Bab 2

Bab 2

Malam itu Devan mengantar pulang Nafisa ke rumahnya, setelah dia melamar wanita yang sudah setahun menjadi kekasihnya itu. Pada saat di perjalanan pulang tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya.

"Halo, Rian, ada apa?"

"Van, lo sekarang ada di mana?"

"Gue di jalan, emang ada apa?"

"Ketemu di tempat biasa, ya? Ada yang kabar yang mau gue sampein."

"Oke!"

Setelah memutuskan panggilan itu Devan segera meluncur ke tempat di mana hanya orang-orang ber-uang yang bisa masuk ke sana.

Tidak sampai tiga puluh menit Devan sampai di depan gedung tiga tingkat itu dan langsung keluar dari dalam mobil.

Tempat itu adalah sebuah bar yang dikhususkan untuk para orang kaya yang membutuhkan tempat VIP untuk bersenang-senang.

Devan masuk ke dalam tanpa harus mengeluarkan tanda pengenal karena dia sudah dikenal di tempat itu. Pemilik bar itu adalah sahabatnya sendiri, Alex. Dan biasanya mereka berkumpul di saat akhir pekan.

Namun semenjak Devan menjalin hubungan dengan Nafisa, pria itu sudah jarang ke bar itu walau sekedar nongkrong dan menghabiskan secangkir kopi.

"Hai, bro! Wah sekarang udah jarang kelihatan," sapa Alex.

"Iya, gue sibuk akhir-akhir ini, biasalah, jadi presdir itu banyak tanggung jawabnya," jawab Devan.

"Iya, sibuk pacaran juga," sindir Vero.

"Jadi lo udah beneran move on dari Cintami?" ucap Rian membuat Devan langsung menatapnya.

"Wah gak nyangka, ternyata lo bisa juga ngelupain perasaan lo ke Cintami ya, padahal dulu lo kan cinta mati sama dia?" kini Alex yang berucap.

Devan hanya diam tanpa tau harus menjawab apa.

Cintami Aurora adalah cinta pertama Devan yang merupakan sahabat masa kecilnya, mereka berlima, Devan, Cintami, Rian, Alex, dan Vero sudah bersahabat sejak jaman SD hingga SMA. Cintami memutuskan untuk pergi studi ke luar negeri demi mengejar mimpinya. Cintami mengabaikan Devan dan memilih pergi, padahal waktu itu Devan sangat membutuhkannya.

Hal itu membuat Devan patah hati yang sedalam-dalamnya, sang wanita pujaannya lebih mementingkan karir daripada cintanya.

"Gue udah move on dari dia, sekarang gue punya Nafisa di hidup gue," jawab Devan datar.

"Lo yakin cinta sama Nafisa sekretaris lo itu, atau lo hanya menganggap dia sebagai pengganti Cintami karena mereka berdua sangat mirip?" tanya Rian.

Deg!

Jantung Devan tiba-tiba berdetak kencang, benar yang dikatakan oleh Rian, bahwa Nafisa memang sangat mirip dengan Cintami. Bahkan bukan hanya wajahnya namun sikap dan sifat Nafisa hampir serupa.

Jujur awalnya Devan memandang sosok Nafisa itu seperti Cintami, tapi berjalan dengan seiringnya waktu Devan jatuh cinta dengan Nafisa yang seperti Cintami.

"Jadi sebenarnya kamu jadian sama Nafisa karena memang kamu beneran cinta, ‘kan?" Vero ikut bertanya.

Di sini Devan hanya diam saja, hatinya tiba-tiba merasa bimbang. Dia juga tidak bisa menjawab pertanyaan para sahabatnya itu.

Apakah dia mencintai Nafisa hanya karena wanita itu mirip dengan Cintami, ataukah memang dia memang benar-benar mencintai Nafisa dari lubuk hatinya.

"Gue punya kabar, Cintami udah kembali ke Jakarta dan dia hubungi gue dua hari yang lalu, Cintami nanyain lo, bro!" Rian menepuk bahu Devan.

Membuat pria itu menoleh seketika. "Kenapa dia gak langsung ngabarin gue? Kenapa ke elo?" tanya Devan.

Rian, Vero, dan Alex saling memandang. "Lo udah mutusin kontak sama dia selama bertahun-tahun, Cintami tahu kalau lo marah sama dia, dan waktu dia mau balik ke sini, dia ngabarin gue karena gak berani kasih kabar ke elo langsung, Van!" jawab Rian.

Devan mengusap wajahnya kasar, jujur setelah mendengar kabar Cintami yang sudah ada di Jakarta membuatnya ingin bertemu dengan wanita itu.

Sejatinya Devan tidak benar-benar bisa move dari sosok Cintami Aurora, wanita yang begitu baik, cantik, cerdas, dan perhatian. Hanya Cintami yang membuat Devan bucin dan menggila.

Tiba-tiba terdengar bunyi panggilan di ponsel Rian.

"Cintami telepon gue, kalau lo masih mau ketemu sama dia dan memaafkannya, angkat teleponnya!" ujar Rian menyodorkan ponsel pada Devan.

Akhirnya setelah beberapa detik berpikir keras, Devan mengambil ponsel Rian.

"Halo, Rian!"

Deg!

Suara itu, Devan sangat merindukannya.

"Halo, Cintami!"

*

Devan menatap wanita di depannya ini dengan tatapan yang sulit diartikan. Sudah sepuluh tahun berlalu, Cintami nampak semakin dewasa dan cantik. Auranya semakin terpancar dan tentu saja membuat Devan terpana.

Masih ada sisa-sisa perasaan cinta itu di hati Devan untuk wanita di hadapannya ini. Namun dia juga sudah memiliki Nafisa di hidupnya, bahkan Devan sudah melamar Nafisa.

"Apa kabar, Devan?" sapa Cintami tersenyum.

Devan hanya bisa tersenyum. "Kabarku baik-baik saja," jawab pria itu kaku.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Octavia Muliani

Octavia Muliani

🌹🌹🌹

2022-12-05

1

Tari Gan

Tari Gan

kasian nafisa nya kalo gitu,di PHP in

2022-10-22

1

Entin Fatkurina

Entin Fatkurina

next next next next next next

2022-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!