Dengan perasaan tidak karuan, ia kini telah menunggu hingga pintu di hadapannya terbuka. Beberapa detik kemudian, pintu berwarna coklat itu mulai terbuka dan ia bisa melihat tubuh setengah telanjang dari pria yang tengah mengarahkan tatapan tajam mengintimidasi padanya.
Tidak ingin membuang waktu dan menguraikan kesalahpahaman, Tsamara kini memilih untuk menunduk agar tidak melihat dada bidang dan cetakan otot perut sang suami.
"Apa yang kau lakukan, wanita cacat! Apa kau kesal karena aku membawa kekasihku ke rumah ini?"
Zafer yang merasa sangat murka begitu melihat sosok wanita yang berada di kursi roda karena berani mengganggu ketenangannya. Berharap dengan marah dan mengumpat, bisa menyadarkan wanita itu agar tidak mengulangi kesalahannya.
Refleks Zafer langsung menggelengkan kepala karena tidak ingin kesalahpahaman semakin merajalela.
"Anda salah, Tuan. Justru ingin menyelamatkan Anda dari kemurkaan tuan Adam. Saat ini, papa Anda sedang dalam perjalanan menuju ke sini untuk mengantarkan putraku. Jadi, sebaiknya Anda menyuruh wanita itu pergi sebelum papa datang."
Zafer yang sama sekali tidak berpikir bahwa sang ayah akan datang, kini menatap tajam sosok wanita yang telah dinikahinya. "Kenapa papa datang? Apa terjadi sesuatu?"
"Putraku dari tadi menangis, Tuan. Jadi, papa mengantarkannya ke sini," ujar Tsamara yang saat ini merasa sangat takut jika sampai kemurkaan kembali didapatkannya dari sosok pria yang mulai terdengar bunyi gemeretak gigi tersebut.
"Dasar wanita tidak berguna!" umpat Zafer yang saat ini merasa sangat marah, tetapi sialnya, tidak bisa melakukan apapun pada wanita yang menjadi penyebab ia tidak bisa bermesraan lagi dengan sang kekasih.
Padahal ia berpikir akan semalaman bersama wanita yang dicintai, tetapi rencananya gagal hanya gara-gara seorang anak kecil.
Sebenarnya ingin sekali ia mengumpat wanita di hadapannya, tetapi menyadari bahwa ia harus segera memberitahu sang kekasih agar meninggalkan rumah sebelum sang ayah datang dan melihat semuanya.
"Sial! Kau dan anakmu sama-sama merepotkan. Kalian hanya bisa menyusahkan saja!" umpat Zafer yang kini langsung berbalik badan dan melihat sang kekasih masih bersembunyi di balik selimut tebal di atas ranjang.
Terpaksa ia harus mengusirnya karena tidak ingin jika hubungannya porak poranda begitu sang ayah mengetahui ia mengajak wanitanya ke rumah.
'Rayya, maafkan aku,' gumam Zafer di dalam hati sebelum membuka suara.
Zafer saat ini masih terlihat menatap intens wajah cantik sang kekasih yang berada di bawah selimut tebal berwarna putih. Tentu saja ia sebenarnya merasa sangat tidak enak untuk berbicara pada sang kekasih agar segera pergi dari rumahnya.
"Sayang, kamu harus pergi sekarang karena papaku sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Ini semua gara-gara wanita sialan itu karena anaknya menangis terus saat berada di rumah keluargaku. Jadi, papa kini harus bersusah payah datang ke sini untuk mengantarkan bocah sialan itu!"
"Aku tidak ingin papa memberikan harta warisanku pada wanita tidak berguna itu, Sayang. Kamu mengerti, kan?" Mengusap lembut wajah memerah sang kekasih yang terlihat jelas sedang menahan amarah seperti yang ia rasakan.
Begitu mengetahui apa yang terjadi, kini Rayya memilih untuk segera turun dari ranjang setelah melemparkan kasar selimut yang menjadi tempat persembunyian ternyaman untuknya dan berpikir ia bisa terus di sana dengan pria yang sangat dicintainya.
Namun, semua itu gagal hanya gara-gara anak kecil yang dianggapnya sangat tidak berguna.
"Baiklah, aku akan pergi sekarang!"
Dengan tubuh telanjang, kini Rayya sudah berjalan menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa perbuatan Zafer sebelum pergi.
Bahkan ia sangat percaya diri saat berjalan dengan tubuh tanpa selembar pelindung dan membiarkan Zafer memanjakan mata untuk menatapnya.
Sementara itu, Zafer yang selalu menelan saliva saat melihat tubuh seksi dengan kulit putih tepat di hadapannya tersebut, hanya bisa mengepalkan kedua tangan.
'Jika anak dari wanita cacat itu tidak membuat masalah, aku masih bisa bermesraan semalaman dengan kekasihku yang sangat seksi,' umpat Zafer yang kini sudah mengacak frustasi rambutnya hingga terlihat sangat berantakan.
Beberapa saat kemudian, ia kembali melihat sang kekasih yang telanjang berjalan ke arahnya dan membuat Zafer lagi-lagi menelan saliva begitu pandangannya terfokus pada dada kencang yang membusung.
Seolah melambai ingin disesapnya dan beralih menatap ke arah bawah, yaitu belahan kenikmatan favoritnya yang berakhir membuatnya meledak beberapa saat lalu.
Refleks ia langsung bangkit dari posisinya yang awalnya duduk di pinggir ranjang untuk menghampiri sang kekasih yang terlihat sedang mengambil pakaian di lantai karena tadi ia melemparkannya di sana.
"Ini sebagai permohonan maafku, Sayang."
Setelah mengungkapkan kalimat ambigunya, Zafer kembali melakukan hal liar.
"Sayang, aku benar-benar gila karenamu," rintih Rayya yang kini serasa lemas kedua kakinya dan hampir terhuyung ke belakang, tetapi nasib baik ditahan oleh pria yang sangat dicintai, sehingga tidak membuatnya sampai terjatuh.
Sementara itu, Zafer hanya terkekeh geli dan bangkit berdiri, lalu mencium bibir sensual yang dari tadi menggodanya.
"Maafkan aku karena membuatmu kecewa hari ini."
Refleks Rayya menggelengkan kepala karena tidak ingin melihat ekspresi wajah penuh kekhawatiran dari sang kekasih.
"Tidak, aku tidak apa-apa, Sayang. Jangan khawatir. Lain kali, kamu bisa datang ke apartemenku kapan saja. Aku akan selalu siap untuk melayanimu," ucap Rayya yang kini sudah buru-buru memakai pakaiannya karena tidak ingin jika orang tua Zafer datang sebelum ia pergi.
Bahkan kali ini ia dibantu oleh sang kekasih dan membuatnya tersenyum bahagia.
Zafer yang sebenarnya ingin mengatakan bahwa ia tidak akan pergi ke apartemen sang kekasih dalam waktu-waktu ini karena mengetahui bahwa sang ayah tengah mengawasinya, kini hanya memikirkan cara untuk menyampaikannya, agar wanita yang baru selesai berpakaian tersebut tidak kecewa padanya.
'Sepertinya aku tidak bisa mengatakannya sekarang karena Rayya pasti akan kecewa nanti. Nanti saja di telepon aku mengatakannya dan mencari cara untuk membuat wanita cacat itu dibenci oleh papa,' gumam Zafer yang saat ini merasakan pelukan hangat dari Rayya.
Sebelum pergi, Rayya yang merasa sangat tidak rela meninggalkan pria yang sangat dicintainya tersebut, masih sibuk mengendus aroma khas maskulin dari Zafer yang setengah telanjang.
"Rasanya aku tidak rela untuk pergi dari sini, Sayang, tapi harus melakukannya demi kebaikan kita, bukan?" Mendongak menatap ke arah wajah dengan paras rupawan dan rahang tegas tersebut.
"Iya, semua ini demi kebaikan kita, Sayang. Aku akan mencari cara agar kita nanti bisa bersama lagi tanpa harus sembunyi-sembunyi. Kamu mau bersabar menungguku, kan?"
"Aku akan benar-benar mencari cara untuk menyingkirkan wanita cacat itu dari kehidupanku, tapi kamu harus bersabar menunggu, oke!" ucap Zafer yang saat ini tengah berbicara dengan sangat lembut dan mencium kening wanita yang telah berhasil membuatnya merasa tergila-gila.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments