Aku memang baru megang usaha ini. Itu pun belum full karena papa masih dominan. Tapi aku tahu lah kalau pertemuan dengan pak Angkasa siang ini bukan untuk membicarakan bisnis semata. Pasti papa dan pak Angkasa punya niat lain. Dan aku akan gagalkan niatan mereka itu. ~Firza Yudhasmara~
DARI SEDAYU ~ JOGJAKARTA YANKTIE MENGUCAPKAN SELAMAT MEMBACA
\~\~\~\~\~
Arie dan Serena memang sama-sama ikut les bahasa Mandarin saat mereka SMP. Dulu niat awal mereka agar tak ada yang tahu rahasia mereka berdua. Lalu saat SMA Arie mengajak Serena les bahasa Jepang. Mereka tak tertarik bahasa Korea.
‘Dia bicara dengan siapa? Koq sepertinya ceria banget. Mana itu dia pakai ponsel yang private, bukan ponsel umum. Apa dia sedang bicara dengan pacarnya? Lalu mereka pakai bahasa apa?’ Firza yang sengaja hendak memberitahu soal pertemuan dengan pihak Angkasa malah terpaku mendengar Serena sedang asyik kerja sambil ngobrol.
Ya gadis itu memang sambil bekerja karena tangannya tetap memindahkan data yang dia baca dari berkas yang Firza berikan kedalam laptopnya.
“Ini jam kantor kan?” suara bariton Firza mengagetkan Serena.
“Ada yang bisa dibantu Pak?” Serena tahu jarang Firza menghampirinya. Biasanya dia bicara depan meja Serena karena melewati. Bukan karena menghampiri. Bila ada perlu Firza lebih sering menekan tombol intercom atau melalui ponselnya.
“Kamu bersiap menemani saya keluar makan siang dengan pak Angkasa. Jam sepuluh kita berangkat. Siapkan berkasnya. Minta ke bu Evvy,” Firza ketus memerintah Serena. Dia tak bisa membatalkan perintah papanya. Karena seperti biasa sang papa mengancamnya.
“Baik Pak,” Serena akan segera ke bu Evvy, sekretaris pak Faisal untuk meminta berkas guna meeting siang ini.
“Bang, kamu masih disitu? Udahan dulu ya. Aku bisa nemani kamu ke pesta itu,” Serena lalu memutus pembicaraan tadi tanpa menunggu jawaban dari Arie.
Serena sengaja menggunakan aku-kamu karena Firza baru saja balik badan. Dia tahu monster tengil itu pasti masih bisa mendengar percakapannya.
Serena memasukkan private ponselnya kedalam tas. Dia hanya membawa ponsel umum keruangan bu Evvy. Sedang Firza makin kesal mendengar kalau Serena janjian dengan seseorang diponselnya tadi.
‘Aku harus mencari tahu kapan jadwal date mereka, sehingga aku bisa menggagalkannya,’ batin Firza dengan geram.
Jam sepuluh Serena telah siap. Sejak tadi dia sudah memberikan berkas dari bu Evvy untuk dipelajari kepada Firza. Dia tak mau disalahkan oleh pak Faisal.
Serena langsung berdiri ketika melihat Firza keluar dari goanya. Ya karena monster kan memang cocoknya tinggal di goa. Jadi Serena mengumpamakan ruang kerja Firza adalah goa.
“Hubungi pak Faisal,” Firza minta Serena menghubungi ayahnya saat mereka baru saja masuk mobil.
‘Iiiih. Kenapa juga harus selalu via aku,’ Serena mendumel dalam batinnya tapi tetap melakukan pertintah sang monster.
“Kenapa Ren?” tanya Faisal.
“Maaf Pak, pak Firza ingin bicara,” Serena memberika ponsel miliknya pada Firza yang baru saja menyalakan AC di mobil dan mobil masih berada diparkiran kantor mereka.
“Ini maksud pertemuan dengan pak Angkasa ngapain? Tadi Yudhi udah baca. Semua sudah disepakati kan? Lalu apa perlunya lagi pertemuan siang ini? Kan MOU nanti ditanda tangani juga ama papa?” sungut Firza.
Sebagai pebisnis, walau masih pemula, tentu Firza tahu tak ada lagi sesuatu yang harus dibicarakan dengan pak Angkasa. Dari data yang dia pegang sudah jelas, semua sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Hanya tinggal tanda tangan MOU. Lalu pertemuan hari ini untuk apa?
“Pak Angkasa ingin minta pendapatmu sebagai anak muda tentang konsep yang ingin dia terapkan diproyek itu,” jawab Faisal. Sebenarnya memang pertemuan siang ini hanya makan siang saja. Bukan pertemuan bisnis dan tidak dilakukan juga tak akan berpengaruh terhadap kerja sama mereka.
“Ya sudah,” tanpa basa basi Firza langsung mematikan sambungan pembicaraan itu. Dia berikan ponsel pada Serena juga tanpa ucapan terima kasih pada pemilik ponsel..
Firza dan Serena datang lebih dulu padahal saat itu kurang lima menit sebelum pukul sebelas.
“Kalau sampai sepuluh menit lagi dia belum datang, kita langsung pulang. Jadi sekarang jangan pesan apa pun biar bisa langsung pergi,” Firza memberi ultimatum akan meninggalkan tempat lima menit sesudah waktu yang disepakati.
Dan benar. Pukul 11.05 Firza langsung mengajak Serena meninggalkan resto itu.
Pukul 11. 30 ponsel Serena berbunyi dengan caller id Faisal big boss. “Mana Firza?” tanpa basa basi Faisal menanyakan putra tunggalnya itu. Nada geram terdengar dari suara pemilik perusahaan tempat Serena bekerja itu.
‘Kenapa sih mereka rempong banget enggak mau ngehubungin pake ponsel pribadinya aja. Kenapa juga harus lewat ponsel gue?’ Serena kadang kesal pada kedua bossnya ini.
Kalau lagi baik, dan waras, Serena membatin pun menggunakan AKU sebagai kata ganti untuk dirinya. Tapi kalau sedang kesal seperti saat ini, walau dalam hati dia menggunakan kata GUE untuk dirinya sendiri.
Serena dan Firza sedang makan siang di resto yang tak terlalu jauh dari kantor mereka.
“Pak, ini dari pak Faisal,” Serena memberikan ponselnya pada monster tengil.
“Papa enggak usah kebanyakan ngomel. Papa selalu berkali-kali bilang time is money dan seorang pengusaha itu harus selau tepat waktu dan tepat janji. Jadi Yudhi terapkan itu. Dia lima menit telat, Yudhi langsung pergi. Ternyata apa? Papa baru dia telepon ‘kan? Itu artinya dia telat tiga puluh menit dari jadwal,” Firza lebih dulu nyerocos sebelum sang papa memarahinya.
Faisal tak bisa membantah ucapan anaknya. Andai Angkasa memang tahu akan telat, seharusnya lima menit sebelum waktu yang mereka sepakati dia menghubungi Serena karena Faisal sudah memberi tahu kontak sekretaris Firza itu.
Dan keqinya Faisal, Angkasa terlambat bukan karena terjebak macet melainkan karena Elisa sangat lama dandan di salon agar terlihat paripurna guna bertemu dengan Firza! Masa sih salon pagi-pagi udah sibuk sehingga bikin Elisa telat? Apa emang si Elisa yang datang ke salonnya kesiangan?
Tak ada lagi alasan untuk menyuruh Firza bertemu dengan Angkasa. Padahal dia sengaja bilang sedang liburan.
***
Dari Semarang Endro sengaja tidak langsung ke Jakarta. Dia lebih memilih ke kota kelahirannya. Kota kecil yang selalu dia cintai. Kebumen. Dia ikut dengan mobil ayah dan ibunya. Tak perlu baju tambahan bila dia pulang ke Kebumen atau Kutoarjo. Di dua rumahnya itu dia masih punya kamar dan pakaian lengkap disana.
“Apa kamu juga akan mampir ke rumah Kutoarjo?” tanya Kamila pada putra tunggalnya.
“Ngapain Bu? Lha rumah kan kosong. Paman dan bibi ada di Semarang,” balas Endro. Dia duduk didepan karena ayah dan ibunya duduk di belakang.
“Enggak minat buka kantor pemasaran di Kutoarjo?” tanya Yoyok.
“Apa perlu? Wong sekarang pembeli dari Kutoarjo masih bisa kita cover dari Kebumen. Buang cost sewa kantor dan pegawai aja,” jawab Endro. Kalau memang income bersih bisa tiga kali dari biaya operasional, kemungkinan itu bisa dipikirkan. Kalau hanya omset yang tiga kali dari biaya operasional ya itu hanya kerja bakti saja.
\====================================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments