Rahasia ini belum waktunya aku ungkap. Tapi suatu saat pasti akan aku beritahu pada kalian apa yang telah Laras alami ~Endro Herminanto~
DARI SEDAYU ~ JOGJAKARTA YANKTIE MENGUCAPKAN SELAMAT MEMBACA
\~\~\~\~\~
“Habis ini, sekalian bawa ari-ari pulang, kamu tidur dulu sebentar agar kamu enggak drop.” Pras kasihan pada putra sulungnya. Sangat lemah juga menunggui proses persalinan istrinya.
“Iya Pa. Nanti Bagas yang bawa mobilku. Aku takut nyetir sendiri,” jawab Seto. Dia sedang menunggu perawat memanggilnya.
“Keluarga ibu Rita,” akhirnya panggilan yang ditunggu datang juga.
“Iya, saya suaminya,” ucap Seto dengan semangat.
“Ini bayinya. Cantik seperti ibunya. Silakan diadzani,” sahut sang perawat yang diikuti Seto. Semua mengucap hamdalah. Bayi yang sangat Seto inginkan akhirnya ia dapatkan meski dengan perjuangan sangat keras dari Rita. Tidak seperti tiga kelahiran kakaknya yang sangat mudah.
Nungky dan Kamila berpelukan. Mereka menyambut cucu perempuan pertama yang mereka dapat. Rita memang bersikeras tak mau USG. Dia takut kecewa lebih dulu sehingga tak baik bagi emosi dirinya dan Seto. Itulah mengapa tak ada yang tahu perkiraan jenis kelamin bayi terakhirnya ini.
“Mas Endro,” sapa seorang perempuan cantik dengan seragam perawat. Usianya tak terlalu muda. Sekitar tiga puluhan.
Endro tersentak melihatnya. Dia Ardina Laraswati. Adik almarhum istrinya.
“Siapa ya?” tanya Endro seakan dia lupa dengan sosok itu.
“Saya Dina Mas, adiknya mbak Dika,” balas sosok perawat itu.
“Oh. Apa khabar? Bagaimana khabar Dika sekarang?” tanya Endro datar berupaya menutupi perasaan hati sebenarnya. Endro selalu sedih bila ada orang terdekat dengan almarhum istrinya itu.
“Saya baik. Saya sejak selesai kuliah bekerja disini. Mbak Dika saya lihat terakhir saat dia lulus SMA. Itu pun dari jauh. Lalu enggak tahu kemana. Mas Ibas bahkan berkali-kali ke rumah mencari mbak Dika.” entah mengapa Dina sepertinya ingin Endro tahu semua tentang kakaknya yang menghilang delapan belas tahun lalu.
“Dan terakhir mas Ibas dihajar papa karena ketika ditanya mengapa mencari mbak Dika terus menerus, dia bilang mau bertanggung jawab terhadap bayi yang dikandung mbak Dika.” Dina menarik napas sebentar.
“Mas Ibas enggak tahu kalau mbak Dika langsung diusir papa dan mama sejak mereka tahu mbak Dika hamil,” tanpa bisa di rem Ardina menceritakan masa lalu kakaknya pada Endro. Dia tahu Endro adalah sahabat kakaknya.
‘Jadi Ibas selalu mencari Laras? Dan dia juga mau tanggung jawab? Mengapa ketika itu Laras memberitahu kalau Ibas memberinya uang untuk menggugurkan kandungannya? Ada rahasia apa yang tidak aku tahu? Apa yang Laras sembunyikan? ’ Endro berpikir mengingat kisah masa lalunya.
‘Mengapa Dina enteng saja menceritakan kehamilan Karas pada orang lain? Selain denganku, apa banyak teman Laras yang diberitahu tentang kehamilannya?’ pikir Endro lebih lanjut.
“Jadi sampai sekarang Dika belum ketemu?” tanya Endro memancing Dina.
“Belum Mas. Mbak Dika seperti hilang ditelan bumi,” balas Dina. Dia tak tahu kalau Dika kakaknya memang benar-benar telah ditelan bumi.
“Mas Nan, kamu mau disini atau ikut kami?” tanya Bagas yang hendak mengantar Seto mengubur ari-ari bayinya.
“Ikut Mas,” balas Endro cepat. Dia tak ingin ngobrol dengan Dina lagi.
“Maaf, saya mau pulang,” Endro memberitahu Ardina dan segera berlalu mengikuti kedua adik sepupunya.
***
“Habis mborong apa dengan pacarmu ditoko buku kemarin?” Serena kaget pagi-pagi saat baru datang monster tengil sudah menyemprotnya dengan tuduhan dia pacaran.
“Biasa Pak. Pacar saya mahasiswa kedokteran, dia suka cari literatur terbaru. Tiap bulan dia mborong buku buat dia kunyah,” sahut Serena sambil mengikuti bossnya kedalam ruang kerja sang boss. Seperti biasa tugas rutinnya adalah membacakan jadwal harian sang boss yang dia beri julukan monster tengil.
Jawaban Serena langsung membuat darah Firza mendidih melebihi 100° C. Mungkin bisa sampai 1000° C. Entah mengapa dia tak suka bila sekretaris seksinya itu memiliki pacar. Serena memang bukan gadis langsing. Dia big size tapi tetap saja bodynya berbentuk. Dan itu sangat disukai oleh Firza. Selain memang keahliannya dalam bekerja.
Gadis ini dia pilih karena kemampuan otaknya, bukan seperti sekretaris-sekretaris sebelumnya yang hanya bertahan paling lama satu bulan. Semua hanya mengandalkan kemampuan bahasa inggris dan wajah cantik saja.
Sekretaris sebelumnya ada yang bekerja satu minngu, tiga minggu dan paling lama satu bulan. Dalam kurun waktu empat bulan kerja, Firza mengganti enam orang sekretaris sebelum bertemu dengan Serena di ruang HRD yang sedang memberi copy ijazahnya untuk penyesuaian peringkat di kantor itu.
Firza membaca selintas Serena mahir berbicara Arab, Jepang, Mandarin selain Inggris. Dia juga melihat nilai akademik Serena sangat sempurna. Itu sebabnya esoknya Serena langsung diminta menjadi sekretaris Firza sang bujangan most wanted yang terkenal dingin.
“Anak mahasiswa aja dibanggain.” ejek Firza merendahkan pacar Serena yang masih anak kuliahan.
“Biar anak mahasiwa juga pacar saya enggak nadah duit orang tua. Dia punya penghasilan sendiri,” Serena makin keqi. Dia lupa harus membacakan jadwal kerja si monster tengil. Dia baru tersadar saat office boy yang biasa membuatkan kopi untuk Firza minta izin masuk dengan mengetuk pintu ruangan itu.
“Ini jadwal Bapak hari ini,” lalu Serena membacakan jadwal Firza sesudah si office boy keluar ruangan.
Firza memang bukan boss seperti di novel yang meminta sekretaris membuatkan kopi untuk bosnya. Tugas membuat kopi adalah tugas office boy.
“Kenapa saya yang harus meeting dengan Angkasa Perkasa? Bukankah itu tugas CEO?” Firza berkerut keningnya mendengar jam sebelas dia harus mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan ayahnya. Pemilik perusahaan ini.
“Bapak Faisal sedang berlibur dengan ibu sejak semalam. Jadi beliau memerintahkan Bapak bertemu dengan pak Angkasa membahas kerja sama sekalian makan siang,” jawab Serena.
Faisal Trias Pratiaksa ayah Firza Yudhasmara memang sengaja membuat janji itu. Dia ingin agar Firza berkenalan dengan Elisa Nursanty putri kedua dari sahabatnya Angkasa Perkasa.
“Batalkan saja, tunggu sampai pak Faisal kembali,” dengan seenaknya Firza mengatur perubahan jadwal yang usah diatur oleh Serena.
“Baik …,” belum selesai Serena bicara ponselnya berbunyi dengan nama Faisal sebagai pemanggil.
“Selamat pagi pak Faisal,” Serena mengangkat telepon tanpa minta izin pada Firza sebagai bossnya langsung.
“Baik Pak,” Serena menjawab cepat.
“Pak, pak Faisal meminta Bapak mengangkat telepon darinya sekarang,” Serena langsung memberitahu Firza permintaan boss besarnya. Kalau tak berpesan melalui Serena, kadang Firza sering mengabaikan bila ditelepon ayahnya.
Dan benar saja ponsel Firza bergetar karena ada panggilan. Serena langsung keluar karena dia tak ingin dibilang kepo dengan percakapan ayah dan anak itu. Nanti dia akan bertanya apakah pembatalan pertemuan dengan pak Angkasa akan tetap dilakukan.
“Iya Bang?” Serena mengangkat telepon dan Arie. Lalu seperti biasa mereka menggunakan bahasa Mandarin agar tak banyak yang tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
\===============================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments