Sifat buruknya berkembang seiring berjalannya waktu, akibat masa kecilnya yang juga berkali-kali dimanjakan dan tidak pernah dimarahi ketika melakukan kesalahan.
Putra Adam Dirgantara itu baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi kerjanya. Ia mengambil napas dalam-dalam.
Zafer saat ini sedang berusaha menenangkan diri terlebih dahulu karena akan ada rapat penting jam delapan.
Ia tidak bisa mengadakan pertemuan dengan hati seperti ini atau segalanya akan menjadi buruk.
"Huh, ini semua karena wanita yang tidak mengenal dirinya sendiri. Aku bertanya-tanya, apakah dia benar-benar bodoh atau tuli, atau mungkin keduanya? Ia cacat, tapi juga tidak bisa mendengar dengan baik."
"Sebenarnya untuk apa ia hidup kalau hanya menjadi beban orang lain? Apalagi menjadi beban bagiku."
Zafer masih belum menyelesaikan semua hinaan yang dilontarkan pada sosok Tsamara, meski wanita itu tidak ada di hadapannya. Namun, sepertinya belum puas mencaci maki wanita yang membuatnya stres dengan semua ini.
“Aku harus menemukan cara lain untuk menyegarkan pikiranku tentang wanita sialan itu! Jika terus memikirkannya, hanya akan kesal dan segalanya akan menjadi rumit ketika meeting."
"Akan buruk jika papa mengetahui bahwa pertemuan itu hancur karena aku," kata Zafer pada diri sendiri.
Ia tidak perlu berpikir panjang untuk menemukan cara karena satu-satunya orang yang dapat dengan mudah mengalihkan perhatiannya adalah Rayya.
“Ah ya, lebih baik aku menelepon Rayya sekarang, agar bisa mendengar suaranya. Hanya ia yang bisa memperbaiki suasana hatiku."
"Selain itu, aku juga harus memberitahunya bahwa tidak bisa melihatnya untuk sementara waktu karena papa."
Zafer mengacak rambutnya frustasi. "Aku yakin ia akan marah padaku. Apa yang harus aku lakukan? Segalanya benar-benar menjadi gila sejak tragedi kecelakaan sialan itu!"
Zafer juga ingat bahwa benar-benar harus memberitahu Rayya untuk tidak bertemu dengannya sementara waktu.
Sekarang, ia telah memikirkan rencana ini sejak pertama kali membaca kontrak yang diberikan ayahnya tentang warisannya.
Zafer telah membuat rencana untuk memenangkan hati papanya terlebih dahulu. Tentu saja, untuk membuat papanya percaya bahwa sangat mencintai Tsamara dan membangun hubungan pernikahan yang baik dengannya.
Zafer harus memenangkan hati pria paruh baya penguasa itu terlebih dahulu untuk membuat segalanya lebih mudah.
Selanjutnya, juga akan menjalankan rencananya untuk mencari cara agar Tsamara dibenci oleh keluarganya.
Zafer dengan seribu satu trik untuk bisa melenyapkan seseorang dari muka bumi ini. Mulai mencari rencana yang paling tepat untuk membuang Tsamara sekaligus wanita yang disebutnya cacat.
Ia berpikir bahwa wanita cacat tidak boleh berada di sisinya dan berharap bisa kembali ke kehidupan bebasnya.
Karena kekayaan yang dimiliki keluarga Zafer bukan milik Tsamara. Aapalagi harta warisan yang telah menjadi namanya tidak boleh jatuh ke tangan orang lain.
Tsamara yang baru masuk keluarga Dirgantara, seharusnya tidak bisa mendapatkan semuanya dengan mudah.
Zafer tidak akan membiarkan wanita itu mengatur rumah keluarganya, bahkan hartanya.
Ia berjanji untuk membuatnya mengerti bahwa keputusannya untuk menikah dengannya adalah pilihan yang sangat salah karena akan selalu membuat pernikahan ini menjadi neraka baginya.
Akhirnya Zafer mengeluarkan ponsel dari saku celananya, berniat menghubungi Rayya langsung pagi ini. Ia tidak akan langsung mengatakan apa yang ingin dibicarakan.
Jika Zafer memberitahunya lebih awal, mungkin akan menolak untuk bertemu dengannya.
Lebih baik menjelaskannya secara langsung, sehingga bisa langsung menghiburnya jika nanti Rayya marah padanya. Ia harus bisa membuat pacarnya mengerti bahwa rencana yang dibuat adalah yang paling tepat dan demi kebaikan bersama.
Juga, ini semua dilakukan oleh Zafer agar nanti Rayya bisa dengan mudah bertemu lagi dengannya, sehingga pertemuan mereka bisa berjalan normal seperti biasa, tanpa harus bersembunyi lagi.
Zafer bisa memikirkan kemarahannya nanti. Sekarang baginya adalah saat pertama kali ia mendengar suara Rayya yang sangat dirindukan.
Panggilan tersambung tak lama setelah melihat daftar nomor Rayya untuk mencari nama kontak yang bertuliskan "sayang" di ponselnya.
Tak butuh waktu lama karena pada deringan ketiga, panggilan itu langsung dijawab oleh pemilik nomor tersebut.
"Selamat pagi, Sayang," sapa Zafer dengan suara yang begitu lembut dan manis.
"Selamat pagi, Zafer," balas Rayya semakin memperlebar senyum di seberang telpon.
Zafer merasa kekasihnya sepertinya tidak lagi marah padanya atas kejadian kemarin.
"Kenapa kamu meneleponku sepagi ini? Bukankah kamu biasanya keluar pada siang hari?" Rayya bertanya di telpon.
"Ya, aku harus menghadiri rapat penting hari ini karena papa juga mengawasi. Jadi, aku tidak bisa melewatkan rapat."
“Lagipula, aku juga tidak nyaman berada di rumah itu. Aku benci melihat wajah wanita lumpuh itu. Akan lebih baik jika aku melihat wajahmu tepat saat membuka mata, lalu setelah kita berdua bangun. Menikmati pagi yang indah dengan berciuman dulu."
Rayya menatap malas ke sisi lain ketika mendengar kata-kata Zafer.
"Bagaimana semua ini bisa terjadi jika kamu mengusirku dari rumahmu kemarin pagi?" Rayya mendengus kesal.
Wanita itu marah lagi setelah mengingat apa yang terjadi kemarin.
"Sayang, jangan marah dulu. Aku tahu kamu pasti sangat kesal kemarin. Maaf, aku harus menyuruhmu pergi karena tidak tahu papa dan mama akan datang ke rumah."
"Kamu tahu kalau papa tahu, pasti akan jadi rumit. Aku tidak mau kamu meninggalkanku. Makanya kita harus hati-hati," kata Zafer pelan. Berusaha menenangkan kekasihnya yang terdengar sangat marah di sana.
“Ini semua terjadi karena wanita lumpuh itu dan putranya! Aku bilang jangan menikahinya, tetapi tidak mendengarkanku!" Rayya masih marah dan mengungkapkan semua emosinya kepada Zafer.
Tidak, bukan ini yang diinginkan Zafer. Ia menghubungi Rayya agar mereka bisa mengobrol dengan baik dan mendengarkan suaranya yang menenangkan.
Zafer tidak menelponnya karena ingin mengganggunya. Kemarahan Rayya adalah salah satu hal yang tidak diinginkan Zafer.
"Maaf, Sayang? Maafkan aku karena kejadian itu sendiri sudah berakhir. Kamu tahu sendiri bahwa aku harus menikahinya, atau akan kehilangan seluruh warisanku. Kamu tidak menginginkan itu, kan?"
Rayya cemberut di mana ia berada. Tentu saja, Zafer tidak akan pernah bisa melihatnya, tapi benar-benar merasa tidak tenang.
'Aku tidak akan membiarkan Zafer kehilangan semua hartanya. Aku seharusnya tidak egois memikirkan perasaanku sendiri karena ia pasti sudah berusaha melakukan yang terbaik.'
'Aku mencintainya dan juga menyukai hartanya. Aku harus menikah dengan Zafer dengan semua kekayaan yang dimiliki pria itu.'
Rayya tahu bahwa pernikahan itu juga bukan yang diinginkan Zafer. Kekasihnya terjebak oleh kesalahan yang telah dibuat.
Namun, Zafer juga sangat menyayangkan keputusan ayah pria itu untuk segera menikahkan putranya dengan wanita yang tidak begitu dikenal.
Meskipun posisi Zafer tengah memiliki kekasih, yaitu Rayya sendiri. Namun, kehadiran seolah tak pernah terlihat di mata seorang Adam Dirgantara.
'Harus dengan cara apa orang tua Zafer menyukaiku? Kenapa mereka tidak bisa menerimaku sebagai menantu? Bahkan aku harus bersaing dengan wanita cacat yang tidak selevel denganku,' gumam Rayya yang saat ini tengah mengumpat di dalam hati.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments