatinya. Tak akan ada dendam bagi keduanya. Karena bila ada dendam, maka kedua nama itu masih tertulis walau dengan tinta merah dalam hatinya.
“Sudah, sekarang kamu pakai nomor ini ya. Di sana sudah ada nomor ibu, ayah, bi Nungky dan paman Pras. Nomor lain nanti kamu tambahkan bila kamu rasa penting. Aku tak akan pernah melarangmu. Bahkan kalau kamu masih mau menyimpan nomor Baskoro sekali pun.” Endro memberikan ponsel Laras pada pemiliknya.
Endro tahu, bila Laras menyimpan nomor Baskoro sekali pun, lelaki itu tak akan pernah bisa menghubungi nomor baru Laras. Kecuali Laras yang lebih dulu menghubunginya.
“Aku tak akan pernah menghubungi lelaki lain di luar sepengetahuan Mas sebagai suamiku. Aku akan mentaati imamku,” jawab Laras lirih.
Tentu saja kata-kata itu membuat Endro sangat bahagia. Laras merubah panggilannya dengan kata Mas. Suatu penghormatan dari calon istrinya itu. Endro memeluk Laras dan memberi kecupan di puncak kepala calon istrinya yang sedang duduk, sehingga memang posisi kepalanya dibawah wajahnya yang berdiri disisi kursi.
“Laras, coba kebaya ini, agar kita bisa merevisi bila ada yang kurang pas, kita akan jahit jelujur aja biar cepat,” bu Kamila meminta calon menantunya mencoba kebaya yang dia beli. Dia memberikan sebuah kebaya hijau lumut yang sangat cantik dan mahal tentunya.
Hijau lumut adalah warna favorite Laras yang semalam sempat Kamila tanyakan pada Endro. Sementara untuk Endro, Kamila menyediakan kemeja hijau lumut yang soft dan jas untuk dipakai pada saat akad nikah anaknya itu.
Walau ini pernikahan siri, Kamila dan Yoyok tak ingin melaksanakannya asal-asalan. Tetap saja ini adalah pernikahan sakral bagi anak tunggal mereka itu. Mereka tak berharap akan ada ijab nikah lagi untuk Endro. Mereka ingin tinggal resepsi saja setelah kelahiran anak Laras nanti.
“Begini Bu,” Laras memamerkan baju pilihan bulek Nungky dan bu Kamila. Kamila langsung memberi tanda dengan peniti bagian mana yang perlu dikecilkan. Maklum saja karena mendadak maka dia membeli baju jadi, bukan sengaja menjahit sesuai ukuran badan.
Kamila merevisi sendiri kebaya calon menantunya, karena Nungky adiknya sibuk di dapur mempersiapkan tumpeng dan jamuan makan malam dadakan yang akan digelar malam nanti. Rupanya untuk antisipasi Yoyok mengundang kepala sekolah dan ketua yayasan sekolah Endro. Yoyok kenal baik dengan mereka sejak masa sekolah.
“Kamu sudah minum su5u ibu hamil yang tadi Ibu beli?” tanya Kamila, sambil matanya terus pada jahitannya. Mereka memang hanya berdua di kamar ini.
“Sampun Bu,” jawab Laras lirih. Dia bilang sudah. Sampun adalah bahasa Jawa yang biasa mereka gunakan.
“Kamu kalau enggak suka dengan rasanya bilang Ibu atau Endro ya. Misal ingin rasa lain juga bilang. Jangan karena kamu enggak suka rasanya lalu kamu enggak minum su5u. Jangan punya rasa sungkan,” Kamila memberitahu Laras agar menganggapnya ibu, jangan rikuh atau tak enak hati.
“Injih Bu,” balas Laras. Perempuan muda ini belum biasa dengan kasih sayang yang diberikan oleh semua anggota keluarga calon suaminya.
Sedang dikeluarganya saja dia tak pernah merasakan attensi dari ayah dan ibu kandungnya. Ayah dan ibu kandung Laras merasa mereka tak perlu touch pada anak-anaknya selama mereka bisa memenuhi semua kebutuhan materi anak-anaknya.
\================================
YANKTIE ( eyang putri ) mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini.
Jangan lupa kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments