Tolok ukur kedewasaan seseorang bukan dilihat dari usianya, karena usia pasti bertambah. Tapi kedewasaan belum tentu ~Andika Larasati~
MASIH DI BAB FLASH BACK 18 TAHUN LALU
SELAMAT MEMBACA
\~\~\~\~\~
Pagi di rumah mantan lurah sudah terlihat banyak kesibukan tak seperti biasanya. Tadi pukul 05.15 tukang gudeg yang biasa jualan lesehan di depan pasar Kebumen sudah mengirim pesanan bu Kamila berupa gudeg lengkap.
Selain itu pak Seno sopir keluarga juga sudah sejak tadi menyiapkan mobil. Sejak semalam bu Kamila menyiapkan kebaya untuknya yang warnanya diserasikan dengan baju koko suaminya. Dia juga menyiapkan peci untuk Endro dan suaminya.
Pukul 07.21 mereka sudah sampai rumah Pras dan Nungky di jalan Senepo Tengah Kutoarjo.
“Aku nggowo gudeg kanggo sarapan Dek,” bu Kamila bilang dia bawa gudeg untuk sarapan mereka. Sampai saat ini Nungky dan Prasojo belum tahu apa maksud kedatangan kakak mereka dari Kebumen.
Selisih usia Nungky dan Kamilla 4 tahun. Prasojo adalah Teman SMA Kamila. Prasojo mengenal Nungky saat belajar bareng di rumah Kamila. Saat itu Nungky masih kelas 2 SMP.
“Pras, Mas mau minta tolong padamu. Hari ini carikan penghulu yang bisa menikahkan Nanan habis maghrib nanti,” Suroyo Mulyo memulai pembicaraan sambil mereka berlima sarapan.
Pras dan Nungky punya 2 anak yang sedang kuliah di Jogja sehingga tidak ikut sarapan bersama. Karena mereka lebih dulu punya anak daripada kakaknya.
Tentu saja Nungky Gumilar atau yang sekarang lebih sering menggunakan nama Nungky Wibisono dan suaminya Prasojo Wibisono kaget mendengar perintah dari kakak ipar mereka itu.
“Apa harus secepat itu?” pertanyaan naïf keluar dari mulut pak Pras untuk menutupi kekagetan yang dia rasa. Dia berpikir keponakannya menghamili anak gadis orang.
“Kalau kamu tak sanggup, aku akan mendatangkan penghulu dari Kebumen yang ada di desaku. Mudah koq.” Dengan santai Yoyok menjawab kekagetan adik-adik iparnya.
Sebagai mantan lurah, tentu tak sulit memanggil penghulu dari desanya untuk datang ke Kutoarjo. “Dan kamu Le, jemput Laras ke sini biar ibu dan bibimu bisa mengukur badannya untuk membelikan kebaya nikahnya,” kali ini Yoyok memerintah Nanan menjemput Laras yang tinggal di rumah kost putri. Karena rumah kost tidak bersatu dengan rumah utama Prasojo.
Saat Nanan keluar menjemput Laras, Kamila menceritakan semuanya. Dia meminta Pras dan Nungky membantunya. Sehabis ini Kamila dan Nungky juga akan langsung berbelanja kebaya dan kemeja untuk Nanan.
Kamila juga minta disediakan tumpeng gurih untuk mereka sekeluarga dan penghulu serta aparat desa yang akan diundang agar ke depannya Nanan dan Laras tidak bermasalah hidup serumah di rumah utama Prasojo.
Artinya akan Laras pindah ke rumah utama mengikuti Nanan. Tidak di kamar kost lagi.
“Assalamu’alaykum,” sapa Nanan yang datang bersama seorang gadis sangat cantik tapi agak pucat dan bermata sembab. Dengan hampir bersamaan, semua yang ada di ruang keluarga menjawab salam yang Nanan dan perempuan muda itu berikan.
“Ayah, Ibu, kenalkan ini Andika Larasati,” dengan lembut Nanan membimbing Laras mendekat ayah dan ibunya untuk memberi salam hormat.
Dengan takut Laras mendekati kedua orang tua Nanan. Mengetahui Laras ketakutan Kamila segera bertindak.
“Sini Nduk, enggak perlu takut seperti itu,” sapanya sambil melambaikan tangannya meminta perempuan muda itu mendekatinya. Saat Laras mencium tangannya, Kamila menarik perempuan malang itu dan mendekapnya erat.
Laras memang salah, tapi semua itu bisa jadi karena kedua orang tuanya terutama ibunya kurang pendekatan pada putrinya sehingga sang putri salah langkah. Berada di pelukan Kamila, Laras merasakan kedamaian dan kehangatan yang tak pernah dia dapat dari ibunya. Dia pun menangis terisak. Bagaimana bisa dia diterima hangat oleh perempuan yang bukan ibu dari ayah janinnya?
“Nungky, kamu ambil metlin ( alat ukur baju ) dan ukur badan Laras,” perintah Yoyok. Dan kamu Laras duduk sini, Ayah ingin bicara denganmu dan Nanan.”
‘Dia punya panggilan special di rumahnya. Bukan Endro tapi Nanan,’ batin Laras. Memang gadis itu, eh perempuan muda itu baru tahu. Karena selama ini tak pernah dekat dan berkenalan dengan keluarga Endro.
Yoyok menerangkan semua hal yang berkaitan pernikahan yang akan dia adakan nanti sehabis maghrib pada Laras dan adik-adik iparnya. Laras hanya bisa mengangguk sambil menangis. Sungguh dia terlalu bodoh menolak cinta Nanan hanya karena Nanan lebih muda satu tahun dari dirinya.
Ternyata dibalik usia mudanya Nanan lebih dewasa dan lebih bertanggung jawab daripada Baskoro Gunawan, casanova yang telah memperdayanya.
“Mulai nanti malam kalian tinggal di rumah ini, Nanan minta para paklek pegawai untuk angkat barangmu dan barang milik Laras pindah ke kamar yang di depan. Karena kalian berdua maka gunakan kamar depan yang lebih besar dan ada kamar mandinya. Jangan di kamar yang dipakai Nanan.”
“Mulai hari ini Laras tidak boleh mengangkat berat juga terlalu banyak pikiran, kasihan anak kalian. Dan nanti sehabis Ibu pulang kamu harus minum susuu ibu hamil yang Ibu belikan. Besok kalian sekolah seperti biasa dan rahasiakan pernikahan kalian hingga selesai ujian agar tak ada persoalan di sekolah.”
“Sekarang Ibu dan Bi Nungky pergi belanja untuk keperluan nanti malam. Laras sekali lagi Ibu pesan, kamu tidak boleh capek dan nangis lagi. Kamu diam saja di sini ya, tidak perlu ikut beres-beres kamar.”
Panjang lebar bu Kamila berpesan pada Laras. Sejak melihatnya pertama kali, dia menyukai perempuan muda yang dicintai anaknya itu. Tak ada kemarahan pada Laras yang menyebabkan anaknya ingin menikah sebelum memiliki KTP.
“Nanan, minta berkas datanya Laras. Biar kalian nikah siri, tetap akan ada bukti selembar kertas untuk kalian pegang. Sehingga nanti saat kamu sudah punya KTP, tinggal daftarkan saja ke KUA, tanpa perlu nikah ulang,” Yoyok meminta data calon menantunya untuk diketik di surat nikah siri dari penghulu.
“Kami ambil dulu di kamar kost Yah, sekalian mberesin barang Laras untuk dibawa ke sini,” Nanan mengajak Laras mengambil berkas yang dibutuhkan ayahnya.
“Aku masih enggak percaya Ndro,” Laras masih saja terisak pelan.
“Kamu lupa pesan ibu sebelum berangkat tadi? Kamu enggak boleh nangis lagi. Sekarang ambil copy KTP dan copy kartu keluargamu untuk data pernikahan kita. Biar aku yang berikan ke ayah. Kamu di sini saja memasukkan kembali barang-barang yang sudah keluar kardus. Biar nanti aku yang angkat ke kamar kita,” Nanan berkata lembut sambil menghapus air mata di pipi calon istrinya.
‘Entah dengan apa aku bisa membayar semua kebaikan kamu dan keluargamu Ndro. Cinta tulusmu tak akan pernah aku khianati. Mulai saat ini, hidupku, jiwa dan ragaku milikmu Endro Herminanto,’ batin Laras sambil kembali memasukkan barang-barangnya ke dalam kardus dan koper yang dia bawa dari rumah kedua orang tuanya.
***
***====================================================== ***
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
yanktie ino
engak
2022-11-19
0