Seminggu telah berlalu tanpa hasil yang signifikan. Zafer putus asa memikirkan bagaimana cara menyingkirkan Tsamara dalam hidupnya.
Belum lagi fakta bahwa akhir-akhir ini Rayya selalu mengomel dan menanyakan kapan semua ini akan berakhir.
Kekasihnya mengatakan bahwa dia tidak tahan berpisah untuk waktu yang lama dan ingin segera bertemu dengannya lagi.
Tentu saja Zafer menginginkan hal yang sama, tetapi wanita itu sendiri tahu bahwa Zafer tidak dapat memenuhi keinginannya sebelum rencananya berhasil.
Lagi pula, Zafer juga mengatakan bahwa batas waktu mereka untuk tidak bertemu adalah satu bulan. Jadi Zafer masih harus menunggu beberapa saat sebelum keduanya bisa bertemu kembali.
Sejujurnya, minggu ini kepala Zafer rasanya mau meledak. Ia memiliki begitu banyak hal dalam pikirannya dan juga berada di bawah banyak tekanan dari segala arah.
Ia diminta oleh sang ayah untuk mengerjakan proyek penting yang akhirnya mengharuskan Zafer melipatgandakan perhatiannya untuk bekerja karena tidak ingin mengecewakan papanya.
Alasan lainnya adalah tidak ingin kehilangan warisannya jika tidak bisa menangani proyek ini.
Zafer sangat sibuk akhir-akhir ini. Alih-alih berpura-pura sibuk seperti beberapa hari yang lalu, kali ini benar-benar sibuk dan ada hal penting yang harus dilakukan.
"Sayang, bukankah aku sudah memberitahumu bahwa kita belum bisa bertemu satu sama lain sebelum sebulan?"
Saat ini, Zafer sedang menelepon Rayya, pacarnya, saat jam istirahat kantor.
Mendengarkan ratapan wanita yang sama seperti hari sebelumnya, bertanya-tanya kapan mereka akan bertemu. Lagipula, baru enam belas hari sejak Zafer mengatakan bahwa mereka harus menjauh untuk sementara waktu.
"Tapi aku merindukanmu. Tidakkah kamu merindukanku seperti biasanya ketika aku tidak di sisimu sekarang?
Rayya menuduh dari ujung telpon, menyebabkan Zafer menggeram kesal.
'Aku tidak bisa begitu saja meledak dan memarahinya. Aku tidak bisa melakukan itu atau ia akan marah padaku.'
Zafer mencoba mengingatkan dirinya sendiri, karena jika Rayya marah, seluruh pertarungan ini hanya akan menjadi lebih buruk.
"Sayang, kamu tahu, tidakkah kamu tahu bahwa aku tidak bisa jatuh cinta dengan wanita cacat seperti dia?"
Terlihat Zafer mengacak frustasi rambutnya sendiri, sudah pusing karena pembicaraan yang tak ada habisnya.
Sekarang jam istirahat kantor, mungkin Rayya telah selesai makan siang di perusahaan dan sekarang berada di salah satu ruangan, lalu mengungkapkan banyak kecurigaan padanya.
Namun, tolong pikirkan juga kondisi perut Zafer saat ini. Ia bahkan nyaris tidak meninggalkan ruang pertemuan pertama dan langsung menghubungi Rayya karena wanita itu terus mengirim pesan dan panggilan tak terjawab ke nomornya.
Zafer sekarang harus menghubungi Rayya dan menunda untuk makan siang. Sebelum akhirnya mengisi ulang tenaga dan harus kembali ke rapat yang sedang tertunda.
Ketika Zafer melihat arlojinya, menyadari bahwa hanya tersisa lima menit sebelum rapat dimulai.
Zafer menghabiskan lima belas menit dari istirahatnya hanya untuk mendengarkan pembicaraan Rayya, yang hanya membuat kepalanya semakin panas.
"Zafer, aku melakukan ini hanya karena merindukanmu. Aku tidak bisa menahan semua kerinduan di hatiku lagi dan kita harus segera bertemu. Datanglah ke apartemenku malam ini atau jika bisa, aku akan datang ke rumahmu."
"Tidak! Jangan lakukan itu!" Zafer menjawab dengan cepat.
"Jangan melakukan hal sembrono seperti itu atau semua rencanaku akan berantakan!" lanjutnya dengan tegas.
“Rencana apa? Sebenarnya sudah hampir setengah bulan, tapi aku tidak melihat ada kemajuan dalam rencanamu. Kamu terus memintaku untuk menunggu setiap hari tidak peduli bagaimana perasaanku. Aku benci harus menunggu dan benar-benar lelah. " Aku sudah tidak tahan lagi, Zafer," jawab Rayya marah dari ujung telpon.
Itulah yang mereka sebut setiap hari dalam seminggu terakhir. Hanya penuh amarah dan teriakan karena sama-sama frustasi dengan keadaan.
Tepat ketika Zafer hendak menanggapi kekesalan Rayya, di saat bersamaan ada ketukan di pintu dan kemudian sang sekretaris utamanya, yang mengatakan bahwa pertemuan akan segera dimulai lagi.
"Tuan Zafer, saya ingin mengingatkan Anda bahwa rapat akan dimulai lagi dalam tiga menit. Anda tidak boleh terlambat karena rapat ini diawasi langsung oleh tuan Adam," ucap wanita dengan seragam berwarna hitam tersebut.
Tentu saja hal itu langsung membuat Zafer merasa seolah-olah sebuah batu besar akan menghantam, membuat bahunya terasa lebih berat.
Zafer tidak menanggapi secara lisan sekretarisnya, hanya mengangguk kecil dan langsung memberi isyarat agar wanita itu segera meninggalkan ruangan karena masih ada panggilan penting dengan Rayya.
"Sayang, maaf. Aku harus pergi sekarang karena rapat akan segera dimulai. Akan ada papaku yang akan mengawasi rapat. Jadi, aku tidak bisa melewatkannya. Aku akan menelponmu nanti jika sudah ada waktu luang. Aku mencintaimu".
"Zafer, jangan tutup dulu! ZAFER!"
Zafer tidak peduli lagi. Ia meminta maaf dalam hati karena tidak bisa berbicara dengan Rayya lagi. Kemudian, akan meminta maaf kepada wanita itu setelah menyelesaikan semua pekerjaan dan berbicara dengannya lagi.
Namun, tidak sekarang, Zafer menemukan dirinya dalam nasib yang akan menentukan hidup atau matinya sekarang.
Warisan dan kekayaan akan selalu menjadi prioritas nomor satu Zafer. Tentu saja ia tidak ingin kehilangan semua kemewahan yang dimiliki sebagai seorang anak.
Tidak mudah hidup susah dan ia benci menjadi miskin. Oleh karena itu, setiap kali papanya memberinya tugas yang berkaitan dengan warisan, akan berusaha sebaik mungkin untuk melakukannya dengan baik agar tidak mengecewakan dan yang lebih penting, tidak kehilangan warisan.
Ada dua menit tersisa sebelum pertemuan kedua dimulai. Zafer melirik sekilas ke kotak makan siang di mejanya. Berpikir tidak akan ada cukup waktu untuk mendapatkan satu gigitan dari sana.
Bahkan sekarang berteriak marah, kesal dengan situasi bahwa ia benar-benar tidak berpihak padanya.
“Sial! Hidupku sangat buruk akhir-akhir ini! Mengapa semuanya menjadi begitu berat? Aku benci ini!"
Merasa tidak punya pilihan lain, Zafer akhirnya mengabaikan kotak makan siang itu dan memutuskan untuk segera meninggalkan ruangan kerja. Ia kembali ke ruang pertemuan utama untuk melanjutkan apa yang telah tertunda.
Tidak peduli isi perutnya berteriak untuk diisi, Zafer hanya berusaha minum sebanyak mungkin agar perutnya bisa terisi terlebih dahulu. Ia berniat akan langsung makan saat rapat selesai.
Dua jam pun telah berlalu dengan cepat, tapi sayangnya itu terlalu berat bagi Zafer yang baru saja menyelesaikan pertemuan terakhir untuk melanjutkan proyek yang diberikan papanya.
Pada pertemuan kedua, Zafer harus mati-matian menahan rasa laparnya dan menahan gemuruh perutnya yang terdengar beberapa kali.
Pagi ini ia melewatkan sarapan karena bangun terlambat, jadi harus langsung ke kantor.
Zafer telah memarahi Tsamara pagi ini dan menyalahkan wanita itu karena tidak membangunkannya sampai harus terlambat. Padahal ada pekerjaan penting yang menunggunya di kantor.
Padahal, seharusnya ia tidak memarahi Tsamara karena apa yang terjadi pagi ini bukan seratus persen salah wanita yang berstatus sebagai istri di atas kertas itu.
Hingga saat ini, Zafer selalu membantah kehadiran Tsamara di sekitarnya. Ia meminta wanita itu untuk tidak pernah memasuki kamarnya dan menyentuh barang-barangnya yang ada di sana lagi.
"Ini semua gara-gara wanita cacat tidak berguna itu. Aku benar-benar sangat sial karena berakhir menikah dengan wanita yang bahkan tidak pernah kucintai dan merelakan Rayya harus merasakan kesedihan karena tidak bisa lagi bertemu denganku."
"Aku harus segera membuat wanita itu angkat kaki dari rumah!" sarkas Zafer yang kini menggebrak meja hingga semua barang yang ada di sana seketika bergetar.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments