Mengalihkan perhatiannya dari sosok Zafer dan juga ayah mertua yang sedang berbincang di depan mereka, Tsamara menoleh ke seorang wanita paruh baya yang merupakan ibunda sang suami yang kini tengah menggendong putranya— Keanu.
Tsamara berusaha mengatur ekspresinya agar tidak terlihat sedih atas perbuatan Zafer beberapa waktu lalu, ia berusaha tegar agar wanita itu tidak terlihat curiga dengan tingkahnya sekarang.
Tsamara masih ingat dengan jelas ancaman seperti apa yang diberikan Zafer padanya dan ia tidak boleh menganggap enteng ancaman ini.
Zafer tidak pernah mempermainkan kata-katanya. Pria itu pasti akan menghancurkannya jika membuka mulutnya tentang perselingkuhan pria itu dengan wanita bernama Rayya.
"Kamu terlihat sangat berantakan, Mara." Mama Zafer berbicara saat mendekati menantunya.
Bahkan senyum tipis muncul di bibirnya dan jika Tsamara membacanya adalah senyum yang menggoda karena apa yang mereka saksikan beberapa waktu lalu.
Ah ... Tsamara baru sadar, itu artinya orang tua Zafer benar-benar termakan kebohongan yang dibuat pria itu beberapa waktu lalu.
Wanita itu akhirnya tidak bisa menahan senyum canggung. Merasa malu, baik untuk wanita paruh baya atau untuk dirinya sendiri.
Dalam lubuk hatinya, Tsamara meminta maaf karena secara tidak langsung telah turut andil dalam kebohongan tersebut.
"Maaf, Nyonya. Aku lupa kalau kalian akan datang. Sebenarnya tadi sedang menunggu di ruang tamu, tapi tiba-tiba suami datang dan itu semua terjadi secara tiba-tiba."
"Maaf, sudah terlambat untuk membukakan pintu." Tsamara menambah kebohongan lagi ketika dari sudut matanya menangkap sosok Zafer di ujung sana, yang sedang menatapnya dengan sorot mata maskulin yang tajam.
"Kenapa kamu masih memanggilku nyonya, Sayang? Aku mertuamu. Panggil aku Mama. Kurasa akan lebih baik jika kamu memanggilku dengan itu."
"Buatlah dirimu nyaman dan jangan merasa tidak enak karena kamu sudah menjadi bagian dari keluarga besar Dirgantara."
Tsamara hanya bisa tersenyum. Sementara dalam hatinya tergerak karena kehadirannya diterima oleh orang tua suaminya. Terlepas dari kenyataan bahwa sang suami sendiri mengabaikannya.
'Tuan dan nyonya adalah orang yang benar-benar baik dan bertanggung jawab. Mereka bahkan tidak malu memiliki menantu yang cacat sepertiku dan yang mereka tekankan disini adalah rasa tanggung jawab yang seharusnya dimiliki Zafer sebagai pelakunya.'
Juga, itulah cara terbaik, dari pada Zafer harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di penjara. Meski orang kaya bisa menggunakan uang untuk menyuap pejabat dan hukum, sangat mengapresiasi niat baik mertuanya yang tidak menggunakan cara kotor seperti itu.
Meski harus mengesampingkan perasaannya yang saat ini sedang kacau dan sakit akibat perbuatan terlarang suami di depan matanya.
"Baiklah. Aku akan memanggil Mama sekarang," jawab Tsamara malu-malu.
Tsamara tidak bisa menolak karena tidak ingin menyakiti wanita yang baik hati itu.
“Jangan lupa panggil suamiku papa juga. Ia pasti senang mendengarnya. Jangan malu atau takut. Kami berdua sangat senang karena kamu mau menerima pernikahan ini dan menjadi menantu kami," ucap wanita paruh baya itu yang langsung mendapat anggukan cepat dari Tsamara.
'Betapa mulianya hati mama dan papa. Meski berasal dari keluarga kaya, mereka sama sekali tidak sombong. Bahkan rela memperhatikan dan mau menerimaku dengan kondisi seburuk ini.'
'Namun, putranya sebenarnya memiliki sifat yang berlawanan dengan orang tuanya. Aku benar-benar tidak mengerti mengapa mereka terlihat sangat berbeda,' gumam Tsamara dalam hati sambil menatap Zafer dan orang tuanya.
"Sepertinya Keanu sangat merindukanmu."
Perhatian Tsamara langsung tertuju pada anak laki-laki kecil di gendongan ibu mertuanya yang bernama Erina Dirgantara.
Tsamara kini mengulurkan tangannya untuk meminta anaknya digendong. Tentu saja, Erina berbicara langsung kepada bocah itu tanpa mengatakan apa-apa.
"Sayang, anak Mama." Tsamara langsung memeluk putranya yang sangat ia rindukan.
Belum lama mereka berpisah, hanya beberapa hari saja. Namun, merasakan kerinduan di hati saat melihat anaknya kembali.
Keanu adalah satu-satunya alasan Tsamara menyetujui pernikahan ini karena khawatir dengan masa depan putranya.
Tsamara rela menanggung semua perlakuan buruk Zafer hanya karena ingin anaknya selalu baik-baik saja dan tidak malu meski memiliki ibu yang cacat.
"Kenapa kamu menangis, Sayang? Apakah Keanu sudah makan? Mama sangat merindukanmu." Tsamara mengusap wajah anaknya dengan gerakan lembut.
Keanu yang saat ini dalam pelukannya hanya bisa menatap wanita yang merupakan ibunya dengan senyuman lebar.
Bahkan anak enam tahun tertawa, senang melihat ibunya lagi. Sebelumnya, Keanu cerewet dan sepertinya merindukan ibunya, sehingga Adam dan Erina membawanya ke sini.
Keanu mengatakan sesuatu yang membuat semua orang tahu bahwa ia tampak senang akhirnya bisa bertemu kembali dengan mamanya yang sangat dirindukan. Bahkan sekarang, Keanu juga tidak menangis lagi karena hanya senyum lebar menyambut Tsamara.
"Maaf kalau putraku terlalu merepotkan Mama. Dia benar-benar manja. Apalagi jika aku tidak berada di sisinya untuk waktu yang lama," jelas Tsamara sambil meminta maaf.
Sementara itu, Erina langsung menggelengkan kepalanya pelan. Mengatakan bahwa tidak mempermasalahkan sikap Keanu karena menurutnya itu wajar.
"Mama baik-baik saja. Sebenarnya sangat senang karena ada tamu kecil yang sangat menggemaskan di rumah. Kami mencoba mengalihkan perhatiannya dari hal-hal lain sebelumnya, tetapi Keanu masih menangis."
"Jadi kami membawanya ke sini segera karena sepertinya sangat merindukanmu."
“Semua itu karena jarang meninggalkannya Ma,” kata Tsamara yang sibuk membelai lembut punggung putranya di pangkuan.
Kedua wanita itu menatap wajah Keanu yang masih tersenyum lebar saat mendengarkan anak laki-laki itu berbicara.
Kebahagiaan anak kecil itu sudah lebih dari cukup, selama tidak melihatnya menangis lagi, Erina sudah merasa lega sekarang.
Di sisi lain mereka, sekarang Zafer terlihat memperhatikan percakapan keduanya, sehingga tidak mendengar kata-kata sang papa dengan baik. Ia dari tadi tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Tsamara.
Tentu saja, untuk alasan yang sangat jelas, takut jika wanita itu akan mengatakan hal seperti itu kepada mamanya.
Zafer memperhatikan semua gerakan yang dilakukan Tsamara dan memastikan bahwa wanita itu tidak berani membuka mulut atas apa yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu.
Kalau boleh jujur, Zafer sebenarnya cukup khawatir karena tidak tahu apakah Tsamara orang yang penurut atau tidak. Ia sangat takut wanita itu akan berbicara dan pasti ayahnya akan langsung mempercayainya.
Zafer merasa telah bersusah payah mengancam wanita itu. Bahkan mengancam akan menyakiti putranya agar menutup mulut. Namun, Zafer tidak tahu pasti apakah ancamannya efektif atau tidak, karena juga tidak tahu apa kelemahan Tsamara yang sebenarnya.
Zafer tidak bisa tenang sebelumnya. Ia bahkan kesulitan mengalihkan pandangannya dari mereka di sudut sofa. Mereka mengobrol secara terpisah. Tsamara dengan mamanya dan ia dengan papanya.
'Bagaimana jika wanita cacat itu berani menceritakan semuanya kepada mama? Apa yang harus aku lakukan jika memberi tahu bahwa ada wanita lain di rumah ini?'
'Aku benci memikirkan ini. Si lumpuh tak berguna itu benar-benar membuatku gelisah. Akan lebih baik jika segera menyingkirkannya dari hidupku, sehingga semuanya bisa kembali seperti semula.'
Zafer benar-benar ketakutan. Tentu saja takut kehilangan kepercayaan ayahnya. Namun, yang lebih membuatnya takut adalah bagaimana jika semua aset yang dimiliki benar-benar hilang dan tidak dikembalikan?
Ia bisa menjadi gelandangan jika Tsamara berani mengungkapkan semuanya.
Adam sangat mempercayai Tsamara yang hanya orang lain, melebihi anaknya sendiri. Semua ini karena selama ini sikapnya selalu berbuat sesuka hati.
Seolah sangat mustahil sang papa percaya pada perkataannya jika yang dilihat selama ini adalah Zafer memiliki karakter yang buruk.
Hal itulah yang membuat Zafer harus sangat berhati-hati saat berada di depan orang tuanya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments