Tak terasa beberapa jam telah berlalu, perasaan Rayya semakin membaik, membuat wanita tersebut ingin cepat-cepat meninggalkan kantor dan segera menemui kekasihnya di lokasi yang telah mereka tentukan.
Tempat yang menjadi resto favorit mereka berdua sejak hubungan pertama mereka.
Pekerjaan hari ini sepertinya tidak melelahkan karena mood Rayya sangat baik. Wanita itu bahkan menyapa semua orang yang ditemuinya saat meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja.
Zafer telah mengirimi Rayya pesan yang mengatakan bahwa ia tidak bisa menjemput karena akan pulang sedikit terlambat, jadi menyuruh pergi ke ruang makan yang mereka berdua berlangganan dulu.
Tentunya tempat yang biasa mereka lakukan untuk bertemu dan makan malam romantis. Memang agak jauh dari apartemen, tapi itu tidak membuat mereka berdua mengeluh karena jaraknya yang cukup jauh.
Rayya datang lebih dulu beberapa menit kemudian. Ia juga mengatakan bahwa datang sebagai tamu Zafer Dirgantara.
Begitu banyak pelayan yang juga mengenalnya karena sering datang bersama Zafer.
Tentu saja para pramusaji sudah mengerti jika kekasih datang, mereka membutuhkan tempat yang privasi baik untuk makan, sekedar ngobrol, atau mungkin melakukan hal lain yang tidak diketahui orang lain.
"Ikut dengan saya, Nona."
Salah satu pelayan membawa Rayya ke tempat yang telah dipesan Zafer sebelumnya.
Rayya menungguuntuk beberapa waktu.
"Terima kasih," jawab Rayya ramah.
Kemudian bersantai di kursi yang diduduki sekarang sambil mengirim pesan.
Sayang, aku sudah sampai di restoran. Kamu ada di mana?
Tidak lama kemudian jawaban Zafer datang.
Aku baru saja keluar dari kantor. Tunggu sebentar. Semoga tidak macet dan bisa cepat tiba.
Cepatlah, aku sudah merindukanmu.
Tunggu aku, Sayang.
Rayya tersenyum membaca jawaban kekasihnya itu. Ia menutup telpon, menunggu sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
Rayya merasa sangat nyaman duduk di kursi restoran di ruang pribadi. Tentu saja, sekarang sangat menantikan kehadiran Zafer di depannya.
Beberapa waktu kemudian, Zafer akhirnya sampai di tujuannya. Untung saja jalan tidak macet. Padahal sudah jam pulang kantor, jadi tidak perlu membuat Rayya menunggu terlalu lama.
Hanya butuh waktu setengah jam, sampai akhirnya berjalan melewati pintu restoran dan salah satu pelayan langsung membawanya ke private room, di mana Rayya sudah menunggu.
"Sayang." Panggil Zafer sambil tersenyum manis pada Rayya yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Kepala wanita itu segera tersentak, senyum juga terukir di wajahnya. Rayya segera bangkit dan memeluk Zafer begitu erat untuk mengungkapkan kerinduan.
Selain itu, ia juga ingin dimanjakan dengan sosok pria berbadan kekar dan perut penuh otot perut yang membuncit di balik setelan jas hitam putih lengkap.
“Kau terlalu lama! Aku merindukanmu."
Zafer membalas pelukan kekasihnya dan membelai lembut punggung Rayya sambil terkekeh geli melihat sikap manja yang justru membuatnya sangat gemas.
"Maafkan aku, Sayang. Aku benar-benar berusaha untuk sampai di sini dengan cepat, tapi malah membuatmu menunggu terlalu lama," kata Zafer sambil membelai lembut rambut panjang yang tergerai.
Rayya melepaskan pelukannya, tapi masih tidak melepaskan tangannya dari leher Zafer. Wajah yang tadinya tersenyum lebar, kini berubah menjadi ekspresi nakal.
Ia tahu apa yang diinginkan kekasihnya, jadi segera menutup pintu di belakangnya dengan satu tangan.
Keduanya menyampaikan kerinduan mereka melalui ciuman. Ciuman yang awalnya lembut, lama kelamaan menjadi liar karena hanya diisi dengan hasrat yang murni.
Erangan yang baru saja dikeluarkan Rayya membuat Zafer langsung mencengkram leher wanita itu dan tidak membiarkannya bergerak sedikit pun.
Ketika Rayya merasakan tangan Zafer berubah nakal, refleks meraihnya dan dengan cepat menariknya.
Wanita cantik itu tertawa bahagia melihat bagaimana kekasih di hadapannya masih tertutup dan mengejar bibir yang telah melayang.
"Sayang. Kita di tempat umum sekarang," kata Rayya pelan.
Bahkan, ia masih menertawakan bagaimana ekspresi Zafer saat ini terlihat sangat geli di matanya.
Jempol tangan kirinya mengusap bibir Zafer yang sudah merah dan ada bekas saliva di sana.
Zafer yang sekarang menunjukkan wajah masam setelah mendengar larangan tersebut. Meskipun ciuman mereka masih dalam ayunan penuh
Namun, Rayya menghentikannya dan mengatakan bahwa mereka saat ini berada di tempat umum.
"Kita belum pernah mencoba bercinta di tempat seperti ini, kan? Alangkah baiknya jika kita melakukannya di meja ini. Bagaimana, Sayang?"
Zafer mengedipkan mata dan mengarahkan dagunya ke meja. Namun, respon kekasihnya itu membuatnya merasa kesal.
Rayya dengan ringan menepuk dahi Zafer "Jangan bodoh. Aku tidak suka menahan napas karena terlalu banyak orang di sini dan kita juga tidak bisa melakukannya di luar ruangan."
"Bagaimana jika mata-mata papamu mengikuti kita ke sini? Kita tidak pernah tahu, kan?"
Kata-kata Rayya yang menyebut ayahnya, langsung menyadarkan Zafer saat itu juga.
Ia lupa bahwa tujuan utamanya di sini adalah untuk memberi tahu Rayya tentang rencana dan mencoba membuatnya mengerti.
Ciuman sebelumnya dengan Rayya membuat Zafer kehilangan konsentrasi dan malah memikirkan hal lain. Salahkan saja otaknya yang selalu lebih memikirkan sisi kesenangan daripada hal lainnya.
Namun, sekarang memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.
Zafer sendiri pernah mengatakan bahwa Rayya adalah orang terbaik yang bisa mengalihkan pikirannya ke hal lain dengan cepat, dan sekarang ia adalah buktinya.
"Kalau begitu, duduklah, Sayang. Ayo, makan dulu karena aku yakin kamu juga pasti lapar kan?" ucap Zafer.
Kemudian memimpin kekasihnya kembali duduk di kursi, baru kemudian mengikuti ke sisinya.
Mereka berada di ruangan tertutup yang tidak terhubung dengan ruang makan utama. Tempat yang sering diminta Zafer.
Lagipula, restoran ini juga menjadi restoran favorit Rayya karena wanita itu mengatakan bahwa makanan yang disajikan di sini selalu enak, yang membuat Rayya menjadikannya restoran favoritnya.
Zafer memanggil salah satu pelayan dan sosok itu berjalan ke arah mereka untuk mengambil pesanan mereka.
"Kamu pesan apa, Sayang?" Zafer bertanya sambil menatap Rayya
"Seperti biasa. Aku sedang tidak mood untuk makan yang lain," jawab Rayya sedikit malas.
Pada kenyataannya, ia juga melakukan diet karena ingin menjaga tubuhnya tetap bugar agar tetap seksi dan tidak akan pernah berpaling darinya. Bahkan, takut Zafer mungkin tertarik pada wanita cacat di rumahnya. Lagipula, mereka hidup bersama.
"Kalau begitu, kita pesan menu seperti biasa, yang selalu kita pesan di sini," kata Zafer kepada pelayan berseragam hitam itu.
Bayangan pelayan itu segera mengangguk dan melambaikan tangan. Tentu saja, sudah tahu apa yang harus disebutkan di dapur untuk mereka berdua.
Karena mereka sering datang ke restoran, menyuruh semua pelayan menghafalkan pesanan sang kekasih.
Setelah pelayan itu pergi, Zafer tiba-tiba menjadi orang yang lebih pendiam. Di kepalanya kini ia sedang menyusun kalimat yang tepat untuk diucapkan kepada Rayya agar tidak mengecewakan kekasihnya.
Sayangnya, bagaimanapun, Zafer tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkannya.
Rayya pada awalnya sama sekali tidak merasa curiga. Wanita itu memeriksa riasan wajahnya di layar ponsel.
Tentu saja untuk memastikan penampilannya saat ini jauh lebih baik karena Zafer sering membuat berantakan rambutnya saat berciuman.
Rayya juga telah selesai mengaplikasikan lipstik pada bibirnya. Kini, aksinya membuat bibir kembali berkilau dengan warna pink yang begitu cerah.
Begitu selesai, menatap Zafer dan langsung mengerutkan kening saat menyadari bahwa kekasihnya tampak sangat gugup.
Rayya langsung merasa tidak enak, seolah-olah sudah tahu jika sesuatu akan terjadi setelah ini.
"Zafer, aku tahu ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku. Aku tahu jika saat ini gugup, itu berarti ada sesuatu yang salah. Apa? Katakan saja."
Suara Rayya sudah dingin. Bahkan sebelum Zafer berhasil menyampaikan apa yang ingin dikatakan.
Zafer menelan ludah dengan gugup, tetapi tahu harus berbicara. Namun, tidak ingin menyimpan rahasia apapun dari Rayya dan membiarkan wanita itu mengetahui rencananya.
“Sayang, aku ingin memberitahumu sesuatu yang serius. Ini rencanaku untuk mengeluarkan Tsamara dari rumah dan membuat papa membencinya."
"Oh ya?" Rayya dengan cepat menyela. Penasaran dengan kalimat pembuka Zafer, “apa rencana itu? Katakan padaku, Sayang," lanjut Rayya.
Zafer menelan ludah sekali lagi, sebelum akhirnya melanjutkan kata-kata.
"Sayangnya, rencanaku ini harus mencegah kita bertemu selama sebulan." Zafer berhenti sejenak untuk melihat reaksi terkejut yang diharapkannya.
"Aku tidak bisa melihatmu dan datang ke apartemenmu selama sebulan. Kamu juga tidak bisa datang ke rumahku atau mendatangiku di mana pun aku berada."
"Apa yang kamu katakan, Sayang?"
Mata Rayya terbelalak kaget. Baru saja merasa senang dan tenang ketika mendengar bahwa Zafer telah menemukan rencana untuk menghapus Tsamara dari hidupnya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments