Beberapa jam sebelum acara pernikahan, Zafer yang sama sekali tidak bersemangat untuk pergi ke tempat kontrakan wanita yang akan dinikahinya, masih bermalas-malasan dengan tiduran di atas ranjang.
Meskipun saat ini, ia bisa mendengar suara dari para pelayan yang sedang sibuk dan ribut untuk menyiapkan semua hal yang berhubungan dengan pernikahannya seperti aneka hantaran dan makanan yang akan dibawa ke kontrakan wanita yang dinikahinya.
Ia yang saat ini memilih untuk menutup daun telinganya dengan bantal, agar tidak terganggu dengan suara dari orang tuanya yang sibuk memberikan perintah pada para pelayan, seolah sengaja berteriak-teriak di depan ruangan kamarnya agar ia terbangun dari tidurnya.
'Sial! Dari semalam, aku jadi tidak bisa tidur dengan nyenyak. Semua ini gara-gara wanita cacat dan miskin itu. Aku harus memberikan pelajaran padanya, agar menyadari posisinya. Bahwa ia tak lebih dari seonggok sampah di mataku,' gumam Zafer yang saat ini memilih untuk bangkit dari ranjang dan mengambil ponsel miliknya di atas nakas.
"Papa benar-benar sangat berlebihan karena langsung memberikan hadiah rumah untuk wanita miskin itu. Ia pasti sangat bangga dan senang karena berhasil mempengaruhi papa dan memberikan apapun yang diinginkan. Dasar wanita munafik yang matrealistis!"
"Aku akan membuatmu menyesal karena telah berani masuk dalam kehidupan Zafer Dirgantara!" umpatnya yang saat ini mengirimkan pesan pada sang kekasih, agar datang ke alamat rumah yang dikirimkan.
Tentu saja ia ingin menunjukkan posisi wanita yang sama sekali tidak diinginkan itu, agar sadar diri dan tidak menganggap bahwa ia mau menikah karena menyukai wanita itu.
'Kamu akan hidup menderita dan menuntut cerai karena tidak tahan denganku. Masalah pun selesai karena wanita cacat tidak berguna itu akan langsung menuntut cerai karena tidak akan tahan menjadi istriku. Apalagi jika ia melihatku tidur bersama dengan wanita lain di rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya.'
Baru saja Zafer selesai berbicara sendiri di dalam hati, ia mendengar suara gedoran pintu yang terdengar sangat memekakkan telinga.
"Zafer, cepat buka pintunya! Atau kudobrak pintunya!"
Suara bariton dari sang ayah, membuat Zafer terpaksa bangkit dari posisinya sekarang dan membuatnya menampilkan wajah masam.
'Apa yang diinginkan papa pagi-pagi begini? Bukankah acaranya masih dua jam lagi? Astaga, menyebalkan sekali,' sarkas Zafer yang saat ini sudah berjalan menuju ke arah pintu dan membuatnya mengerutkan kening, begitu melihat wajah garang pria paruh baya di hadapannya tengah memegang sebuah map.
Belum sempat ia membuka mulut untuk bertanya, merasakan map di tangan sang ayah sudah menghantam wajahnya.
"Astaga, Papa! Apa yang Papa lakukan sebenarnya?" Meraih map yang menutupi wajahnya dan membuat ia mengerutkan kening saat membukanya.
"Ini ...."
"Cepat tanda tangani surat perjanjian itu!" titah sosok pria yang saat ini tengah menatap ke arah putranya yang menurutnya sangat santai di hari menjelang pernikahan.
Selama beberapa hari Adam Dirgantara menasihati putranya agar bersikap baik pada wanita yang telah ditabrak hingga mengalami cacat.
Ia yang benar-benar merasa sangat berdosa karena merupakan ayah dari pria yang telah membuat nasib seorang wanita tidak bisa berjalan dan harus menghabiskan seluruh hidup di kursi roda, tidak ingin semakin menambah beban berat menantunya.
Akhirnya ia berinisiatif untuk membuat surat perjanjian, agar putranya tidak macam-macam dan membuat hidup wanita tidak bersalah itu menderita.
Bahkan ia mempunyai harapan besar pada menantunya, bahwa suatu saat nanti akan bisa merubah sikap buruk putranya yang suka mabuk-mabukan dan juga gemar melakukan **** bebas dengan para wanita.
Ia memang merasa telah gagal mendidik putranya yang dari dulu dimanja dengan selalu memenuhi apapun yang diminta karena berpikir merupakan putra satu-satunya. Tidak pernah menyangka jika yang dilakukan salah saat memanjakan putranya dan malah berakhir arogan dan selalu berbuat sesuka hati.
"Papa akan memberikan semua harta warisan yang harusnya untukmu, pada Tsamara jika sampai kamu menceraikannya. Papa sangat mengenalmu dan tahu bahwa kamu pasti hanya menganggap pernikahan ini hanyalah permainan semata."
"Jadi, untuk berjaga-jaga agar tidak ada hal buruk terjadi, kamu harus menandatangani surat perjanjian ini. Bahwa kamu tidak akan pernah menceraikan Tsamara apapun yang terjadi. Jika sampai itu terjadi, semua harta yang harusnya menjadi milikmu akan menjadi milik Tsamara."
Puas mengungkapkan apa yang saat ini ada di pikirannya, Adam Dirgantara kini menyerahkan pulpen pada putranya yang terlihat membulatkan mata saat membaca isi dari surat perjanjian itu.
"Papa benar-benar sudah gila! Kenapa Papa lebih mempercayakan harta pada wanita miskin tidak berguna yang bahkan baru beberapa hari ditemui dibandingkan dengan putra sendiri. Astaga, aku benar-benar bisa gila memikirkan kegilaan ini."
Saat Zafer merasa sangat frustasi karena seperti hidupnya dirantai oleh wanita yang bahkan membuatnya sangat ilfil dan muak. Apalagi saat membayangkan harus selamanya hidup bersama dengan wanita yang sama sekali tidak membuatnya tertarik.
'Bahkan meskipun wanita itu telanjang di depanku saja, aku tidak akan bernafsu padanya. Apa aku harus menghabiskan seluruh hidupku dengan wanita tidak menarik yang hanya membuatku merasa muak? Apa yang harus kulakukan?' lirih Zafer yang saat ini tengah berjalan mondar-mandir sambil memegang surat perjanjian di tangan kanan.
Melihat putranya berjalan seperti orang yang yang kebingungan dan membuang-buang banyak waktu, membuat Adam menepuk pundak kokoh putranya.
"Cepat tanda tangani karena Papa akan segera berangkat ke kontrakan calon istrimu. Kamu pun harus bersiap dan tidak boleh sampai terlambat karena jika berani tidak datang, semua harta yang harusnya menjadi milikmu akan jatuh ke tangan Putri dan putranya."
"Bahkan semua harta ini tidak akan sanggup menggantikan kemalangan yang dialami wanita tidak bersalah dan tidak berdosa malang yang telah kamu tabrak, hingga tidak bisa berjalan selamanya. Bayangkan jika kamu yang berada di posisi Tsamara saat ini, pasti sudah frustasi dan gila."
Adam yang berpikir jika putranya akan sadar dengan petuah panjang lebar yang dikatakan, kini semakin bertambah kesal saat mendengar respon pendek Zafer.
"Itu bukan salahku, tapi salah dia karena menyeberang tanpa melihat kiri kanan."
Zafer yang saat ini merasa tidak ada pilihan lain selain menandatangani surat perjanjian dari sang ayah, terpaksa menuruti perintah karena ia berpikir ini hanyalah sementara.
'Aku akan mencari cara untuk menggagalkan perjanjian ini. Sekarang karena tidak ada pilihan lain, aku akan mengalah pada papa,' gumam Zafer yang saat ini telah berjalan menuju ke arah meja untuk membubuhkan tanda tangan.
Kemudian berjalan menuju ke arah sang ayah untuk menyerahkan surat perjanjian tersebut.
"Apa sekarang Papa puas telah merantai kebebasan putra sendiri?"
"Tentu saja puas. Kalau begitu, cepat bersiap dan berangkat ke kontrakan Tsamara untuk menikah. Supir akan mengantarkanmu dan jangan mengemudi sendiri karena tidak ingin ada Tsamara kedua, ketiga dan seterusnya," ujar Adam Dirgantara yang kini sudah berjalan menuju ke arah pintu keluar dan meninggalkan putranya yang telah berhasil masuk dalam jebakannya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Meta Lia
nyimak dulu deh
2023-01-11
0
syantie
cemungut ka😘😘
2022-11-01
0
Muhamad Faiz
kali ngga mau harusnya jangan
2022-10-25
0